Selamat hari Sabtu, Sobat Cuan! Pasar terlihat terguncang parah pada pekan ini. Aset kripto terlihat runtuh sementara saham AS lagi-lagi harus tenggelam akibat hantaman di sana-sini. Yuk, simak ringkasannya di Pasar Sepekan berikut!
Kinerja aset kripto utama pada pekan ini bisa dibilang cukup tragis. Bahkan, mayoritas di antaranya sampai-sampai membukukan pelemahan hingga dua digit.
Pada pekan ini, pelaku pasar tampaknya mengambil kesempatan untuk ambil untung (profit taking) setelah aset kripto tampil mentereng sepekan sebelumnya.
Namun, selain itu, pelaku pasar juga sepertinya bingung setelah bank sentral AS, The Fed, berkali-kali melontarkan sikap hawkish-nya sepanjang pekan ini. Puncaknya, aset kripto oleng setelah The Fed merilis risalah rapat FOMC (minutes of meeting) Maret yang berisi bahwa mereka membuka peluang mengerek suku bunga acuan hingga 50 basis poin plus mulai mengurangi neracanya sebesar US$95 miliar per bulan mulai Mei.
Sontak, hal itu memicu panic selling. Betapa tidak, pengetatan kebijakan moneter yang bak petir di siang bolong mendorong pelaku pasar untuk menempatkan dananya di aset yang lebih aman.
Terlebih, sikap ini sebenarnya juga terbilang wajar-wajar saja. Menurut tren historisnya, pasar kripto memang selalu mengalami turbulensi setelah perilisan data makroekonomi. Apalagi jika data makroekonomi yang dimaksud bikin investor gigit jari.
Kemudian, dari tabel di atas, Sobat Cuan bisa melihat bahwa SOL menjadi aset kripto paling terjerembab setelah mencatat pelemahan 17,78% sepanjang pekan ini akibat likuidasi yang tinggi. Kondisi ini cukup ironis mengingat platform Non-Fungible Token (NFT) paling hits, OpenSea, mengumumkan bakal melakukan listing atas NFT "pabrikan" jaringan Solana.
Selain itu, dari seluruh jajaran aset kripto utama, hanya Dogecoin (DOGE) saja yang selamat di zona hijau. Nilai DOGE memang menggonggong setelah punggawa Tesla, Elon Musk, dikabarkan membeli 9,4% saham media sosial Twitter.
Jika menilik dari sektornya, maka status jongos kali ini jatuh ke sektor gaming yang rerata return-nya luntur 13,3% sepanjang pekan ini. Nasibnya kemudian diikuti oleh koin sektor Web3 yang amblas 10% di waktu yang sama.
Ternyata, biang kerok lesunya kinerja koin sektor gaming adalah performa memble Axie Infinity (AXS). Nilainya anjlok 27,48% dalam sepekan terakhir, yang masih merupakan imbas dari peretasan jaringan sidechain Axie Infinity, Ronin, pada pekan lalu.
Setali tiga uang, pasar saham Amerika Serikat (AS) juga mengalami kondisi serupa. Sepanjang pekan ini, nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpeleset 0,27%, sementara nilai S&P 500 dan indeks Nasdaq masing-masing rubuh 1,27% dan 3,86%.
Kinerja sektor teknologi yang melempem membuat trio indeks saham AS kebakaran. Hal ini tercermind dari nilai indeks informasi teknologi S&P 500 yang pasrah melemah 4,03% sepanjang pekan ini.
Ya, kinerja saham sektor teknologi berguguran setelah tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melesat, bahkan sampai menembus di atas 2,6% di pekan ini. Tingkat imbal hasil obligasi AS kian berjaya setelah The Fed kembali menggarisbawahi keinginannya untuk mengetatkan kebijakan moneternya dengan agresif.
Sekadar informasi, yield obligasi pemerintah AS memang selalu menjadi musuh bebuyutan saham teknologi berkategori growth stocks. Apa alasannya?
Kenaikan yield obligasi AS menjadi indikasi bahwa The Fed akan mengerek suku bunga acuannya. Namun, rezim suku bunga tinggi akan meredam pertumbuhan konsumsi dan investasi, dua faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Nah, sementara itu, kinerja saham growth stocks sangat tergantung dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya karena pengetatan kebijakan moneter The Fed, sikap pelaku pasar yang kurang pede nyemplung ke pasar modal juga didorong oleh konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai. Perkembangan terakhirnya, AS telah meluncurkan sanksi baru terhadap Rusia setelah negara tersebut diduga melakukan kejahatan perang dengan membantai warga kota Bucha.
Ke depan, volatilitas di pasar modal AS nampaknya masih bakal kentara dalam jangka pendek. Namun, pelaku pasar tampaknya juga bakal fokus dengan musim pelaporan keuangan emiten (earnings season) kuartal I yang sudah berada di depan mata.
Di tengah nasib kripto dan saham AS yang terlihat ngenes, setidaknya emas masih punya nasib yang sedikit lebih mujur.
Di akhir pekan, nilai sang logam mulia bertengger di US$1.947,65 per ons alias tumbuh 1,16% dibanding posisi sepekan sebelumnya US$1.925,30 per ons.
Perkasanya harga emas pekan ini sebenarnya terbilang anomali. Pasalnya, nilai emas sukses berkilau meski dua musuh bebuyutannya, nilai Dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi AS, juga tengah menikmati masa bulan madu.
Sekadar informasi, kenaikan tingkat imbal hasil pemerintah seharusnya meningkatkan opportunity cost menggenggam emas. Sehingga, investor akan merasa kurang cuan dalam mengoleksi sang logam mulia mengingat emas tidak menghasilkan imbal hasil secara periodik.
Di sisi lain, kenaikan nilai Dolar AS seharusnya juga membuat harga emas menjadi relatif mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.
Namun, pelaku pasar ternyata masih getol mengoleksi emas. Pasalnya, mereka masih menganggap bahwa situasi ekonomi ke depan masih penuh ketidakpastian. Sehingga, di saat-saat seperti ini, mereka tentu lebih memilih menyimpan kekayaan di emas.
Terdapat banyak faktor yang melandasi sikap pelaku pasar tersebut.
Pertama, mereka masih khawatir bahwa sikap hawkish The Fed bakal berujung ke resesi ekonomi. Kedua, akhir dari krisis geopolitik Rusia dan Ukraina juga sepertinya belum menemui titik terang. Ketiga, AS sepertinya masih bakal didera inflasi yang kian ngamuk, sehingga pelaku pasar tentu memburu emas sebagai aset pelindung nilai.
Nah, apakah emas bisa mempertahankan kejayaannya pekan depan? Tunggu saja kelanjutannya ya, Sobat Cuan!
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Rekor di Akhir Pekan, Kripto Keluar Jadi Jagoan!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di sisi lain, bisa tersenyum semringah pada pekan ini. Pasalnya, nilainya ditutup di level 7.210,83 pada Jumat (8/4), tumbuh fantastis 1,87% dibanding sepekan sebelumnya.
Derasnya minat pelaku pasar untuk melahap saham domestik menjadi pendorong IHSG seolah-olah berada di atas angin pekan ini. Kendati demikian, motivasi pelaku pasar untuk nyemplung ke pasar modal pun ternyata cukup beragam.
Di satu sisi, terdapat pelaku pasar yang doyan melahap saham domestik seiring musim pembagian dividen yang kian mendekat.
Ya, berkaca pada perilaku aktivitas di pasar domestik, investor selalu berburu cuan jelang pembagian dividen dengan memborong saham-saham yang diprediksi berkinerja moncer. Akibatnya, harga saham emiten yang membagikan dividen memang selalu berpeluang naik hingga tanggal cum date-nya.
Namun, di sisi lain, terdapat pula kelompok investor yang memborong saham dalam negeri lantaran optimistis dengan ekonomi Indonesia. Mereka yakin pertumbuhan ekonomi kuartal I Indonesia bakal mantap mengingat harga komoditas terlihat membara sejak awal tahun.
Selain itu, mereka juga optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan bakal berjalan mulus seiring melandainya penyebaran COVID-19 dan mobilitas masyarakat yang perlahan normal. Bahkan, pemerintah pun akhirnya kembali memberlakukan cuti bersama lebaran setelah dua tahun vakum.
Namun, apapun motivasi pelaku pasar, mereka tentu berhasil mendorong IHSG menembus level psikologisnya 7.200 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah di akhir pekan ini.
Kinerja indeks domestik yang subur juga mendorong investor asing untuk ikut berburu saham domestik. Sikap tersebut tercermin pada nilai beli bersih asing (net foreign buy) jumbo mencapai Rp4,19 triliun di seluruh pasar pada pekan ini.
Asing terpantau paling banyak memborong saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp336,2 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga rajin mengoleksi saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) masing-masing Rp316,6 miliar dan Rp284,3 miliar.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini