Seorang investor tentu menginginkan cuan maksimal dalam berinvestasi, apapun jenis asetnya. Maka dari itu, ia harus bisa membaca tren harga aset tersebut di masa depan agar segala keputusan yang diambil bisa tepat dan cermat.
Nah, investor bisa menerka-nerka tren tersebut melalui sebuah metode yang disebut analisis teknikal. Hasil dari analisis teknikal bisa menjadi petunjuk bagi investor untuk menerka tren harga di masa depan berdasarkan data-data yang terjadi saat ini.
Mengapa bisa demikian? Para analis berpendapat bahwa reaksi investor, baik dalam bentuk aksi jual atau beli, terhadap setiap hal yang terjadi di pasar akan terefleksi dalam tren harganya. Mereka percaya bahwa tren ini pun bisa kembali terulang di masa depan, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Baca juga: Meski Naik Turun, Sampai Kapan Tren Harga Bitcoin yang Bullish Akan Berakhir?
Sebuah tren adalah pandangan umum tentang pergerakan harga di pasar dalam rentang waktu tertentu. Sebenarnya, tidak ada rentang periode yang saklek dalam menganalisis tren harga sebuah aset. Namun, semakin panjang rentang waktu tren harga, maka hasil analisis yang dihasilkan bisa lebih presisi.
Tren harga bisa mengarah ke atas (upward) atau ke bawah (downward) sesuai dengan pola bullish atau bearish di pasar. Adapun penjelasan tentang pola bullish dan bearish bisa dibaca di artikel ini. Namun, terdapat pula pola lain yang disebut pola menyamping (sideways), seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.
Kemudian, perlu dipahami bahwa analisis tren harga bukan hanya menyoal prediksi harga sebuah aset di masa depan. Investor bisa menggunakan analisis ini untuk menentukan apakah tren harga aset saat ini bisa berlanjut dalam waktu lama. Investor pun bisa memanfaatkan metode ini untuk melihat korelasi tren satu harga aset dengan harga aset lainnya.
Hanya saja, hasil analisis tren ini tidak 100% akurat meskipun menggunakan data-data yang bejibun. Hal ini cukup lumrah, mengingat tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa memprediksi masa depan secara detail.
Untuk membaca analisis tren harga, investor perlu fokus pada jenis aset yang akan dianalisis lebih dalam. Sebagai contoh, seorang investor bisa memutuskan untuk mendalami tren harga Bitcoin. Atau, bisa saja aset yang berbeda seperti harga emas.
Setelah memilih jenis aset yang akan dianalisis, investor kemudian bisa memeriksa kinerjanya secara umum. Kegiatan ini termasuk menilai faktor internal dan eksternal yang bisa mempengaruhi harga aset tersebut. Misalnya, kebijakan pemerintah atau krisis ekonomi.
Setelah mempelajari hal tersebut, investor kemudian perlu menentukan rentang waktu tren yang akan digunakan. Biasanya, investor pemula bisa memulai melihat tren harga dengan melihat grafik harga mingguan (weekly chart).
Para analis berpendapat bahwa grafik harga ini sudah memberikan informasi yang cukup bagi investor untuk menentukan keputusan investasi. Selain itu, investor juga tidak akan terpengaruh dengan pergerakan harga-harga secara acak, yang biasanya terjadi dalam jangka pendek, di grafik harga mingguan.
Investor kemudian bisa menghimpun informasi-informasi tersebut dan kemudian membaca pergerakan arah harganya ke depan. Dalam melakukan hal itu, investor bisa melakukan strategi-strategi di bawah ini.
Baca juga: Apa Saja Indikator Analisis Teknikal yang Penting di Aset Kripto? Simak di Sini!
Investor bisa mulai membaca tren harga dengan memanfaatkan indikator Moving Average (MA). Sesuai namanya, MA adalah indikator di analisis teknikal yang menggambarkan data harga aset secara historis dalam satu jangka waktu tertentu. Penjelasan lanjut mengenai MA bisa dibaca di artikel ini.
Bagaimana cara memanfaatkan MA untuk menentukan keputusan investasi? Nah, dalam hal ini, investor hanya tinggal membandingkan MA yang memiliki rentang jangka pendek dengan MA yang memiliki rentang jangka panjang.
Contohnya bisa terlihat dari grafik mingguan harga Ether (ETH) terhadap USDT sejak Oktober 2020 hingga Mei 2021. Garis hijau menggambarkan Moving Average dalam 50 hari, sementara garis biru menggambarkan Moving Average dalam waktu 20 hari.
Analis mengatakan bahwa investor bisa memasuki posisi long (membeli harga aset) jika Moving Average jangka pendek melintang di atas Moving Average jangka panjang. Investor bisa bersikap sebaliknya jika Moving Average jangka pendek melintang di bawah garis jangka panjangnya.
Pada grafik di atas, garis biru (MA 20 hari) melintang di atas garis hijau (MA 50 hari), menunjukkan bahwa investor bisa memanfaatkan saat ini untuk melakukan posisi long.
Strategi ini menunjukkan bahwa investor bisa memasuki posisi long jika harga sebuah aset mengalami momentum yang kuat. Di sisi lain, investor bisa bersikap sebaliknya jika momentumnya sedang melemah.
Biasanya, investor menggunakan indikator Relative Strength Index (RSI) dalam menilai momentum masuk atau keluar pasar. Adapun penjelasan mengenai RSI bisa disimak pada artikel ini.
Pada strategi ini, investor bisa memasuki posisi long jika tren harga aset semakin tinggi dan menempatkan titik stop loss di bawah garis tren utama posisi support. Stop loss sendiri merupakan order yang dilakukan broker pada titik harga tertentu untuk mencegah investor dari kerugian.
Indikator-indikator di atas bisa mempermudah penjelasan mengenai informasi yang terjadi di pasar saat ini. Sekaligus, memberi sinyal-sinyal jikalau tren harga aset berbalik arah nantinya.
Untuk itu, investor disarankan untuk memadu padankan seluruh indikator di atas untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar yang akurat. Sehingga, mereka bisa melakukan keputusan investasi yang juga tepat.
Meski membantu investor menentukan keputusan investasi, analisis tersebut nyatanya tak luput dari hujan kritikan.
Salah satu kritikan yang tajam adalah anggapan bahwa “sejarah tak terulang lagi di masa depan”. Mereka yang memiliki anggapan seperti demikian percaya bahwa pasar sudah efisien karena harga aset pasti akan selalu selaras (price in) dengan fundamentalnya.
Selain itu, anggapan bahwa “tren dan pola harga akan selalu berulang di kemudian hari” pun terbilang bias.
Investor bisa saja melihat peristiwa yang sudah diprediksi sebelumnya di masa depan melalui tren harga. Namun, mereka baru bisa melakukan itu jika peristiwa itu sudah terjadi di masa lampau. Lantas, bagaimana analisis memprediksi tren harga di luar faktor-faktor yang sudah terjadi di masa lalu?
Meski demikian, investor memang disarankan untuk melihat pola dan tren harga aset untuk memahami informasi-informasi aktual yang terjadi di pasar sebagai bekal keputusan berinvestasi.
Baca juga: Lagi Coba Main Saham? Ini 7 Indikator untuk Pahami Analisis Teknikal!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Sumber: Investopedia, TDM Ameritrade
Bagikan artikel ini