Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup akhir pekan kedua Oktober dengan parkir di level 6.633,34 poin, atau terapresiasi 0,11% dibanding sesi perdagangan Kamis (14/10).
IHSG lagi-lagi kembali mencetak rekor perdagangan selama kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Lantas, apa yang bikin indeks domestik terlihat bertenaga sepanjang hari ini?
Performa saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo masih terus mendominasi perdagangan sehingga berhasil menjaga IHSG di zona hijau.
Investor asing masih kekeuh membenamkan dananya di pasar modal tanah air. Hal itu tercermin dari total nilai beli bersih (net foreign buy) asing sebesar Rp1,50 triliun sepanjang sesi perdagangan.
Investor asing terlihat memburu saham duo emiten perbankan pelat merah, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebanyak Rp734,5 miliar dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp90,6 miliar.
Melihat pergerakan indeks saham jelang akhir tahun, investor nampaknya sedang getol mengejar saham-saham old economy. Terbukti dengan terbangnya nilai saham energi, manufaktur, dan perbankan yang bikin laju indeks saham ogah lengser ke bawah 6.600. Maklum, investor memang sedang optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun.
Apalagi, optimisme investor makin kuat setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang September 2021 surplus US$4,37 miliar. Peningkatan nilai ekspor sebesar 47,64% secara year-on-year di bulan lalu membuat pelaku pasar pede terhadap pertumbuhan ekonomi tanah air.
Cuaca pasar modal global yang sedang cerah ikut menjadi sentimen positif bagi IHSG. Sekadar informasi, indeks saham utama Amerika Serikat (AS) Dow Jones Industrial Average (DJIA) menutup perdagangan kemarin dengan semringah karena bertumbuh 1,56%. Sementara itu, indeks FTSE London, Bursa Saham Hong Kong, Indeks Nikkei, dan Kospi juga menguat berjemaah dengan kenaikan masing-masing 0,21%, 1,48%, 1,81% dan 0,88%.
Masa keemasan sektor tambang sepertinya mulai bangkit. Pasalnya, jika berkaca pada harga batu bara di China, harga batu bara termal Zhengzhou sudah mencapai rekor tertinggi sejak Januari yakni di US$259,42 per ton alias melambung lebih dari 200%.
Mulai masuknya musim dingin menambah buruk krisis energi yang sedang dialami China. Sebab, pelaku usaha biasanya memanfaatkan momentum peralihan musim panas ke musim dingin untuk menimbun batu bara.
Akhirnya, sesuai hukum ekonomi, pasokan batu bara global yang menyusut bikin harganya kian menanjak. Hal itu, sudah pasti, menjadi berkah tersendiri bagi emiten batu bara domestik.
Lihat saja nilai saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang pada hari ini masih sanggup naik 176%. Dalam kurun waktu sebulan, saham produsen batu bara itu berhasil melesat 42,47%.
Perusahaan tambang lainnya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), juga seolah-olah tak mau ketinggalan bikin heboh. Pada perdagangan hari ini, nilai saham perusahaan berhasil naik 5,18% ke level Rp3.250. Nilai saham emiten tambang emas itu diam-diam sudah manjat 19,93% selama sebulan belakangan.
Optimisme pelaku pasar tentang perbaikan ekonomi nasional rupanya juga ikut mengerek nilai saham perusahaan energi milik Boy Thohir, PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA), yang berhasil masuk kategori top gainers dengan membukukan angka pertumbuhan 16,13%.
Saham PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) juga melesat 10,28% sementara saham perusahaan besutan Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), juga menguntit dengan nilai pertumbuhan 10,19%.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Minim Sentimen Positif, IHSG Loyo Lagi!
Masa bulan madu yang pernah dialami oleh perusahaan teknologi rupanya sudah mulai usai. Sebab, investor nampaknya mulai menjauhi beberapa saham perusahaan berbasis digital, yang kemudian sukses bikin harganya luntur.
Tengok saja saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) yang pada penutupan perdagangan hari ini terkoreksi 2,01% ke level Rp730 per saham.
Sementara saham pelopor bank digital di Indonesia, PT Bank Jago Tbk (ARTO) tertekan 11,32% dalam sebulan terakhir meski pada hari ini naik 6,06% ke level Rp13.125 per saham.
PT Bank Neo commerce Tbk (BBYB) juga mengalami nasib serupa. Saham perusahaan amblas 1,21% ke level Rp1.225 per saham dan dalam kurun waktu sebulan sudah merosot 17,51%.
Hanya saja, investor juga nampak masih getol mengejar saham bank digital lainnya, yang belakangan mengukuhkan diri masuk ke segmen economic gigs. Sebagai contoh, investor asing memborong saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) senilai Rp53,7 miliar.
Meski begitu, pelaku pasar masih tetap menunggu masuknya beberapa perusahaan digital lain di Bursa Efek Indonesia.
Beberapa nama yang sempat santer disebut di pasar adalah Blibli.com, Tiket.com, dan juga GoTo yang rencananya akan mulai bergabung dengan jajaran perusahaan terbuka lainnya pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Menuju All Time High, Big Caps Pesta Pora
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini