Trading adalah kegiatan yang punya risiko kerugian. Lantas, apa saja dua jenis kerugian trading yang perlu diketahui trader?
Trading adalah kegiatan mencari untung dengan memanfaatkan fluktuasi harga aset, baik itu saham, aset kripto, hingga valuta asing. Sehingga, dalam kegiatan tersebut, trader akan berhasil menggaet cuan jika mengakumulasi aset di harga yang menarik dan menjualnya kembali di level harga yang mumpuni.
Namun, karena nasib untung dan buntung sang trader ditentukan oleh fluktuasi harga, maka trading sejatinya adalah kegiatan yang berisiko tinggi. Jika ia salah langkah dalam menentukan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar pasar, maka ia bisa terjebak ke dalam kerugian.
Pada umumnya, trader mengalami kerugian ketika nilai aset yang ia genggam mengalami koreksi. Dalam hal ini, trader biasanya mengenal dua istilah koreksi harga aset yang paling dihindari, yakni slippage dan drawdown.
Sekadar informasi, Drawdown adalah penurunan harga aset dari harga belinya hingga ke titik "palungnya" dalam satu jangka waktu tertentu.
Sementara itu, Slippage adalah selisih antara harga aset yang diorder dengan harga yang dieksekusi oleh pasar. Dengan kata lain, eksekusi level harga yang dikehendaki bisa saja meleset atau tidak sesuai dengan ekspektasi trader saat memasang posisi order.
Namun, ada kalanya koreksi harga aset tersebut tidak berujung pada kerugian beneran lantaran dunia trading mengenal dua jenis kerugian, yakni kerugian terealisasi (Realized Loss) dan kerugian tidak terealisasi (Unrealized Loss). Apa perbedaannya?
Baca juga: 4 Gaya Trading Populer yang Bisa Dilakukan Trader Pemula
Secara konsep, Unrealized Loss adalah kerugian yang belum terealisasi. Dengan kata lain, Unrealized Loss adalah nilai penurunan aset yang tercatat "di atas kertas" saat ini, namun kerugian itu belum tentu akan dialami sang trader karena ia belum menjual aset-asetnya.
Sehingga, trader masih punya kesempatan untuk mengubah Unrealized Loss tersebut menjadi keuntungan asal nilai aset yang digenggamnya kembali pulih melampaui harga belinya.
Sementara itu, Realized Loss adalah kerugian yang telah terealisasi.
Dalam hal ini, aset-aset yang dimiliki trader mengalami penurunan nilai. Namun, alih-alih menahannya dan berharap harganya bisa kembali menanjak, trader memilih untuk menjual asetnya di pasar dengan harga jual yang lebih rendah dari harga belinya.
Pada posisi ini, trader secara tidak langsung juga menyatakan bahwa ia memilih keluar dari pasar (exit). Sehingga, berbeda dengan Unrealized Loss, trader tak punya lagi kesempatan untuk mengubah kerugiannya menjadi keuntungan.
Hanya saja, konsep Realized Loss tak selamanya berkonotasi negatif. Kadang, kerugian trading jenis ini terjadi sebagai buah dari langkah antisipasi trader dalam menghadapi pasar yang bearish, misalnya adalah memasang posisi Stop Loss.
Baca Juga: Jangan Keliru, Ini Beda Risiko Trading Saham dengan Investasi Saham!
Seperti yang disinggung sebelumnya, rugi trading terjadi akibat koreksi harga aset. Namun, faktor yang memperparah kerugian tersebut sebenarnya adalah keputusan sang trader dalam menyikapi penurunan tersebut.
Lantas, apa saja faktor-faktor yang bisa memperparah kerugian trading?
Trading adalah kegiatan berisiko, sehingga seluruh risiko-risiko tersebut sepatutnya dimitigasi melalui strategi manajemen risiko yang tepat.
Sebagai contoh, sejak awal, trader sudah harus menentukan kapan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar pasar. Selain itu, ia pun juga harus menentukan kriteria level ambil untung (Take Profit) dan Stop Loss yang tidak boleh ia langgar.
Tanpa manajemen risiko yang detail, penurunan nilai aset sedikit saja bisa memperparah kerugian trading yang terjadi saat ini.
Situasi psikologis dan emosi bisa mempengaruhi keputusan trading seseorang. Sebagai contoh, jika trader merasa panik dengan penurunan nilai aset, maka ia bisa buru-buru menjual asetnya. Padahal, apabila ditinjau melalui analisis, bisa saja harga aset tersebut akan bangkit kembali dalam waktu singkat.
Oleh karenanya, trader perlu memahami cara mengambil keputusan trading dengan kepala dingin dan objektif.
Trader pemula mungkin berpikiran bahwa semakin banyak trading akan mendatangkan semakin banyak cuan. Namun kenyataannya, sikap seperti ini justru juga akan mendatangkan kerugian besar bila ia pun melakukan trading secara grasak-grusuk.
Sehingga, daripada membeli dan menjual aset terus menerus tanpa tujuan pasti, trader lebih baik memetakan dulu waktu yang tepat untuk masuk atau keluar pasar.
Penurunan harga aset sebesar 1% mungkin tidak akan begitu terasa jika trader mengeluarkan modal trading yang minim. Namun, penurunan itu akan menyayat hati jika sang trader sudah kepalang mempertaruhkan modal yang terlalu jumbo ketika trading.
Sehingga, sebelum trading, trader harus menentukan nilai kerugian yang bisa ia iklaskan ketika terjadi kerugian. Selain itu, jangan lupa juga untuk trading menggunakan "uang dingin" alih-alih menggunakan dana yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Investing
Bagikan artikel ini