Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Lagging Indicator
shareIcon

Lagging Indicator

0  dilihat·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Lagging Indicator Adalah

Lagging Indicator adalah indikator yang mengonfirmasi perubahan tren, baik di ekonomi, bisnis, maupun investasi. Simak di sini!

Apa Itu Lagging Indicator?

Lagging Indicator adalah sebuah indikator terukur yang nilainya bisa berubah jika variabel ekonomi, bisnis, keuangan, atau faktor lain yang berkaitan dengan indikator tersebut ikut berubah.

Dalam ilmu ekonomi, Lagging Indicator biasanya bermanfat untuk melihat tren ekonomi secara umum. Namun, bagi investor, Lagging Indicator adalah alat untuk menentukan strategi pembelian atau penjualan aset di pasar finansial.

Memahami Lagging Indicator

Lagging Indicator adalah indikator yang dihitung berdasarkan data historis. Berdasarkan data-data tersebut, masyarakat bisa mengetahui apakah saat ini telah terjadi kondisi ekonomi, bisnis, atau iklim investasi yang berbeda dari masa lampau.

Nah, karena diukur berdasarkan data masa lalu, maka Lagging Indicator sejatinya tidak bisa meramal tren yang akan terjadi di masa depan. Indikator ini hanya digunakan untuk mengonfirmasi terjadinya perubahan tren. Makanya, hasil Lagging Indicator biasanya tampak terlihat sangat nyata ketika terjadi hal besar, baik dari aspek ekonomi, bisnis, maupun investasi.

Untuk memahami Lagging Indicator lebih dalam, simak beberapa contohnya yang diambil dari beberapa bidang yang berbeda.

Baca Juga: Rasio Utang Terhadap PDB

Contoh Lagging Indicator dalam Trading

1. Moving Average (MA)

Moving Average adalah Lagging Indicator yang digunakan untuk mengidentifikasi arah tren pasar dengan mengambil rata-rata harganya dalam periode waktu tertentu.

Misalnya, Moving Average 200-hari (MA 200) memberikan gambaran tentang tren jangka panjang. Indikator tersebut kemudian bisa dipakai trader sebagai perbandingan dengan pergerakan harga asetnya pada saat ini.

2. Relative Strength Index (RSI)

RSI adalah indikator momentum yang mengukur volatilitas harga aset saat ini dengan melihat posisi jenuh jual atau jenuh beli harga aset tersebut.

RSI berada dalam rentang antara 0 hingga 100, dan pembacaannya di atas 70 menunjukkan kondisi jenuh beli (overbought). Sementara itu, kondisi jenuh jual (oversold) terjadi jika angka RSI berada di bawah 30.

3. Moving Average Convergence Divergence (MACD)

MACD adalah indikator dalam analisis teknikal yang menggambarkan hubungan antara dua moving average dalam sebuah tren harga aset. MACD sendiri digunakan oleh trader untuk memahami kapan harga aset tersebut akan bersifat bullish atau bearish.

4. Bollinger Bands

Bollinger Bands adalah indikator volatilitas yang terdiri dari tiga garis: upper band, middle band (Moving Average), dan lower band. Garis-garis ini mencerminkan deviasi standar harga dari moving average. Bollinger Bands membantu mengidentifikasi volatilitas pasar dan potensi pembalikan harga setelah pergerakan harga terjadi.

5. Volume Trading

Volume trading melihat total perdagangan yang terjadi suatu saham atau pasar secara keseluruhan. Volume trading dapat memberikan indikasi tentang minat dan partisipasi investor dalam perdagangan saham. Tingkat volume tinggi atau rendah dapat memberikan gambaran tentang kekuatan tren dan potensi pembalikan harga.

Contoh Lagging Average dalam Bisnis

1. Laba Bersih (Net Profit)

Laba bersih adalah selisih antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan oleh suatu bisnis setelah semua pengeluaran termasuk pajak dihitung.

Laba bersih merupakan lagging indicator karena mencerminkan performa bisnis setelah periode tertentu, seperti bulanan, triwulanan, atau tahunan. Analisis laba bersih dapat memberikan informasi tentang profitabilitas bisnis dan efisiensi operasional.

2. Tingkat Turnover Karyawan

Tingkat turnover karyawan mengukur persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam periode tertentu.

Ini memberikan indikasi tentang stabilitas tenaga kerja perusahaan dan dapat membantu manajemen dalam mengevaluasi SDM yang digunakan dalam bisnis.

Contoh Lagging Indicator dalam Ekonomi

1. Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran mengukur persentase jumlah individu yang tidak memiliki pekerjaan terhadap angkatan kerja suatu negara.

Data tingkat pengangguran biasanya dirilis setelah periode tertentu, seperti bulanan atau per kuartal, dan menjadi Lagging Indicator karena mencerminkan kondisi ketenagakerjaan setelah periode tersebut berakhir.

2. Tingkat Inflasi

Inflasi mengukur laju kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu negara. Data inflasi biasanya dirilis dengan jeda waktu tertentu, seperti bulanan atau tahunan, dan merupakan Lagging Indicator karena mencerminkan tekanan harga dalam ekonomi setelah periode tersebut berakhir.

Baca Juga: Analisis Rasio Keuangan

Manfaat Lagging Indicator

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Lagging Indicator memiliki beberapa manfaat, yakni:

1. Evaluasi Kinerja

Lagging Indicator memungkinkan evaluasi dan pengukuran kinerja masa lalu. Indikator ini memberikan gambaran tentang apa yang telah terjadi dan memberikan ukuran objektif tentang sejauh mana suatu bisnis, investasi, atau ekonomi telah mencapai tujuan dan targetnya.

Hasil evaluasi ini juga kemudian bisa digunakan untuk menentukan strategi dan rencana ke depan hingga mengambil keputusan strategis.

2. Konfirmasi tren

Lagging Indicator digunakan untuk mengonfirmasi tren yang sudah terbentuk. Mereka memberikan data historis yang memvalidasi dan menguatkan arah dan kekuatan tren yang telah terjadi.

Ini membantu investor, pengusaha, dan analis dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta yang terbukti.

Kekurangan Lagging Indicator

Meski bermanfaat, Lagging Indicator juga memiliki keterbatasan yang penting untuk diketahui.

1. Butuh Waktu

Data Lagging Indicator baru bisa ditarik setelah semua tren dan perubahan selesai terjadi.

Butuh waktu hingga seluruh data-data Lagging Indicator bisa ditarik mengingat indikator ini memang digunakan untuk mengonfirmasi tren jangka panjang.

2. Tak Dapat Mencegah Masalah

Karena baru bisa ditarik setelah tren selesai, lagging indicator tak dapat mencegah dan menyelesaikan problem-problem yang muncul selama tren itu berlangsung.

3. Tidak Bisa Digunakan untuk Meramal Kondisi di Masa Depan

Lagging indicator menggambarkan apa yang telah terjadi di masa lalu dan memberikan konfirmasi tentang tren yang sudah ada.

Namun, dalam pengambilan keputusan yang proaktif, penting juga untuk mempertimbangkan leading indicator yang memberikan petunjuk tentang arah dan tren di masa depan.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Investopedia, DailyFX

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Yield Curve Risk

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1