Diversifikasi dalam portofolio investasi mutlak diperlukan, tapi tetap harus pakai strategi. Menyusun strategi diversifikasi memang sulit, namun sekalinya berhasil, sang penyusun strategi bisa-bisa diganjar hadiah Nobel!
Nah, strategi diversifikasi investasi pemenang Nobel itu ditemukan oleh ekonom Amerika Serikat Harry Markowitz. Sebab, ia menciptakan cetak biru teknik diversifikasi investasi anti boncos lho, Sobat Cuan.
Strategi yang ia kemukakan bukanlah strategi kaleng-kaleng. Ini lantaran strategi tersebut telah teruji saat krisis besar melanda pasar investasi di negara Paman Sam pada 2008 lalu.
Padahal, saat Ia mempublikasikannya dalam sebuah jurnal di tahun 1952 dengan judul ‘Portofolio Selection‘, karyanya tidak terlalu disorot. Selang empat dekade setelahnya, Markowitz baru mendapat Novel Prize karena teorinya ini.
Seperti apa sih teori diversifikasi investasi yang disebut-sebut mampu mereduksi resiko tanpa mengurangi peluang cuan ini?
Harry Markowitz menerima Nobel Prize di tahun 1990 untuk jurnal yang dipublikasikannya di tahun 1952. Menurutnya, jurnal tersebut terinspirasi dari buku karya John Burr Williams berjudul Theory of Investment Value.
Buku tersebut mengajukan argumen bahwa ekspektasi seseorang atas nilai investasinya di masa depan adalah instrumen dalam melihat harganya di masa ini. Namun, Markowitz menyangkalnya sebab satu-satunya hal yang pasti di masa depan adalah ketidakpastian. Ketidakpastian ini merupakan peluang dua arah, yakni peluang untuk cuan atau peluang untuk rugi.
Ia menawarkan pendekatan lain sebagai alternatif dalam melihat portofolio investasi. Yakni, dengan memandang risiko dan keuntungan sebagai dua mata koin yang tidak terpisahkan saat membuat portofolio investasi.
Jika kamu bisa melihat dari sudut pandang ini, yakni bahwa potensi kamu cuan dari satu instrumen sebanding dengan risikonya, maka kamu akan paham betapa pentingnya diversifikasi dalam berinvestasi.
Konsep inilah yang ditawarkan oleh Markowitz dalam jurnalnya. Karenanya, dia berpandangan saat kamu berinvestasi tanpa mendiversifikasi aset, maka kamu sedang melakukan hal yang tidak masuk akal. Nah, teknik diversifikasi milik Markowitz ini kemudian diberi tajuk Modern Portofolio Theory (MPT).
Tindakan pelaku ekonomi dalam berinvestasi secara logis adalah mencari pareto optimal untuk menyeimbangkan kombinasi risiko dan keuntungan dalam portofolionya. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan mendiversifikasi aset-aset investasi kamu.
Baca juga: Apa Itu Kurva Lorenz?
Investor perlu sadar dua hal dasar dalam memahami teori ini:
Pertama, teori ini menggunakan kerangka dasar berpikir bahwa risiko dan imbal hasil investasi tidak dilihat secara terpisah. Namun, investor harus memikirkan bagaimana risiko atau cuan satu instrumen bisa mempengaruhi keseluruhan nilai portofolionya.
Kedua, teori ini mengasumsikan bahwa semua investor cenderung menghindari risiko (risk averse). Alias, mereka lebih memilih berinvestasi di portofolio yang berisiko mini ketimbang berisiko tinggi.
Nah, berdasarkan dua hal dasar tersebut, investor bisa membentuk portofolio berisi beragam aset yang bisa memaksimalkan cuan. Namun, masing-masing asetnya wajib memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda tergantung tujuan berinvestasi Sobat Cuan.
Dalam hal ini, teori MPT bisa membantu kamu mencapai dua hal, yakni:
Namun, untuk menghitung alokasi uang yang perlu kamu tempatkan di setiap aset memang perlu kerja keras, Sobat Cuan. Sebab, Markowitz menggunakan indikator statistik variance dan nilai korelasi antar aset untuk menentukan tingkat diversfikasi yang paling optimal.
Bahkan, untuk mengukur ekspektasi risiko pun formulasinya lebih ribet lagi. Sebab, selain menggunakan dua indikator statistik di atas, investor juga perlu melihat standar deviasi antara risiko yang diharapkan dengan return yang didambakan (expected risk vs expected return).
Masih menyoal risiko, Markowitz juga menggunakan asumsi bahwa ada dua jenis risiko yang kamu hadapi dalam investasi.
Risiko pertama adalah risiko sistematis. Yakni, risiko pasar yang tidak bisa diatnggulangi hanya dengan melakukan diversifikasi portofolio saja. Ini terjadi jika pasar dan sistem perekonomian mengalami kerugian yang memengaruhi portofolio investasi.
Risiko kedua ialah risiko spesifik, yakni risiko yang dapat dimitigasi dengan diversifikasi portofolio inbvestasi. Mengenali risiko spesifik dari tiap instrumen dalam portofolio investasi kamu akan membantumu mereduksi risiko dengan kombinasi yang tepat.
Terlihat rumit, bukan? Tidak heran memang jika strategi ini sampai dihadiahi Nobel. Namun, sebagai langkah mudah menggunakan teori MPT, kamu bisa melakukan hal berikut:
Kamu bisa berinvestasi di aset berisiko tinggi, misalnya cryptocurrency, namun kamu juga harus menyeimbangkan risikonya dengan kumpulan aset-aset berisiko rendah yang bisa “melahap” seluruh risiko cryptocurrency tersebut.
Baca juga: Pinjaman Kripto Vs Pinjaman Bank, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Tertarik mengaplikasikan teori tersebut? Eits, jangan gegabah, Sobat Cuan! Ada baiknya kamu memperhatikan dulu beberapa hal berikut sebelum diversifikasi.
Jangka waktu investasi sangat terkait dengan tujuan kamu berinvestasi. Jika kamu berinvestasi untuk dana pensiun atau pendidikan anak, kamu harus punya horizon yang panjang. Lain halnya jika kamu adalah Manajer Investasi (MI) yang dikejar target cuan bulanan.
Dari mana saja asal sumber keuntunganmu harus diidentifikasi. Apakah berasal dari pertumbuhan kapital saham, imbal hasil surat utang, atau selisih harga. Sumber-sumber ini harus dikalkulasikan dengan baik.
Jika memandang pada masa depan, ekspektasi adalah navigasi yang memuliki dua mata pisau. Instrumen dalam portofolio yang saat ini berperfoma baik belum tentu mengulangi performanya tahun depan. Namun, memiliki ekspektasi yang terukur terhadap ekspektasi keuntungan kamu akan membuat diversifikasi yang tepat.
Tiap instrumen memiliki data historis yang dapat kamu gunakan untuk menganalisis variabel ini. Bagaimana kovarian antar portofolio bekerja meminimalisir risiko di masa depan dapat tergambar dari datanya secara historis.
Saat menerjemahkan data-data historis ke dalam kurva, kamu bisa menemukan rasio kesetimbangannya. Pilih saja portofolio yang paling efisien dalam menyeimbangkan risiko dan keungtungan.
Kendala atau constrain merupakan faktor penting yang mendefinisikan bagaimana diversifikasi portofolio yang tepat untukmu. Investor memiliki kendala yang berbeda-beda dalam membangun portofolionya, baik itu dari segi hukum, peraturan, atau budaya.
Untungnya, teknik diversifikasi investasi ini mengakomodasi berbagai jenis kendala, baik berdasarkan bobot absolut, bobot relatif, atau transaksi.
Langkah-langkah sebelumnya akan menghasilkan efficient frontier yang juga mengakomodir constrain kamu. Kamu tinggal memilih titik di perbatasan kurva yang memaksimalkan utilitas yang diharapkan, sebuah formula yang menyatakan preferensi kamu mengenai keuntungan dan risiko.
Baca juga: Sobat Cuan, Ini 4 Indikator Analisis Teknikal Utama dalam Melihat Tren!
Menyeimbangkan kembali bobot portofolio optimal kamu secara berkala akan memungkinkan portofolio kamu lebih menguntungkan. Kamu dapat menjual aset yang harganya sedang relatif tinggi dan membeli saat harganya relatif rendah. Seiring waktu, kamu akan semakin diuntungkan dengan risiko yang semakin kecil.
Teknik ini sensitif terhadap asumsi. Jika kondisi pasar berubah sehingga kamu menganggap asumsi tentang risiko dan keuntungan tidak lagi mencerminkan keyakinan kamu saat ini, lakukan kembali proses di atas.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, Guided Choice
Bagikan artikel ini