Selamat sore, Sobat Cuan! Investor domestik boleh bernapas lega karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menginjak zona hijau. Sayangnya, investor kripto malah harus berwajah kecut setelah sebagian besar aset kripto kompak mati suri hari ini. Simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG pamit undur diri dari sesi perdagangan Selasa (14/6) di level 7.049,88 poin, meningkat 0,78% dibanding kemarin. Pada awalnya, IHSG terbanting bahkan sampai menyentuh level 6.949. Untungnya, sang indeks domestik berhasil bangkit dan kembali ke atas level psikologis 7.000.
Pelaku pasar mulai perlahan masuk pasar domestik dan mencoba mengabaikan sentimen pengetatan kebijakan moneter The Fed, yang ternyata juga menjadi biang kerok pelemahan bursa Asia kemarin. Ya, pelaku pasar domestik ternyata memilih untuk mengoleksi saham domestik mumpung harganya terjungkal (buy the dip).
Lebih lanjut, dari sisi emiten, pelaku pasar juga terlihat nafsu memburu saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menyusul kabar burung yang menyebut bahwa pemegang saham utamanya saat ini, Grup Bakrie, akan menjual kepemilikannya ke Grup Salim. Alhasil, nilai saham BRMS pun melesat 10,09% pada hari ini.
Selain itu, gerak lincah IHSG juga terdorong berkat kinerja apik saham teknologi, seperti saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang masing-masing menanjak 7,69% dan 3,09%.
Saham teknologi tokcer meski Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah membentuk panitia kerja untuk mengkaji dampak investasi perusahaan pelat merah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) di raksasa teknologi tersebut.
Meski sang indeks domestik berhasil comeback ke zona hijau, namun investor asing tampaknya memilih melakukan aksi jual. Hal ini tercermin dari nilai jual bersih asing (net foreign sell) sebesar Rp748,75 miliar di pasar reguler,
Kali ini, asing terlihat paling banyak melepas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp174,4 miliar. Kemudian, mereka juga melego saham dua perusahaan BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan TLKM, masing-masing sebesar Rp137,8 miliar dan Rp116,4 miliar.
Di sisi lain, mereka justru mengoleksi paling banyak saham BRMS sebesar Rp191 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga mengakumulasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masing-masing Rp27,7 miliar dan Rp26,9 miliar.
Baca juga: Pasar Sepekan: Market Mendung di Bawah Bayang Inflasi & Waswas Kebijakan Fed
Sementara itu, aroma optimisme juga menyeruak dari jagat kripto. Melansir Coinmarketcap pukul 15.31 WIB, lima dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar masih terjebak di zona merah dalam 24 jam terakhir.
Secara umum, pelaku pasar sepertinya masih melakukan derisking portofolionya menyusul antisipasi atas pengetatan kebijakan moneter The Fed. Pasalnya, di tengah situasi makroekonomi yang serba tidak pasti, pelaku pasar tentu lebih memilih memarkirkan dananya di instrumen berpendapatan tetap.
Apalagi, tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap lagi moncer-moncernya. Kemarin, contohnya, yield obligasi AS bertenor 10 tahun menyentuh level tertingginya sejak 2011.
Selain itu, pelaku pasar menahan aksi belinya setelah meyakini bahwa harga aset kripto belum mencapai titik terendahnya. Menyoal hal ini, beberapa analis membaca bahwa harga aset kripto bisa terjun lebih dalam lagi setelah The Fed mengumumkan hasil rapat FOMC-nya pada pekan ini.
Pelaku pasar maklum saja melancarkan aksi tersebut. Sebab, jika mereka memaksa membeli aset kripto di saat ini, maka mereka bakal rugi bandar ketika harga aset kripto menuju titik bottom sebenarnya.
Nah, uniknya, deretan altcoin justru malah bersemi ketika aset kripto utama seperti BTC dan ETH masih tersungkur. Hal ini sejatinya mudah dipahami, Sobat Cuan.
Asal tahu saja, sentimen makroekonomi paling mempengaruhi tindak-tanduk investor institusi. Sementara itu, investor institusi memang cenderung doyan menggenggam BTC dan ETH ketimbang altcoin mengingat ukuran kapitalisasi pasarnya yang jumbo. Makanya, wajar saja jika altcoin menjadi aset kripto yang pulih lebih dulu dibanding BTC dan ETH karena punya keterpaparan yang lebih sedikit terhadap investor institusi.
Apalagi, beberapa jaringan juga telah mengumumkan perkembangan jaringan yang cukup menarik. Dari tabel di atas, nilai Cardano (ADA) terlihat melesat paling kencang setelah sang pengembang, IOG, mengumumkan bakal meluncurkan proyek dompet kripto terbaru bernama Lace dan mengimplementasikan Ethereum Virtual Machine (EVM) terbarunya.
Baca juga: Pluang Pagi: The Fed Bikin Investor Mulas, Kripto & Saham AS Terjun Bebas!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini