Kalian mungkin penasaran begitu melihat grafik harga emas dalam sebulan terakhir. Kok emas naiknya cepat amat bak meroket? Jika kamu juga bertanya-tanya tentang penyebab harga emas naik turun, kamu tidak sendirian.
Lalu, apa ini bakal berlanjut? Apa yang sebaiknya kita lakukan di masa seperti ini?
Grup telegram #SobatCuan di Pluang Belajar juga mempertanyakan tentang pergerakan grafik harga emas di aplikasi Pluang dalam sebulan terakhir.
Dalam masa pandemi COVID-19, harga emas tampak meroket, jauh meninggalkan harga saham-saham yang terpuruk. Karena itu, Pluang menghadirkan langsung Claudia Kolonas, co-founder Pluang untuk menjawab “misteri” ini.
Sebelumnya, Pluang mengundang d’goldfather dalam sesi “Plus Minus Emas Fisik & Emas Digital”. Head of treasury di Pluang, Olivia Jap, juga pernah memaparkan kulgram tentang “Menimbang-nimbang, Kapan Sih Waktu yang Tepat untuk Jual/Beli Emas?”
Claudia Kolonas yang merupakan lulusan Harvard Business School di bidang keuangan ini pun dengan rinci menjawab pertanyaan pada formulir Pluang Belajar yang telah dibagikan sebelum sesi tanya-jawab yang diajukan dalam grup telegram Pluang Belajar.
Baca juga: Perlu Dicatat! Ketahui Beda Tingkatan Risiko dalam Investasi
Bagi kamu yang ketinggalan menyimak penjelasan Claudia, berikut ini rangkuman materi yang dipaparkannya terkait grafik harga emas dan penyebab harga emas naik turun. Beserta tips dan trik berinvestasi di masa pandemi ini:
Jika berinvestasi diibaratkan seperti menaruh telur dalam keranjang, tentu, kamu tidak disarankan untuk menaruh seluruh telur dalam satu keranjang.
Sejumlah dana perlu diinvestasikan di berbagai kelas aset. Jika kamu punya 100 juta, 50 juta bisa ditaruh dalam investasi emas (pilih Pluang, ya!), 25 juta di deposito, dan 25 juta di saham/pendapatan tetap.
Mengapa persentase 50% ditaruh di emas? Karena emas menghasilkan imbal hasil lebih tinggi daripada reksadana atau jenis investasi lainnya. Pada awal tahun ini saja, imbal hasil emas sudah capai 20%.
Di aplikasi Pluang sendiri, menurut Claudia, harga emas sudah naik 47% dalam 1 tahun terakhir.
Ini berbeda dibandingkan dengan reksadana di mana banyak reksadana dengan kinerja yang terus menurun, terutama RD saham.
Emas adalah aset safe haven, artinya emas mengambil arah berbalik dibandingkan aset-aset lainnya. Jika saham turun, emas cenderung naik.
Karena itu, tidak mengherankan apabila kemudian harga emas cenderung naik turun.
Faktor selanjutnya yang membuat harga emas naik lebih dahsyat lagi adalah faktor dolar. Belakangan ini, rupiah terus tergerus lantaran pandemi COVID-19, sementara emas meroket drastis.
Harga emas sangat dipengaruhi ekonomi global. Emas mengalami kenaikan saat terjadi krisis global. Pada latar belakangnya, emas adalah “the original currency”. Zaman dulu, sebelum ada konsep uang, emas adalah alat tukar yang sejak awal dipercaya.
Faktor lain yang mempengaruhi harga emas naik turun adalah faktor suku bunga. Beberapa negara menggunakan suku bunga sebagai alat untuk menjaga nilai tukar negara mereka demi menjaga kesehatan ekonomi.
Apabila suku bunga turun, ekonomi cenderung melemah. Karenanya, orang lebih memilih untuk membeli emas. Sebaliknya, jika suku bunga menguat, maka orang lebih menginvestasikan dana pada saham atau obligasi.
Baca juga: Masih Banyak Diminati, Emas Peringkat Satu Investasi Terbaik di Tahun 2020
Bagi investor pemula, selalu disarankan jangan melihat pergerakan harga emas naik turun semacam ini ketika melakukan investasi. Yang paling penting dalam berinvestasi adalah menerapkan prinsip dan konsep DCA (Dollar Cost Averaging).
Konsep DCA; jika kamu miliki 1,2 juta rupiah, daripada dibelikan langsung emas saat itu juga, lebih baik disisihkan 100 ribu selama 12 bulan.
Ini lebih menguntungkan, apalagi bagi investor pemula. Fluktuasi emas dalam jangka pendek. Karena itu, persepsi perlu lebih panjang, bukan hanya investasi jangka pendek.
Selain itu, yang penting adalah diversifikasi. Kalian perlu menginvestasikan dana di berbagai kelas aset lain, baik deposito bank maupun obligasi.
Emas harus tetap dijadikan aset utama, karena merupakan kelas aset yang menjaga nilai uang kamu kendati ada krisis global.
Biasanya, kalau ada krisis, harga emas cenderung meningkat. Namun, kondisi pandemi COVID-19 saat ini terbilang unik bagi warga dunia. Karena kita mengalami “liquidity crisis”. Banyak bank sentral dan pemerintah seluruh dunia mengalami likuiditas yang sangat ketat.
Dapat dikatakan, pemerintah sangat butuh uang. Pada kondisi begini, yang biasanya mereka lakukan adalah menjual barang investasinya. Emas adalah alat investasi yang banyak digunakan oleh bank sentral dunia.
Ketika terjadi krisis global, ataupun situasi tak terduga, harga emas bisa jadi naik turun dan menurun sedikit ketika pemerintah mencairkan investasinya dalam melakukan beberapa subsidi. Contoh ini bisa dilihat per kasus di negara masing-masing.
Namun, sisi cerahnya, emas akan cenderung naik karena para investor mencari investasi yang dapat mengamankan dananya.
Yang lebih mengerikan adalah ketika bank mulai terpengaruh. Ketika bank mulai default atau declare bankruptcy, investor mencari produk investasi yang lebih riil atau konkret (ada barangnya). Karena itu, emas merupakan investasi yang lebih cocok, apalagi menghadapi situasi seperti pandemi COVID-19 ini.
Puang adalah aplikasi dengan patokan harga emas yang mengacu pada harga bursa. Jadi, harga emas di Pluang mengikuti dan mengacu LBMA (London Bullion Market Association) dan CME (Chicago Mercantile Exchange).
Harga di Pluang cenderung berbeda, karena nilai tukar terhadap GBP dan USD selalu berubah. Kombinasi dari harga emas dunia, GBP, dan USD mempengaruhi harga emas di aplikasi Pluang.
Karena itu, tidak selalu mengacu pada BI rate yang tertera. Ketika melakukan pemindahan dana dari IDR ke USD pada bank akun kami, tidak sama dengan BI rate. Berikutnya, Pluang berencana meluncurkan live pricing.
Baca juga: Lagi ‘BU’ Banget, Lebih Baik Jual atau Gadaikan Emas, Ya?
Harga emas selalu mengacu pada harga bursa, khususnya JFX (Jakarta Futures Exchange), sedangkan aplikasi lain barangkali menggunakan sistem harga sendiri.
Pluang juga bekerjasama dnegan Kliring Berjangka Indonesia, emas di Pluang dijamin oleh kliring. Pluang menggunakan “trading rules” yang ditetapkan di bursa. Sementara, mungkin aplikasi lain tidak melakukannya.
Kami berkomitmen untuk transparan mengenai harga emas.
Membeli emas online sangat “zaman now”. Tidak harus menunggu lama di toko emas atau kebingungan menanyakan harga di toko. Jadi, ya, belilah emas lewat medium digital. Dan aplikasi Pluang hadir demi menyediakan kemudahan itu!
Selain itu, jika tujuannya adalah untuk investasi, membeli emas di bursa (Pluang mematok harga emas sesuai dengan harga bursa) cenderung lebih menguntungkan dibandingkan membeli emas di toko.
Harga emas di toko umumnya lebih mahal, apalagi perhiasan, karena mencakup harga manufaktur. Harga kalung biasanya sudah di-mark up sekitar 20-30% sehingga bukan alat investasi yang efisien.
Ada kemungkinan harga meningkat lebih jauh lagi apalagi bila pandemi COVID-19 tidak kunjung membaik. Emas adalah produk yang ditransaksikan dalam dolar, jadi ketika rupiah melemah, emas akan meningkat.
Maka, di negara seperti AS dan Eropa, wabah COVID-19 akan fluktuatif, dan jika lebih parah, apakah ekonomi AS dan Eropa akan recover?
Ada kemungkinan ekonomi global cenderung menurun, karena itu orang-orang akan lebih memburu emas sebagai safe haven.
Terlepas dari harga emas yang naik turun ini, saat berinvestasi yang penting kamu tetap terapkan konsep diversifikasi menggunakan konsep DCA tadi, cicil menabung emas sedikit-sedikit alih-alih memasukkan dana sekaligus.
Mau ikutan sesi Kulgram di Pluang Belajar berikutnya? Stay Tune ya!
Sumber: Investing Answers, Investopedia
Pengin Bikin Start-up? Ini 5 Strategi Awal yang Harus Kamu Ketahui
Tetap Bisa Traveling Saat Kantong Tipis dengan 9 Trik Ini!
Menyulap Hobi Menjadi Bisnis dengan 7 Trik Andalan Ini!
Mau Financially-Savvy? Dengerin 7 Podcast Spotify Keuangan Ini, yuk!
Mau Cuan Investasi Saham untuk Pemula? Intip Dulu Panduannya di Sini!
Bagikan artikel ini