Dalam investasi, para investor pasti akan menakar expected return. Lantas, bagaimana cara menghitung apa manfaat konsep tersebut?
Expected return adalah jumlah estimasi keuntungan atau kerugian yang dapat diantisipasi investor dari kegiatan investasinya. Angka tersebut didapatkan setelah menganalis data historis tingkat pengembalian investasi (RoR) suatu aset.
Hanya saja, expected return bukanlah suatu jaminan. Ia hanyalah sebuah prediksi imbal hasil investasi berdasarkan data historis dan dianggap sebagai rata-rata tertimbang imbal hasil sebuah instrumen investasi secara jangka panjang.
Baca juga: Pahami Kinerja Sekuritas, Ini 3 Alasan Volatilitas Pasar Pengaruhi Peluang Profit
Dalam kegiatan investasi, setiap investor tentu ingin mendapatkan imbal hasil yang mumpuni, bukan? Sayangnya, ada kalanya investor buta dalam menentukan instrumen investasi apa saja yang sekiranya bisa menghasilkan return yang baik.
Nah, kondisi itulah yang membuat setiap investor harus memahami konsep expected return dengan baik.
Dengan mempelajari konsep ini, investor bisa membandingkan prediksi imbal hasil satu instrumen dengan instrumen investasi lainnya. Tujuannya, agar ia bisa membuat keputusan berinvestasi yang bijak berdasarkan informasi tersebut.
Di samping itu, investor juga bisa mudah menakar skenario-skenario investasi yang bisa ia ambil di masa depan dengan bermodalkan konsep expected return.
Apalagi, konsep ini juga merupakan dasar dari formula-formula teori portofolio modern seperti model Black Scholes atau model penetapan harga aset modal (CAPM). Adapun CAPM adalah model finansial yang mencerminkan hubungan linear antara tingkat return yang diharapkan (keuntungan) dengan mempertimbangkan risiko-risiko dalam sebuah investasi.
Sobat Cuan mungkin sudah memahami bahwa expected return adalah konsep penting dalam berinvestasi. Namun, bagaimana cara menghitungnya?
Asal tahu saja, prinsip dasar perhitungannya adalah menjumlahkan tingkat imbal hasil instrumen tersebut dengan tingkat imbal hasil sebuah instrumen jika ditinjau dari data historisnya. Konsep itu kemudian diturunkan ke dalam rumus berikut:
Expected Return = Risk−Free Rate + Risk Premium
Keterangan:
Persamaan di atas menunjukkan bahwa jika risiko yang diperkirakan atas suatu aset (asset’s perceived risk) meningkat, maka nilai expected return juga akan meningkat. Dengan demikian, pemilik aset yang berisiko akan mendapatkan return yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas kemauan sang investor dalam menanggung risiko ekstra.
Namun selain itu, terdapat satu alternatif kalkulasi Expected Return sebagai berikut:
Expected Return = r f + β (r m - r f)
Keterangan:
Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan estimasi return terhadap tingkat pengembalian instrumen bebas risiko bergantung pada Beta investasi atau volatilitas.
Patut diingat bahwa konsep estimasi return sangat berbeda dengan standar deviasi.
Dalam hal ini, estimasi return adalah perkiraan rata-rata yang dapat dihasilkan oleh portofolio selama periode waktu tertentu.
Sementara itu, standar deviasi adalah metrik yang mengukur besaran return yang "menyimpang" dari angka rata-ratanya, sehingga metrik ini cocok untuk mengukur risiko portofolio atau risiko historis investasi.
Jika Sobat Cuan sudah mendapatkan tingkat estimasi return untuk setiap instrumen, maka kamu pun bisa mengaplikasikan konsep tersebut untuk melihat total expected return yang bakal kamu dapatkan dari portofolio investasimu.
Agar Sobat Cuan tidak bingung, yuk simak ilustrasi berikut!
Anggap saja Sobat Cuan memiliki portofolio saham sebagai berikut:
Dari data tersebut, diketahui bahwa kamu memiliki total protofolio saham sebesar US$1 juta dengan bobot Alphabet, Apple, dan Amazon masing-masing 50%, 20%, dan 30%. Dengan demikian, maka tingkat pengembalian yang diharapkan dari total portofoliomu adalah:
(50% x 15%) + (20% x 6%) + (30% x 9%) = 11,4%
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka tingkat Expected Return yang bisa kamu harapkan dari portofolio tersebut adalah 11,4%.
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui pengembalian yang diharapkan dari total portofolio sebesar 11,4%.
Baca Juga: Internal Rate of Return (IRR)
Meski bermanfaat bagi investor, konsep ini rupanya punya kekurangan tersendiri. Utamanya, konsep ini tidak memperhitungkan risiko-risiko investasi di masa depan. Selain itu, nilai estimasi return tersebut juga didasarkan pada data-data masa lampau yang bisa jadi tidak akan kembali terulang di masa depan.
Oleh karenanya, Sobat Cuan sangat tidak disarankan membuat keputusan investasi hanya berdasarkan nilai estimasi return-nya saja.
Melalui konsep ini, Sobat Cuan memang bisa menetapkan target return investasi yang masuk akal. Namun, kamu juga harus mempertimbangkan seluruh kemungkinan risiko-risiko di masa depan untuk memastikan bahwa kegiatan inevstasimu benar-benar sejalan dengan tujuan investasimu.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini