Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Average Down
shareIcon

Average Down

0  dilihat·Waktu baca: 5 menit
shareIcon
Average Down

Average Down adalah strategi investasi di mana harga beli saham investor menjadi turun. Apa manfaat dari strategi ini?

Apa Itu Average Down?

Average Down adalah strategi investasi di mana investor sebuah saham akan menambah kepemilikan saham tersebut saat harganya sedang turun. Pembelian tambahan itu diharapkan dapat menurunkan harga rerata (average down) pembelian saham yang dilakukan investor.

Sebagai contoh, anggap saja Sobat Cuan memiliki saham A sebanyak 100 lembar yang kamu beli di harga Rp5.000 per lembar. Kemudian, ketika membeli saham tersebut, kamu juga menyatakan niat untuk menambah pembelian saham sebanyak 100 lembar jika suatu saat harganya berada di Rp4.000 per lembar.

Jika harga saham A benar-benar menyentuh Rp4.000 per lembar, maka kamu akan memiliki 200 lembar saham A dengan harga rerata sebesar Rp4.500 per lembar. Nah, upaya menurunkan nilai rata-rata inilah yang disebut sebagai Average Down.

Meski konsepnya terlihat sederhana, konsep ini rupanya punya peran penting dalam perencanaan investasi saham. Makanya, investor tetap diharapkan melakukan strategi ini dengan penuh kehati-hatian.

Lantas, apa saja kegunaan dari strategi investasi satu ini?

Baca Juga: Book Value

Apa Manfaat Strategi Average Down?

Pada dasarnya, konsep Average Down berguna bagi investor untuk merasa "aman" secara psikologis dalam berinvestasi saham ketika nilai saham yang dikoleksinya jatuh. Untuk memahami maksud tersebut secara lebih detail, Sobat Cuan dapat menyimak contoh berikut.

Anggap saja Sobat Cuan memiliki 100 lembar saham A yang kamu beli di harga Rp100.000 per lembar. Namun, beberapa saat kemudian, harganya kemudian anjlok 30% menjadi Rp70.000 per lembar. Dengan demikian, agar tidak merasa rugi, kamu pun harus menunggu dengan sabar agar harga saham tersebut dapat memantul kembali sebesar 42,85% ke level harga Rp100.000.

Tetapi, ternyata kamu memilih untuk menambah kepemilikan sahammu sebesar 100 lembar ketika harganya berada di Rp70.000 per lembar. Sehingga, jika dibagi rata, maka kamu kini memiliki saham A sebanyak 200 lembar dengan harga rerata beli Rp85.000.

Nah, akibat harga beli baru yang lebih rendah tersebut, maka kamu hanya membutuhkan kenaikan harga saham sebesar 21,42%, yakni dari Rp70.000 ke Rp85.000, agar tidak merasa "rugi". 

Berkaca pada contoh tersebut, strategi Average Down berguna untuk memecahkan isu-isu terkait kalkulasi return saham yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis investor. Dengan kata lain, strategi ini lebih condong disebut sebagai upaya "pengaman" alih-alih sebagai strategi investasi yang sesungguhnya.

Satu hal yang perlu diingat adalah naik-turun harga saham tidak dapat diprediksi secara pasti. Oleh karenanya, strategi ini sebaiknya digunakan investor ketika ia tidak memiliki rencana untuk menjual sahamnya dalam waktu dekat.

Baca juga: Apa 3 Manfaat Investasi di Saham Facebook?

Bagaimana Cara Menghitung Average Down?

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, strategi Average Down adalah menurunkan rerata harga beli suatu saham dengan melakukan pembelian saham tambahan. Konsep itu kemudian diturunkan ke dalam rumus seperti berikut:

Average down = {(harga 1 x lot 1) + (harga 2 x lot 2) + (harga 3 x lot 3) +… } : Total lot

Namun, rumus tersebut punya syarat tersendiri.

