Sobat Cuan mungkin kini sedang getol-getolnya trading, sehingga kamu mulai mempelajari indikator-indikator utama di analis teknikal. Salah satunya tentu adalah support dan resistance.
Sekilas, support dan resistance terlihat mudah untuk dilihat karena mereka hanya berbentuk titik. Namun, menggunakan dua indikator ini cukup tricky bagi pemula. Meski demikian, teknik analisis untuk mengetahuinya cukup mudah untuk dipelajari.
Kamu pun perlu memahami titik support dan resistance mengingat manfaatnya yang cukup oke di analisis teknikal. Sebab, memahami titik-titik ini bisa membuat kamu cuan lebih optimal.
Oleh karenanya, yuk simak, cara mudah menentukan support dan resistance bagi pemula!
Baca juga: Langkah-Langkah dan Cara Menggunakan Tradingview untuk Pemula
Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan support dan resistance. Support dan resistance adalah dua hal yang paling fundamental dalam analisis teknikal. Biasanya, trader menggunakan level support dan resistance untuk menentukan level harga pada grafik harga sebuah aset
Support adalah batas bawah harga saham yang akan sulit ditembus para trader di pasar modal dalam jangka waktu tertentu. Bukan hanya saham, konsep ini berlaku juga loh di pasar lain seperti pasar kripto dan pasar derivatif.
Support ditandai dengan garis horizontal atau agak miring yang berada pada batas bawah grafik. Batas itu menjadi patokan bagi trader untuk mulai menimbun saham atau instrumen lainnya yang disinyalir sedang diskon.
Saat harga sedang downtrend, indikator analisis teknikal tambahan seperti moving average bisa digunakan untuk menentukan support dengan akurat. Meski telah mendekati garis support secara historis, analisis diperlukan agar kamu bisa mengukur apakah harga akan bergerak naik atau stagnan.
Bisa jadi, harga malah menembus supportnya dan mencari kesetimbangan baru di bawah support yang sudah ada. Jelasnya, titik ini memberi tahu kamu kapan kamu bisa mulai masuk ke pasar atau kamu bisa menunggu sampai kesetimbangan baru terbentuk.
Sebaliknya, saat harga merangkak naik, kamu bisa bersiap-siap mengambil cuan dengan memasang harga jual. Jika diibaratkan sebuah bangunan, support adalah lantai dan resistance adalah puncak atapnya.
Jika kamu belum punya koin atau saham yang harganya sedang berada pada area resistance, ini adalah waktunya kamu jadi penonton saja. Sebab, di masa ini, sebuah instrumen dapat dikatakan sedang terlalu mahal.
Tapi terkadang, trader yang terpancing oleh kondisi fundamental atau tren yang ada malah melancarkan aksi beli. Akibatnya, garis resistance dapat ditembus dan keseimbangan baru terbentuk.
Support dan resistance bukanlah kepastian kamu akan cuan di pasar hari ini. Tetapi, konsep ini akan membantumu menentukan momentum keluar dan masuk pasar.
Berikut ini adalah beberapa analisis dasar yang bisa membantu kamu menentukan support dan resistance.
Baca juga: Yuk, Pahami Pola dan Tren Harga Aset Melalui Analisis Teknikal di Sini!
Diantara metode analisis teknikal, trendlines sangatlah mudah untuk diaplikasikan. Caranya dengan menarik garis pada tren harga pasar sehingga kamu bisa menentukan dimana titik support dan resistance.
Pada metode ini kamu akan menemukan bahwa tren naik turun seringkali memiliki arah yang kasat mata. Uptrend terjadi saat harga tertinggi, dikalahkan oleh titik yang lebih tinggi atau higher high. Sementara downtrend adalah kebalikannya, yakni ketika tren membentuk palung-palung yang dalam dan semakin dalam.
Trendlines adalah metode yang sangat mudah dan aplikatif. Namun pada penggunaannya tetap harus dikombinasikan dengan metode analisis yang lain seperti moving average.
Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Moving Average bagi Pemula
Level support dan resistance terkadang berupa pergerakan semu atau minor, biasanya ini tidak akan bertahan lama. Hal ini sering terjadi ketika pergerakan harga aset sedang membuat tren menurun atau menaik.
Seperti apa contohnya?
Misalnya, jika tren harga sedang melandai tentu posisi harga akan turun terus. tak berselang lama, harga aset itu pun kemudian memantul. Hanya saja, harga tersebut kemudian mulai turun lagi karena memang trennya secara umum masih turun. Nah, pantulan singkat itulah yang disebut pergerakan minor.
Hal itu juga berlaku ketika trenharga sedang menanjak. Biasanya pergerakan minor terjadi ketika harga melandai sebelum akhirnya melesat ke titik resistance yang lebih baru lagi.
Jika dimuat ke dalam grafik, maka contohnya akan menjadi seperti ini.
Pada contoh di atas, dapat terlihat bahwa pergerakan minor terjadi ketika uptrend maupun downtrend.
Di kala downtrend, jika harga turun di bawah level support minor-nya, maka kita bisa memahami bahwa tren penurunan masih akan berlanjut. Tetapi, jika harga terhenti dan memantul menuju titik support yang lebih tinggi dari sebelumnya, maka bisa dibilang arah pergerakan harga telah berubah.
Memahami pergerakan minor ini sangat bermanfaat karena bisa menentukan posisimu untuk keluar dan masuk ke pasar. Mungkin, kamu bisa memutuskan masuk ke pasar kalau memang terjadi support di kondisi uptrend. Begitu pun sebaliknya.
Sementara itu, area support dan resistance major adalah level harga terendah dan tertinggi yang bisa menyebabkan pembalikan tren harga aset. Bagaimana contohnya?
Jika harga sedang mengalami uptrend dan kemudian berbalik downtrend, maka harga saat pembalikan terjadi adalah level resistance yang kuat (seperti terlihat di grafik di atas). Nah, puncak tersebut disebut sebagai resistance major.
Sementara itu, support major adalah titik harga terendah, di mana tren akan berbalik arah dari downtrend ke uptrend.
Support dan resistance major terjadi karena cerminan aksi pelaku pasar. Mereka biasanya melakukan aksi beli saat support major, sehingga harga sebuah aset berbalik menguat setelahnya. Sebaliknya, aksi ambil untung juga terjadi saat harga menembus resistance major, menyebabkan harganya tersungkur setelahnya.
Harga aset seringkali akan bergerak sedikit lebih jauh dari yang kita harapkan. Hal ini memang jarang terjadi. Tapi, kalau pun terjadi, kondisi ini dinamakan alarm palsu atau false breakout.
Jika analisis kamu menunjukkan bahwa ada support di satu titik, sangat mungkin harga berangsur turun sedikit lebih rendah dari titik tersebut sebelum kemudian naik lagi. Contohnya, jika kita berharap titik support harga sebuah aset di Rp100.000, maka aset tersebut bisa saja menyentuh Rp97.000 atau Rp99.000 sebelum reli.
Alarm palsu sebetulnya peluang yang sangat baik dalam trading. Sebab, itu adalah kunci mencari cuan terutama di saat pasar sedang bullish.
Misalnya, harga sebuah aset sedang uptrend. Namun, harganya tiba-tiba kembali ke arah support-nya, bahkan lebih rendah. Nah, kesempatan itu bisa kamu lakukan untuk mengakumulasi aset tersebut sebelum harganya kembali reli. Begitu harga sudah di pucuk, tentu kamu bisa melakukan aksi profit taking.
Demikian pula, jika tren turun, dan harga menarik kembali ke resistance, biarkan harga menembus di atas resistance dan kemudian short-sell saat harga mulai turun di bawah resistance.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah false breakout tidak akan selalu terjadi. Karenanya, yang terbaik adalah mengambil peluang trading saat momentumnya datang. Lain kali, jika false breakout terjadi, anggap saja kamu sedang tertimpa durian runtuh ya, Sobat Cuan!
Nah, jadi bagaimana Sobat Cuan? Sudah siap trading? Jika ya, kamu bisa melakukan trading menggunakan aset-aset di Pluang lho, seperti Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, DOT, dan ADA!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, The Balance
Bagikan artikel ini