Selamat petang, Sobat Cuan! Rangkuman Kabar kembali hadir menyapa kamu semua dengan kabar pilihan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya harga emas yang kian berkilau dan rencana AS untuk memblokir impor minyak dari Rusia! Yuk, simak selengkapnya.
Pemerintah mengumumkan telah memperbolehkan wisatawan mancanegara masuk ke Bali tanpa melalui karantina per Senin (7/3).
Hanya saja, pelonggaran ini tidak ditujukan untuk seluruh wisatawan asing. Turis mancanegara bisa ke Bali tanpa karantina jika telah mendapatkan vaksin dua kali dan vaksin booster. Selain itu, mereka juga harus menunjukkan bukti pembayaran booking hotel untuk minimal empat hari.
Upaya pemerintah untuk kembali membuka pintu bagi wisatawan asing akan menggeliatkan kembali sektor pariwisata di dalam negeri. Sektor pariwisata yang bertumbuh tentu akan berimbas pada kenaikan cadangan devisa dalam negeri.
Sementara itu, cadangan devisa yang mumpuni akan sangat berguna untuk menjaga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) akan menggunakan devisa untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah melalui intervensi pasar valuta asing.
Menjaga stabilitas kurs sangat penting bagi Indonesia di tengah ancaman kenaikan nilai Dolar AS akibat rencana pengetatan kebijakan moneter The Fed dan situasi geopolitik yang amburadul.
Setelah harga minyak goreng melejit dan bikin ibu rumah tangga menjerit, kini giliran harga 'keluarga cabai' yang bikin kantong sakit.
Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata harga cabai merah keriting di pasar tradisional Indonesia pada Senin (7/3) tercatat Rp53.850 per kilogram (kg), naik 4,36% dibanding kemarin. Sementara itu, rata-rata harga cabai rawit merah di pasar tradisional hari ini menyentuh Rp73.700 per kg, naik 4,91% di waktu yang sama.
Bahkan, harga cabai rawit merah sudah menembus Rp100.000 per kg di beberapa daerah, misalnya Maluku Utara, Kalimantan Utara, Papua, dan Maluku.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan gangguan panen akibat cuaca buruk menjadi biang keladi kenaikan harga cabai kali ini. Ia juga mengatakan, kenaikan harga tersebut akan bersifat sementara.
Kenaikan harga cabai tentu akan mengerek angka inflasi dari golongan bahan pangan (volatile food).
Dalam ekonomi, inflasi volatile food dikenal sebagai inflasi 'jahat' lantaran tidak mencerminkan kekuatan daya beli masyarakat. Selain itu, inflasi jenis ini pun hanya akan menurunkan kekuatan konsumsi dan menurunkan pendapatan produsen. Ujung-ujungnya, pertumbuhan ekonomi bisa tertahan.
Oleh karenanya, pemerintah perlu meredam inflasi volatile food dengan rentetan kebijakan, mulai dari menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) hingga memperbanyak pasokan cabai.
Baca juga: Pasar Sepekan: Tensi Geopolitik Makin 'Rempong', Market Kena Pingpong
Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Joe Biden tengah mempertimbangkan untuk melarang impor minyak dunia dari Rusia. Dua sumber di lingkaran Gedung Putih membocorkan wacana tersebut kepada Bloomberg.
Namun, AS dikabarkan tidak akan berniat melaksanakan pelarangan impor secara total. Selain itu, negara adidaya tersebut juga masih mengkaji dampak dari kebijakan tersebut sebelum benar-benar melancarkannya.
Pembatasan suplai minyak mentah, dengan asumsi permintaannya dianggap tetap (ceteris paribus), tentu akan meningkatkan harga minyak ke depan. Jika itu terjadi, maka harga BBM, tarif listrik, dan ongkos produksi industri bisa akan meningkat. Alhasil, dunia akan terjebak ke dalam inflasi yang dimotori kenaikan harga energi.
Namun, di sisi lain, Rusia bisa mengalihkan produksi minyak mentahnya ke negara lain. Hal ini diharapkan bisa mencegah kenaikan harga minyak mentah akibat upaya pelarangan suplai.
Harga emas di pasar spot hari ini sempat menyentuh level US$2.000 per ons, pertama kalinya sejak Agustus 2020 silam. Sayangnya, harga emas kembali melorot tipis ke level US$1.988,66 per ons pada Senin sore.
Kenaikan nilai sang logam mulia terjadi akibat aksi borong pelaku pasar. Mereka getol mengoleksi emas sebagai aset safe haven lantaran khawatir bahwa prospek ekonomi ke depan akan redup akibat tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum mereda plus sanksi-sanksi ekonomi AS terhadap Rusia.
Di samping itu, pelaku pasar juga khawatir bahwa konflik Rusia-Ukraina akan memperburuk disrupsi rantai pasok dan mengerek harga komoditas energi, sehingga inflasi ke depan tak dapat terbendung. Sekadar informasi, emas selama ini dikenal sebagai aset yang efektif untuk melindungi kekayaan dari gerusan inflasi.
Ketidakpastian ekonomi seharusnya menjadi sentimen positif bagi harga emas sebagai aset safe haven. Nah, melihat hal ini, Sobat Cuan semestinya bisa menjadikan peristiwa ini sebagai sinyal bahwa investasi aset berisiko tengah tak digandrungi.
Baca juga: Kabar Sepekan: Harga BBM & Elpiji Bikin Pening, Sanksi AS Kian Nyaring
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Sumber: CNBC Indonesia, CNN Indonesia, Okezone, Bloomberg,
Bagikan artikel ini