Untuk mendapat hasil Average Down, investor harus memastikan bahwa harga sahamnya turun di setiap tahapan pembelian. Dengan kata lain, harga lot 1 harus lebih rendah dibandingkan dengan lot 2, lot 2 lebih rendah dibandingkan dengan lot 3, dan seterusnya.

Apa Keuntungan Average Down?

1. Mengoleksi Saham Lebih Banyak di Harga yang Lebih Murah

Dalam strategi ini, Sobat Cuan berkesempatan untuk membeli saham saat harganya turun. Sehingga, kamu pun dapat mengoleksi lebih banyak saham dengan harga yang lebih terjangkau.

Dalam jangka panjang, strategi ini dapat membantu mengurangi harga rata-rata pembelian saham kamu dan meningkatkan potensi keuntungan saat harga saham kembali naik.

2. Mengurangi 'Nilai Kerugian'

Selain itu, strategi menurunkan rata-rata saham juga membantu mengurangi nilai kerugian investasi saham secara teori.

Dengan membeli lebih banyak saham saat harga sedang turun, Sobat Cuan dapat menyeimbangkan portofolio investasi dan memangkas nilai persentase kerugian yang kamu alami.

Apa Kelemahan Average Down?

Namun, strategi menurunkan rata-rata saham juga memiliki risiko kerugian yang perlu diperhatikan.

1. Risiko Terjebak dalam 'Value Trap'

Jika terus membeli saham saat harganya turun, maka ada risiko terjebak dalam kondisi value trap. Yakni, kondisi di mana harga saham akan terus turun dan membuat investor kesulitan untuk menjualnya kembali di harga yang lebih tinggi.

2. Meningkatkan Risiko investasi

Selain itu, strategi menurunkan rata-rata saham juga dapat meningkatkan risiko investasi jika saham tersebut tidak memiliki kualitas atau fundamental yang baik. Pasalnya, kamu mungkin akan terus membeli saham tersebut ketika nilainya turun padahal potensi kenaikannya terbilang minim.

Baca juga: Average True Range

Tips Menggunakan Strategi Average Down

Banyak investor terkemuka di seluruh dunia telah mengadopsi strategi investasi ini. Namun, sebelum melakukan strategi ini, ada baiknya Sobat Cuan memperhatikan tiga hal berikut:

1. Memastikan Fundamental Perusahaan yang Solid

Sebelum melakukan strategi Average Down, pastikan dulu bahwa Sobat Cuan benar-benar berinvestasi di saham yang memiliki fundamental baik. Analisis fundamental bisa dilakukan dari segala sisi, mulai dari analisis rasio keuangan hingga analisis valuasi.

Analisis fundamental menjadi faktor yang krusial. Sebab, ada kalanya penurunan harga saham bukan disebabkan oleh volatilitas semata namun disebabkan oleh menurunnya kepercayaan investor terhadap saham tersebut.

2. Perhatikan Faktor-faktor Eksternal

Faktor-faktor ini meliputi kondisi ekonomi atau pasar modal secara umum. Penurunan harga saham suatu perusahaan mungkin disebabkan oleh kekhawatiran yang tidak beralasan dari para investor.

Jika hal ini terjadi, maka harga saham perusahaan yang solid biasanya akan turun. Namun, jika harga saham turun dan terdapat berbagai isu tambahan, maka akan lebih bijak bagi investor untuk melakukan peninjauan ulang sebelum menerapkan strategi Average Down.

3. Pastikan Penurunan Harga Saham Tidak Lebih dari 20%

Jika saham yang Sobat Cuan pegang mengalami penurunan lebih dari 20%, maka sebaiknya kamu perlu melakukan peninjauan ulang. Pasalnya, ada kemungkinan hal itu terjadi karena fundamental perusahaan sedang goyah atau ada kabar miring terkait perusahaan tersebut.

Dalam hal ini, kamu disarankan untuk menjual sahammu ketimbang melakukan Average Down karena ada kemungkinan harga saham jatuh lebih dalam lagi.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Bmoney, Accurate, Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Annual Return

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1