Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Pluang Web TradingNewarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

CAPM
shareIcon

CAPM

0  dilihat·Waktu baca: 6 menit
shareIcon
CAPM Adalah

CAPM adalah istilah yang kerap ditemukan dalam perhitungan penilaian investasi. Namun, seperti apa detail CAPM itu sendiri?

Apa Itu CAPM?

Capital Asset Pricing Model atau CAPM adalah sebuah model finansial yang mencerminkan hubungan linear antara tingkat return yang diharapkan (keuntungan) dan risiko-risikonya dalam sebuah investasi.

Lebih lanjut, dalam bukunya yang bertajuk "Investment Analysis & Portfolio", ekonom Frank Reilly & Keith C Brown menjelaskan bahwa CAPM adalah perluasan teori pasar modal yang memungkinkan investor untuk mengevaluasi trade off antara risiko dan return untuk diversifikasi, baik di dalam portofolio aset maupun di sekuritas tunggal.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka CAPM secara sederhana adalah konsep untuk menghitung perkiraan nilai imbal hasil dari sebuah aset investasi.

Model ini didasarkan pada hubungan antara tiga variabel, yakni Beta sebuah aset, yakni perbandingan volatilitas harga satu aset terhadap rata-rata pasar, tingkat imbal hasil instrumen yang bebas risiko (umumnya adalah tingkat imbal hasil obligasi pemerintah), dan equity risk premium yang didapat dari mengurangi tingkat return yang diharapkan dengan tingkat return dari instrumen bebas risiko.

Dengan memanfaatkan model CAPM, investor dapat menyeleksi saham-saham berisiko dan memilih instrumen yang paling berpotensi memberikan keuntungan paling optimal berdasarkan risikonya. Di samping itu, investor dapat menaksir apakah harga sekuritas di pasar saham saat ini terbilang pantas dengan nilai keuntungan yang bisa didapat di masa depan.

Baca Juga: Analisis Rasio Keuangan

Bagaimana Cara Kerja CAPM?

Objektif CAPM adalah untuk mengetahui berapa jumlah keuntungan yang bisa didapat dari sebuah aset investasi yang dibeli oleh seorang investor. Kendati demikian, ketika memanfaatkan model satu ini, investor harus mengetahui beberapa asumsi yang melekat pada model CAPM.

Asumsi-asumsi tersebut antara lain terdiri dari:

Asumsi CAPM

  1. Tidak ada biaya transaksi yang terkait dengan pembelian dan penjualan saham, seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian), dan biaya lainnya.
  2. Saham dapat dibagi-bagi menjadi satuan yang tidak terbatas, sehingga investor dapat membeli saham dalam ukuran pecahan.
  3. Tidak ada pajak pendapatan pribadi yang mempengaruhi investor, sehingga tidak masalah apakah return yang bakal diperoleh akan dalam bentuk dividen atau capital gain.
  4. Tindakan pembelian atau penjualan saham oleh individu tidak dapat mempengaruhi harga saham.
  5. Investor diasumsikan sebagai individu yang rasional, yang membuat keputusan investasi berdasarkan risiko (standar deviasi) dan return yang diharapkan dari portofolio sesuai dengan model Markowitz.
  6. Short selling diperbolehkan dan tidak terbatas, yang berarti semua investor dapat menjual saham yang tidak dimiliki dalam jumlah yang diinginkan.
  7. Peminjaman dan pinjaman pada tingkat bunga bebas risiko dapat dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas.
  8. Semua saham dapat dipasarkan (marketable), termasuk modal manusia (human capital).

Rumus Model CAPM

Setelah mengetahui asumsi dasarnya, investor kemudian bisa langsung menaksir ekspektasi imbal hasil dari sebuah instrumen investasi. Untuk menghitungnya, ia bisa menggunakan rumus berikut:

E(Ri) = Rf + βi [E(Rm)-Rf]

Keterangan:

  1. E(Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset keuangan (i).
  2. Rf = tingkat pengembalian bebas risiko, seperti tingkat suku bunga pada obligasi pemerintah.
  3. βi = koefisien beta dari aset keuangan (i), yang mengukur tingkat sensitivitas aset terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan. Koefisien beta mengindikasikan sejauh mana aset akan bergerak relatif terhadap pergerakan pasar.
  4. E(Rm) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari pasar secara keseluruhan.

Rumus CAPM di atas bertujuan untuk mengevaluasi apakah sebuah saham dinilai dengan adil ketika imbal hasil harapannya sebanding dengan risiko yang ada.

Memahami Variabel Beta dalam CAPM

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Beta adalah salah satu komponen penting yang digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas suatu aset keuangan terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan. Untuk memperlihatkan perbandingan dua volatilitas tersebut, Beta ditulis menggunakan satuan angka yang mencerminkan perbandingan pergerakan harga aset dengan pergerakan harga pasar.

Jika suatu aset memiliki Beta lebih dari 1, maka aset tersebut cenderung memiliki tingkat pergerakan yang lebih besar daripada pasar secara keseluruhan. Namun, jika Beta kurang dari 1, maka aset tersebut cenderung memiliki tingkat pergerakan yang lebih kecil daripada pasar secara keseluruhan. Beta negatif menunjukkan bahwa aset tersebut cenderung bergerak ke arah yang berlawanan dengan pasar.

Untuk mendapatkan nilai Beta suatu aset, analis umumnya melakukan analisis regresi menggunakan data historis. Data historis ini mencakup harga aset dan harga pasar dalam periode waktu tertentu, misalnya dalam beberapa tahun terakhir. Regresi statistik kemudian digunakan untuk menghitung koefisien beta dari hubungan antara pergerakan harga aset dan pergerakan harga pasar.

Selain itu, beberapa sumber informasi keuangan seperti situs keuangan dan layanan analisis keuangan sering menyediakan nilai Beta untuk berbagai aset, termasuk saham. Nilai Beta ini dapat digunakan sebagai perkiraan awal dalam perhitungan CAPM.

Bagaimana Contoh Penggunaan CAPM?

Anggap saja Sobat Cuan ingin menghitung nilai keuntungann yang diharapkan dari suatu saham di pasar modal Indonesia dengan menggunakan CAPM. Setelah melakukan riset, kamu memiliki data sebagai berikut:

  1. Tingkat pengembalian bebas risiko (Rf): 6%
  2. Koefisien beta saham (β): 1.,2
  3. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari pasar secara keseluruhan (Em): 12%

Maka, dengan menggunakan rumus CAPM, kamu dapat menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham tersebut, yakni:

E(Ri) = Rf + βi × (Em - Rf)
= 6% + 1,2 × (12% - 6%)
= 6% + 1,2 × 6%
= 6% + 7,2%
= 13,2%

Jadi, berdasarkan rumus CAPM, tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham tersebut adalah 13,2%.

Baca Juga: Laporan Posisi Keuangan

Kekurangan dan Kelebihan CAPM

Sebagai salah satu model keuangan yang diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Namun layaknya model keuangan lainnya, CAPM juga memiliki kekurangan.

Kelebihan CAPM

Model CAPM memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Untuk Menentukan Tingkat Pengembalian yang Diharapkan

CAPM memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk mengestimasi tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu aset berisiko. Hal ini membantu investor dan analis dalam menilai apakah suatu aset memberikan imbal hasil yang memadai berdasarkan risiko yang ditanggung.

2. Pengukuran Risiko Sistematis

Model CAPM mengidentifikasi risiko sistematis atau risiko pasar yang tidak dapat dihindari melalui diversifikasi. Dengan memperhitungkan risiko sistematis ini, investor dapat memahami dan menghargai kontribusi risiko tersebut terhadap pengembalian aset.

3. Evaluasi Nilai Saham

CAPM digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu saham dihargai dengan wajar atau tidak. Dengan membandingkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham dengan risiko dan tingkat pengembalian pasar, investor dapat menilai apakah harga saham saat ini undervalued atau overvalued.

Kekurangan CAPM

Salah satu kekurangan terbesar CAPM adalah adanya asumsi-asumsi bahwa pasar modal selalu sempurna dan baik-baik saja. Realitasnya bisa saja berbeda karena dipengaruhi beragam faktor. Berikut detailnya.

1. Berasumsi Pasar Selalu Efisien

CAPM didasarkan pada asumsi bahwa pasar modal adalah efisien secara sempurna, artinya semua informasi tersedia secara publik dan segera tercermin dalam harga aset. Namun, dalam kenyataannya, pasar tidak selalu efisien secara sempurna, dan ada bukti bahwa terdapat ketidakefisienan pasar yang dapat memengaruhi validitas CAPM.

2. Asumsi Risiko Sistematis

CAPM mengasumsikan bahwa risiko yang relevan adalah risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat dihindari melalui diversifikasi. Model ini mengabaikan risiko spesifik atau risiko yang dapat dikurangi melalui diversifikasi. Namun, risiko spesifik juga dapat memengaruhi pengembalian aset, dan CAPM tidak mempertimbangkannya.

3. Kesulitan Mengestimasi Beta

Menentukan nilai Beta yang akurat dapat menjadi tantangan. Estimasi Beta melibatkan penggunaan data historis, dan hasilnya dapat bervariasi tergantung pada periode waktu yang dipilih dan metode yang digunakan. Selain itu, Beta tidak konstan dan dapat berubah seiring waktu, sehingga estimasi yang diperoleh mungkin tidak mencerminkan dengan tepat kondisi masa depan.

4. Sensitif terhadap Pilihan Tingkat Pengembalian Bebas Risiko

CAPM menggunakan tingkat pengembalian bebas risiko sebagai salah satu input utama. Namun, pilihan tingkat pengembalian bebas risiko dapat bervariasi dan memiliki dampak signifikan pada hasil CAPM. Selain itu, dalam kondisi pasar yang tidak normal, seperti masa krisis keuangan, tingkat pengembalian bebas risiko mungkin tidak mencerminkan risiko yang sebenarnya.

Penting untuk memahami bahwa CAPM adalah model yang digunakan untuk mendapatkan perkiraan tingkat pengembalian yang diharapkan dan memiliki keterbatasan seperti model keuangan lainnya. Sehingga, ada baiknya CAPM digunakan bersama dengan pertimbangan lain dan analisis yang lebih mendalam dalam pengambilan keputusan investasi.

Alternatif dari CAPM

Karena ada kritik-kritik untuk model CAPM, muncul beberapa alternatif model-model lainnya yang bisa digunakan untuk menghitung hubungan antara investasi dan risiko.

Misalnya, Arbitrage Pricing Theory (APT), sebuah model multi faktor melihat dari beragam sisi dengan memisahkan risiko yang berasal dari "faktor Makroekonomi" dan "faktor spesifik perusahaan".

Contoh lain ada model Fama French 3-Factor. Model ini mengembangkan teori CAPM dengan menambahkan risiko perusahaan dan faktor nilai risiko ke risiko passar secara keseluruhan.

Bahkan di tahun 2015, Fama & French mengembangkan teori tersebut menjadi menggunakan lima faktor, dengan menambahkan konsep bahwa perusahaan yang melaporkan keuntunggan tinggi, sahamnnya akan mendapatkan return yang tinggi pula, di mana faktor tambahan ini disebut dengan profitability.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Investopedia, Universitas Widyatama, Accurate

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Skala Ekonomis

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1