Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkulai lemah tak berdaya pada hari ini. Kondisi lebih tragis malah ditunjukkan oleh pasar kripto. Apa yang sebenarnya terjadi pada hari ini? Simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG pamit dari sesi perdagangan Selasa (22/2) dengan bertengger di level 6.861,99 poin, melemah 0,59% dibanding sehari sebelumnya. Sang indeks domestik harus mengalami nasib nahas setelah kemarin sukses mengukir level tertingginya sepanjang masa.
Lesunya pasar domestik hari ini tak lepas dari aksi pelaku pasar yang melakukan ambil untung mengingat kinerja IHSG yang kinclong di awal pekan. Selain itu, pelaku pasar juga nampaknya tengah menghindari pasar saham lantaran takut prospek ekonomi kian amburadul seiring memanasnya krisis geopolitik antara Ukraina dan Rusia.
Perkembangan terbarunya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui keberadaan dua republik separatis pro-Rusia di Ukraina yakni Donetsk dan Luhansk. Imbasnya, Putin berencana mengirimkan pasukan ke dua wilayah tersebut untuk "menjaga perdamaian" lantaran menganggap bahwa "Ukraina adalah bagian integral dari Rusia".
Menanggapi peristiwa tersebut, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Nah, hal inilah yang ditakutkan pelaku pasar mengingat sanksi tersebut bisa merembet kemana-mana, termasuk ke prospek ekonomi global ke depan.
Selain perkara geopolitik, pelaku pasar juga dihadapkan pada ancaman yang tak kalah beratnya, yakni rencana The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya pada Maret mendatang.
Beberapa pejabat The Fed pun silih berganti menyebut bahwa otoritas moneter AS tersebut memiliki peluang besar untuk meningkatkan suku bunga acuannya hingga 50 basis poin. Jika hal itu terjadi, maka bukan tidak mungkin pasar modal seperti Indonesia bisa kena musibah dalam bentuk capital outflow yang mendadak kencang.
Tidak hanya IHSG saja yang bernasib apes pada hari ini. Pasalnya, mayoritas bursa saham Asia pun kompak memerah.
Tengok saja indeks Nikkei 225 yang amblas 1,71% pada perdagangan hari ini. Tak ketinggalan, indeks Kospi, Hong Kong, dan STI Singapura pun terjungkal masing-masing 1,35%, 2,69%, dan 1,01%.
Baca juga: Pluang Pagi: Krisis di Ukraina Memanas, Aset Kripto Kembali Lemas!
Kinerja IHSG yang memble plus aksi profit taking ternyata tak bikin selera investor asing surut mengoleksi saham-saham domestik. Buktinya, investor asing mencatat nilai beli bersih sebesar Rp847,27 miliar di seluruh pasar pada hari ini.
Mereka terlihat memburu paling banyak saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) sebanyak Rp179 miliar. Selain itu, mereka juga memborong saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing sebesar Rp158 miliar dan Rp95,3 miliar.
Di sisi lain, pelaku pasar justru melepas paling banyak saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebanyak Rp63 miliar, lalu saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang dijual sebanyak Rp44,8 miliar, dan saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) sebanyak Rp31,9 miliar.
Pasar aset kripto pun masih terpantau mendung pada Selasa sore. Melansir Coinmarketcap pukul 17.29 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar jumbo sejagat harus pasrah mendekam di zona merah dalam 24 jam terakhir.
Nilai Bitcoin (BTC) bertengger di US$37.445,83 per keping alias amblas 3,16% dalam sehari terakhir. Langkahnya pun diikuti oleh Ether (ETH) yang nilainya terkulai 4,21% ke US$2.579,16 di waktu yang sama.
Kondisi serupa dialami kelompok altcoin lainnya. Bahkan, nasib mereka cenderung lebih tragis.
Nilai Dogecoin (DOGE), Solana (SOL), dan Cardano (ADA) longsor masing-masing 6,76%, 8,14%, dan 9,76% dalam sehari terakhir. Sementara itu, nilai XRP dan Avalanche (AVAX) masing-masing terjun bebas sebesar 10,01% dan 10,31% di waktu yang sama.
Adapun koin-koin lain yang terbilang mengenaskan terdiri dari Decentraland (MANA), Fantom (FTM), dan Tezos (XTZ) lantaran nilainya masing-masing melemah 9,88%, 114%, dan 11,86% dibanding sehari sebelumnya.
Secara umum, lesunya pergerakan aset kripto sore ini masih dipengaruhi oleh kondisi geopolitik Eropa yang memanas.
Krisis keamanan yang tak berkesudahan dikhawatirkan akan membuat prospek ekonomi ke depan seolah-olah tidak menentu. Akibatnya, pelaku pasar memilih untuk menghindari pasar aset berisiko untuk sementara waktu.
Pelaku pasar juga masih menanti sanksi ekonomi apa yang akan dijatuhkan AS kepada Rusia. Jika sanksi tersebut terbilang berat, maka ada kemungkinan harga komoditas akan meroket.
Nah, ancaman inflasi yang makin meradang tersebut juga bisa bikin pelaku pasar memilih menempatkan aset kekayaannya di aset aman seperti emas ketimbang aset berisiko seperti kripto.
"Dalam situasi yang penuh ketegangan, investor tentu akan memprioritaskan komoditas seperti emas dan minyak dunia ketimbang aset berisiko seperti saham dan kripto," ujar trader dari manajemen aset kripto Blofin, Griffin Ardern, seperti dikutip dari Coindesk.
Selain perkara perang, sentimen lainnya datang dari Kazakhstan. Otoritas energi Kazakhstan dikabarkan telah memutus sambungan listrik terhadap 13 tambang kripto tak berizin di negara tersebut. Terlebih, fasilitas pertambangan tersebut memakan konsumsi listrik hingga 202 Megawatt (MW).
Kabar lainnya datang dari jaringan Cardano yang kini telah memiliki nilai transaksi harian mencapai US$17,04 miliar, bahkan mengalahkan Ethereum yang hanya US$5,25 miliar. Sayangnya, kabar ini tak mampu mendongkrak nilai ADA yang terjungkal berbarengan dengan aset kripto lainnya.
Baca juga: Mengenal Ekosistem Avalanche
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini