Indeks saham AS, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan bahkan sekelas aset safe haven seperti emas harus mengakhiri pekan ini dengan wajah kecut. Di sisi lain, beberapa aset kripto terpantau mencetak performa terbaiknya di saat “rekan” sesama aset digitalnya terkapar tak berdaya. Simak ulasan selengkapnya di Pasar Sepekan berikut!
Ketiga indeks saham utama Amerika Serikat kompak terjerembab sepanjang pekan ini. Nilai Dow Jones Industrial Average melemah 0,17%, sementara nilai S&P 500 dan Nasdaq masing-masing terjerembab 0,84% dan 1,92% di saat yang sama.
Trio indeks saham AS tak berdaya setelah pelaku pasar terlihat kocar-kacir akibat segudang sentimen negatif sepanjang minggu ini. Utamanya, apalagi kalau bukan ketidakpastian ekonomi terkait penyebaran COVID-19 varian Omicron.
Pada pekan ini, pemerintah AS akhirnya mengonfirmasi satu kasus positif COVID-19 varian Omicron di negara bagian California. Pelaku pasar takut bahwa penyebaran COVID-19 Omicron kian meluas dan bikin negara adidaya itu menerapkan pembatasan sosial ketat.
Kekhawatiran pelaku pasar dapat dimaklumi mengingat tingkat penularan Omicron digadang lebih bebrbahaya ketimbang COVID-19 Delta. Namun, kembalinya AS ke penguncian wilayah tentu akan menghentikan kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Maka dari itu, tak heran jika saham-saham sektor penerbangan langsung klepek-klepek setelah kabar tersebut menyeruak.
Seolah kabar COVID-19 Omicron tak cukup bikin investor menderita, muncul pula sentimen lain dari mulut Ketua The Fed Jerome Powell yang bikin dengkul investor bergetar.
Di hadapan Senat AS pertengahan pekan ini, Powell berujar bahwa The Fed ngotot mempercepat pelaksanaan tapering. Ia berdalih, pertumbuhan ekonomi AS sudah berada di jalur yang tepat, apalagi inflasi AS pun dianggap kian kronis sehingga otoritas moneter tersebut harus meresponsnya dengan pengetatan kebijakan moneter.
Komentar tersebut bikin nafsu investor untuk masuk ke pasar modal lenyap seketika. Sebab, rencana pengetatan kebijakan moneter ternyata mengerek tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan memperkuat nilai Dolar AS. Nah, di saat-saat seperti itu, investor lebih baik mengalirkan dananya ke pasar surat utang dan produk jasa keuangan ketimbang di pasar modal, bukan?
Tetapi, investor kemudian meragukan niatan pengetatan kebijakan moneter The Fed setelah melihat data penyerapan tenaga kerja baru AS (Non-Farm Payroll) yang di bawah ekspektasi. Sepanjang November, AS ternyata menyerap 210.000 tenaga kerja baru, setengah lebih rendah dibanding ramalan analis 500.000 tenaga kerja baru.
Nah, apakah The Fed benar-benar akan mengetatkan ikat pinggangnya? Yuk, tunggu jawabannya di rapat FOMC pertengahan Desember mendatang!
Koin-koin kripto terbilang tak satu suara sepanjang pekan ini. Ada aset kripto yang mampu berkinerja baik, namun ada juga yang berkinerja memble.
Melansir Coinmarketcap pada Sabtu (4/12) pukul 08.33 WIB, hanya empat dari 10 koin kripto berkapitalisasi pasar jumbo yang sukses finish di zona hijau. Sobat Cuan bisa melihat rangkumannya di tabel berikut!
Secara umum, kondisi pasar kripto pekan ini terbilang suam-suam kuku. Sebab, pelaku pasar tampaknya tengah memasang sikap wait and see terkait perkembangan terbaru di lingkup pemerintahan AS terkait seluk-beluk regulasi aset kripto.
