Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Memahami Lightning Network di Jaringan Bitcoin. Apa Gunanya?
shareIcon

Memahami Lightning Network di Jaringan Bitcoin. Apa Gunanya?

7 Jun 2023, 7:30 AM·Waktu baca: 6 menit
shareIcon
Kategori
Lightning Network

Lightning Network adalah jaringan yang jadi "penyelamat" Bitcoin. Namun, apa sebenarnya fungsi dan manfaat jaringan satu ini?

Apa itu Lightning Network?

Lightning network (LN) adalah jaringan lapis kedua pada blockchain Bitcoin yang khusus untuk mengekesekusi transaksi-transaksi mikro sebelum dicatatkan pada jaringan utama.

Jaringan ini hadir dengan memanfaatkan fungsi-fungsi teknologi smart contract dengan tujuan untuk mempercepat proses transaksi yang terdapat di jaringan Bitcoin. Dengan kata lain, jaringan ini hadir untuk mengurangi beban pemrosesan transaksi dan membantu mempertahankan skalabilitas transaksi di jaringan Bitcoin.

Mengapa Lightning Network Hadir?

Latar Belakang Kebutuhan Lightning Network

Ketika Satoshi Nakamoto menciptakan Bitcoin pada 2009, ia berharap jaringan blockchain Bitcoin bisa menjadi jaringan pembayaran secara peer-to-peer. Harapannya, masyarakat di masa depan bisa menggunakan aset kripto Bitcoin (BTC) sebagai alat pembayaran barang dan jasa di masa depan.

Bagaimanapun, popularitas Bitcoin yang meroket membuat volume transaksinya terus meningkat. Skalabilitas rendah membuat blockchain petahana ini membutuhkan waktu lebih lama untuk mengekesekusi satu transaksi, mengonfirmasinya, dan mencatatkannya pada blockchain.

Terlebih, desain bawaan blockchain Bitcoin pun tidak mampu mengakomodasi transaksi dalam jumlah jumbo. Asal tahu saja, dalam blockchain Bitcoin, seluruh komputer yang terhubung di dalamnya harus memvalidasi transaksi dengan memecahkan kode kriptografi rumit, yang belakangan disebut sebagai Proof of Work.

Tak hanya memakan waktu lama, namun proses itu pun terbilang mahal lantaran validasi transaksi menggunakan algoritma konsensus tersebut membutuhkan daya listrik yang besar. Akibatnya, pemrosesan transaksi di jaringan Bitcoin pun sering mandek namun dengan biaya yang tidak efisien.

Nah, untuk itulah Lightning Network diciptakan, yakni untuk membantu meringankan beban transaksi di blockchain Bitcoin. Bayangkan saja, jika jaringan utama Bitcoin hanya mampu memproses 10 transaksi per detik, maka Lightning Network bisa memproses jutaan transaksi di rentang waktu yang sama.

Tingginya skalabilitas transaksi di jaringan ini pun diharapkan dapat menurunkan biaya transaksi di jaringan Bitcoin. Terakhir, dan yang terpenting, jaringan ini pun diharapkan bisa mengantar BTC sebagai alat pembayaran utama barang dan jasa internet, seperti yang diidamkan Nakamoto.

Memang, sejak awal, solusi blockchain lapis kedua amat dibutuhkan Bitcoin lantaran blockchain tersebut memang tidak dirancang sebagai sistem pembayaran. Cetak biru Bitcoin membatasi potensi untuk meningkatkan skalabilitas pada layer utama, sehingga upgrade-nya harus dilakukan pada jaringan tambahan.

Awal Mula Konsep Lightning Network

Lightning Network pertama kali dikonsepkan oleh Joseph Poon dan Thaddeus Dryja pada tahun 2015. Mereka memperkenalkan konsep ini lewat whitepaper secara resmi di tahun 2016 sebagai solusi atas rendahnya skalabilitas Bitcoin.

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini Bitcoin hanya mampu memproses 10 transaksi per detik (transactions per second/TPS). Di situs resminya, Bitcoin bahkan mengakui rata-rata hanya mampu mengakomodasi 3 hingga 7 TPS saja alias jauh di bawah kapasitas sistem pembayaran maupun jaringan blockchain lainnya.

Padahal, biaya energi yang diperlukan berbanding lurus dengan lamanya waktu transaksi yang ditempuh. Saat antrian transaksi membeludak, biaya transaksi Bitcoin bisa mencapai US$50 per transaksi. Padahal biaya gas rata-ratanya hanya berkisar US$2,5 per transaksi.

Poon dan Dryja mengklaim desain lightning network dapat menyelesaikan persoalan ini dengan membuat skalabilitas Bitcoin naik jadi 47.000 TPS. Syaratnya, tiap block dalam blockchain Bitcoin harus bisa mengelola transaksi hingga 8 Gigabyte (GB). Padahal, kemampuan layer utama dalam mengelola transaksi saat itu hanya 1 megabyte per blok.

Karena itulah Poon dan Dryja akhirnya menginisiasi proyek Lightning Labs bersama beberapa pihak lain. Mereka mengembangkan potensi layer tambahan yang berfungsi khusus untuk memproses transaksi cryptocurrency saja. 

Proyek ini berhasil meluncurkan soft fork untuk membuat layer kedua Bitcoin pada tahun 2017. Setahun setelah soft fork diluncurkan, Lightning Labs akhirnya bisa meluncurkan implmentasi lightning network versi beta. Hingga saat ini, baru versi itu saja yang dapat diakses oleh pengguna Bitcoin.

Baca Juga: Cryptocurrency Airdrop

Bagaimana Cara Kerja Lightning Network?

Sebagai layer transaksi, protokol Lightning Network bekerja dengan memfasilitasi pembayaran antara pihak dan pengguna Bitcoin.

Transaksi ini bersifat off-chain namun tetap patuh pada prinsip desentralisasi. Caranya dengan mencatat dan memproses terlebih dahulu sejumlah transaksi antara para pihak. Setelah finalisasi transaksi di layer ini selesai barulah transaksinya dicatatkan pada layer utama.

Secara lebih detail, dalam proses transaksi, jaringan utama blockchain Bitcoin akan membuka saluran Lightning Network. Nantinya, seluruh transaksi yang mengantre di jaringan utama Bitcoin akan "dilimpahkan" ke Lightning Netwrok untuk difinalisasi.

Kunci pentingnya ada pada proses konsolidasi saat menyelesaikan lusinan transaksi mikro. Proses ini kemudian menyederhanakan transaksi-transaksi mikro tersebut menjadi satu transaksi ringkasan untuk dikirimkan ke mainnet Bitcoin. Efeknya, transaksi-transaksi mikro itu jadi tidak memerlukan validasi node satu per satu.

Setelah konsolidasi itu selesai, paket transaksi itu kemudian diserahkan kembali ke jaringan utama Bitcoin. Asal tahu saja, Lightning Network memang tidak diperkenankan untuk memvalidasi transaksi dan mencatatkannya pada buku besar. Proses itu hanya bisa dilakukan di jaringan utama Bitcoin.

Lebih lanjut, Lightning Network bekerja seperti pairing wallet berdasarkan smart contracts. Sepasang wallet tersebut bertindak sebagai saluran pembayaran instan antar pengguna. Transaksi dalam network ini bersifat bebas dengan kecepatan relatif instan. Namun, alamat transaksi maupun prosesnya sangat mirip dengan alamat dan proses transaksi pada blockchain utama Bitcoin.

Mekanisme ini tentunya menekan biaya gas, waktu transaksi dan beban jaringan utama secara keseluruhan.

Penerapan Bitcoin Lightning Network

Adopsi Bitcoin Lightning Network paling fenomenal dilakukan oleh El Salvador, negara pertama yang mengesahkan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Negara ini menggunakan wallet bernama Chivo yang bertindak sebagai lightning network.

Warga El Salvador dapat melakukan transaksi antar wallet lewat Chivo. Mekanisme ini memnimalisasi biaya gas dan waktu eksekusi transaksi sehingga mereka dapat melakukan pembayaran sehari-hari dengan Bitcoin tanpa khawatir akan antrean transaksi maupun gas fee.

Risiko Menggunakan Lightning Network

Bitcoin sendiri, lewat situs resminya, mengungkap risiko keamanan dan rumitnya penggunaan Lightning Network untuk transaksi sebagai faktor utama belum dirilisnya versi penuh dari lightning network.

Berikut sejumlah risiko tersebut menurut Bitcoin:

1. Griefing Attacks

Serangan keamanan ini tidak membuat dana penggunanya hilang. Tapi, Bitcoin di wallet penggunanya bisa dibekukan sehingga transaksi via wallet itu tidak bisa diproses.

2. Floot and Loot

Seorang peretas dapat membuat sejumlah pengguna dalam satu Lightning Network yang sama dan melakukan transaksi secara simultan. Gara-gara kebanjiran permintaan eksekusi transaksi, terjadi penundaan sementara pada proses transaksi tersebut. Nah, hackers bakal memanfaatkan kondisi itu untuk mencuri dana-dana yang mengantre tersebut.

3. Time-Dilation Attacks

Serangan ini berupa penundaan pengiriman antar blok transaksi. Akibatnya, korban belum sadar bahwa otorisasi block pada network ini sebenarnya belum lengkap.

4. Pinning Attacks

Serangan ini terjadi dengan membuat korban menutup Lightning Network secara terburu-buru, sehingga belum semua transaksi difinalisasikan oleh jaringan tersebut. Selisih transaksi akibat aksi ini pun jadi sasaran empuk penyerang untuk dicuri.

Baca Juga: Blockchain dan Cryptocurrency

Penyempurnaan Jaringan 

Bitcoin juga mengatakan bahwa Lightning Network masih terlalu rumit bagi pengguna awam. Mengoperasikan jaringan ini, kata Bitcoin, sama susahnya dengan mengoperasikan jaringan utama.

Kendala lainnya ialah likuiditas Bitcoin pada layer kedua yang relatif masih rendah.

Bitcoin mengatakan pada Agustus 2021, jumlah total Bitcoin terkunci pada Lightning Network hanya 2.300 BTC. Meski terdengar banyak sebetulnya jumlah tersebut masih terlalu kecil untuk mampu menyediakan likuiditas pada layer kedua. Sebagai perbandingan, total BTC terkunci pada jaringan Ethereum saja mencapai 250.000 BTC.

Meski masih memerlukan pengembangan lebih jauh, Bitcoin mengatakan bahwa Lightning Network saat ini masih jadi salah satu opsi untuk meningkatkan skalabilitasnya di masa depan. Hingga saat ini Bitcoin bersama Lightning Labs masih berupaya menyempurnakan jaringan ini sebelum meluncurkan full version-nya.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Bitcoin, Coinbase, Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Fathia Nurul Haq

Right baner

Fathia Nurul Haq

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
crypto
Mengenal Istilah 'Ethereum Killer' dalam Kripto. Apakah Itu?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1