Drawdown adalah keniscayaan dalam trading. Lantas, apa pengertiannya dan bagaimana persiapan untuk menghadapinya?
Dalam trading, Drawdown adalah penurunan nilai aset dari harga belinya hingga ke titik "palungnya" dalam satu jangka waktu tertentu.
Drawdown umumnya dihitung sebagai persentase. Sebagai contoh, jika kamu membeli saham dengan harga Rp1 juta dan nilainya turun menjadi Rp900.000 sehari berikutnya, maka bisa dibilang kamu mencatat Drawdown sebesar 10%.
Namun, patut dicatat bahwa Drawdown bukanlah kerugian yang didera trader. Pasalnya, kerugian tersebut belum terealisasi alias unrealized loss. Jika suatu saat harga aset tersebut memantul kembali, maka ada kemungkinan sang investor bisa mengurangi nilai Drawdown-nya. Bahkan, nilai Drawdown ini akan bersifat nihil jika harga aset kembali ke harga belinya.
Baca Juga: Mengenal Futures Trading dan 5 Persiapannya bagi Pemula
Menghadapi Drawdown adalah kondisi yang teramat pahit bagi trader. Pasalnya, siapa yang ingin menyaksikan nilai aset trading-nya jatuh dari titik tertingginya?
Namun sebenarnya, terdapat banyak alasan mengapa data ini sangat bermanfaat untuk diketahui trader, yakni:
Terdapat tiga jenis Drawdown yang saat ini dikenal, yakni absolute drawdown, maximal drawdawn dan relative drawdown. Seperti apa detailnya?
Secara sederhana, Absolute Drawdown adalah data Drawdown yang diukur menggunakan nilai absolut, biasanya diukur menggunakan satuan mata uang. Angka ini dihitung berdasarkan selisih antara modal awal trading dengan nilai terendahnya tanpa memperhitungkan laba yang belum terealisasi.
Trader biasanya memanfaatkan data satu ini untuk membantu mereka dalam memahami risiko awal dari kegiatan trading.
Jenis Drawdown ini paling populer di kalangan trader. Sebab, MDD menghitung penurunan nilai modal awal setelah dikurangi kerugian dari trading secara beruntun. Di samping itu, trader pun biasanya mengasosiasikan istilah Drawdown secara umum dengan angka MDD.
Data MDD berupa presentase akumulasi kerugian yang belum terealisasi. Semakin dalam koreksinya, maka semakin besar pula persentase MDD. Semakin besar presentase MDD, maka semakin tinggi pula peluangmu untuk mendapat perintah penambahan modal alias margin call.
Asumsinya, selama level harga belum kembali ke harga awal, koreksi masih bisa berlanjut dan dibutuhkan waktu yang "lumayan" untuk mengembalikan posisinya ke harga semula.
Jenis Drawdown ini hanya mencerminkan kondisi sementara dari aktivitas trading kamu. Nilainya berupa rasio antara modal awal dengan unrealized profit sebagai pembilang berbanding modal awal dengan unrealized loss sebagai penyebut.
Berbeda dengan MDD, angka penarikan relatif yang besar justru menginformasikan kinerja aset ataupun portofolio yang baik. Sebab, perhitungan relatif menggunakan rasio yang dibuat dibuat dalam bentuk persentase.
Semakin besar pembilang tentu akan membuat persentasenya semakin tinggi. Sebaliknya, penyebut yang besar akan membuat persentasenya rendah.
Singkatnya, persentase relatif ini mencerminkan tingkat profitabilitas suatu portofolio maupun sebuat aset. Variabel penarikan yang satu ini seringkali dipakai untuk mengevaluasi kinerja dan efektivitas sistem trading kamu selama ini.
Baca Juga: Bagaimana Strategi Trading dengan Head and Shoulders Pattern
Fluktuasi harga aset adalah sebuah keniscayaan dalam trading. Tidak selamanya harga aset terus menanjak sesuai keinginanmu. Oleh karenanya, yang namanya Drawdown tentu pasti akan dialami oleh semua Drawdown.
Namun, Sobat Cuan tidak perlu cemas ketika menghadapinya. Sebab, hal tersebut sejatinya bisa dihadapi jika persiapan trading-mu mumpuni. Lantas, seperti apa persiapan yang dibutuhkan untuk menghadapi kondisi satu ini?
Daripada panik, ada baiknya sejak awal kamu menentukan titik Drawdown maksimum yang bisa kamu toleransi. Nah, dalam hal ini, kamu bisa menghitung angka penurunan nilai aset maksimal tersebut menggunakan konsep MDD dan recovery.
Ketika menghitung Drawdown, kamu tinggal mengukur seberapa besar rata-rata persentase penurunan harga aset dari puncak tertingginya ke "palung terendahnya" dalam satu rentang waktu tertentu, misalnya sebulan, dua bulan, atau tiga bulan terakhir. Nah, angka rerata itulah yang bisa kamu gunakan sebagai patokan untuk menentukan penurunan harga aset paling besar yang bisa kamu iklaskan.
Setelah mengukur unrealized loss, hal lain yang perlu kamu lakukan adalah mengukur nilai recovery. Cara menghitungnya pun sama, kamu tinggal melihat rerata angka kenaikan aset dari titik terendahnya ke puncak tertingginya dalam satu rentang waktu tertentu.
Namun, kamu pun perlu mengetahui konsep recovery terlebih dahulu. Kekeliruan umum dalam melihat data drawdown adalah menganggap bahwa level recovery-nya hanya diukur dari pergerakan sang harga aset ke nilai awalnya. Nyatanya, konsep recovery juga memasukkan biaya peluang, yakni waktu trader yang "terbuang" kala menggenggam aset yang nilainya tengah terkoreksi.
Dengan demikian, nilai recovery yang kamu targetkan haruslah lebih besar dari nilai Drawdown. Semakin besar koreksi yang terjadi, maka semakin besar juga nilai pertumbuhan aset yang kamu butuhkan untuk menjaga nilai modal awal plus mengganti "biaya waktu" tersebut.
Sebagai contoh, Drawdown 10% membutuhkan tingkat recovery 11%. Kemudian, jika Drawdown yang terjadi adalah 20%, maka kamu perlu mematok recovery yang lebih tinggi, misalnya 25%.
Nah, berangkat dari konsep Drawdown dan recovery tersebut, trader biasanya menerapkan penurunan nilai maksimal alias MDD tak lebih dari 20%. Pasalnya, mengembalikan nilai investasi lalu menumbuhkannya sebanyak 25% memerlukan waktu bertahun-tahun.
MDD sebesar 20% biasanya hanya disarankan bagi mereka yang memulai investasi sejak usia muda. Jika portofolio kamu berjanga pendek, maka MDD yang disarankan adalah 10%.
Setelah menentukan batas maksimal penurunan nilai aset tersebut, kamu perlu melakukan langkah berikutnya, yakni menentukan titik Stop Loss.
Dalam hal ini, kamu sejak awal bisa memasang titik Stop Loss di antara titik entry-mu dan nilai MDD milikmu jika kamu merasa belum siap mental menghadapi kondisi Drawdown. Namun, kamu juga bisa memasang Stop Loss di titik MDD yang telah ditetapkan jika kamu menganggap bahwa harga aset tampaknya akan melanjutkan koreksi.
Tentunya, seluruh keputusan tersebut tergantung dengan selera risikomu ya, Sobat Cuan!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investing, Investopedia
Bagikan artikel ini