Pertama, pelaku pasar memilih topang dagu karena menanti sosok-sosok dewan gubernur yang akan mendampingi Jerome Powell di pucuk pimpinan The Fed. Laporan terakhir mengatakan bahwa Gedung Putih sudah mulai mewawancarai beberapa kandidat dewan gubernur tersebut. Nah, kini pelaku pasar pun menerka-nerka tentang pandangan masing-masing kandidat terkait regulasi aset kripto AS ke depan.
Kedua, pelaku pasar juga memilih menanti perkembangan terbaru dari pertemuan antara Dewan Legislatif AS dan CEO platform exchange kripto pada 8 Desember mendatang. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) tersebut, kedua pihak rencananya akan berdiskusi tentang regulasi aset digital dan masa depan sektor jasa keuangan AS.
Kendati sebagian besar aset kripto kurang darah, namun ada pula aset kripto lain yang justru terlihat bertenaga. Seperti yang terlihat di tabel atas, salah satunya adalah Terra (LUNA) yang nilainya naik 43,76% dalam sepekan.
Nilai LUNA terlihat moncer setelah pengembangnya, Terraform Labs, membakar 88 juta keping LUNA untuk kemudian ditukarkan ke stablecoin LUNA bernama UST. Hal ini dilakukan setelah Terra berniat menambah sirkulasi stablecoin sebagai token utilitas di beberapa platform Decentralized Finance (DeFi).
Selain LUNA, nilai Polygon (MATIC) juga berhasil tumbuh 27,14% dalam sepekan terakhir setelah platform tersebut berencana untuk mengekspansi jaringannya.
Nasib apes juga menimpa emas. Harganya bertengger di level US$1.783,36 per ons pada Sabtu pukul 09.16 WIB, melemah 0,52% dibanding pekan lalu US$1.792,65 per ons.
Awalnya, harga emas sempat melaju mendekati level psikologis US$1.800 per ons setelah pelaku pasar memborong emas sebagai aset safe haven. Penyebabnya, apalagi kalau bukan kepanikan investor terkait varian COVID-19 Omicron. Ya, investor memang selalu memburu emas sebagai aset penyimpan kekayaan di kala situasi ekonomi tak menentu.
Namun, nilai sang logam mulia “putar balik” gara-gara ketakutan investor pindah dari COVID-19 Omicron ke pengetatan kebijakan moneter The Fed.
Rencana tersebut bikin Dolar AS menguat, sehingga investor memilih menggenggam aset greenback tersebut ketimbang sang logam mulia. Apalagi, kenaikan nilai Dolar AS akan membuat harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.
Baca juga: Pasar Sepekan: Aset Kripto Makin Gagah, IHSG Ogah Goyah
Investor pasar modal domestik pun nampaknya pasrah ikutan gigit jari pada pekan ini. Betapa tidak, nilai IHSG tercatat bertengger di 6.538,50 pada penutupan sesi perdagangan Jumat (3/12), melemah 0,35% dibanding sepekan sebelumnya.
Kunci utama pelemahan IHSG sepanjang pekan lalu adalah panic selling. Ya, investor getol melakukan aksi jual karena diliputi kekhawatiran soal penyebaran varian COVID-19 Omicron dan rencana tapering The Fed. Bahkan, investor pun secara tedeng aling-aling langsung profit taking begitu IHSG melonjak 1% di sesi perdagangan Kamis (2/12) karena takut sang indeks domestik bakal kembali terjebak ke zona merah beberapa hari ke depan.
Alhasil, investor asing mencatat nilai jual bersih Rp3,22 triliun di seluruh pasar sepanjang pekan ini. Saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) nampaknya menjadi korban terparah mengingat kini nilai sahamnya berada di level Rp490 per lembar, alias amblas 15,52% dalam sepekan.
Apakah IHSG berhasil bangkit pekan depan? Yuk, tunggu kelanjutannya ya, Sobat Cuan!
Baca juga: Pasar Sepekan: IHSG Lunglai, Emas dan Kripto Kian Bersinar
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini