Sama seperti aset keuangan lainnya, terdapat dua pendekatan untuk menganalisa harga cryptocurrency, yakni:
Baik analisis fundamental dan teknikal bisa dan memang seharusnya digunakan secara bersamaan. Investor jangka panjang bisa mengubah gaya investasinya menjadi trading harian jika pengalaman investasinya sudah semakin banyak dan merelakan waktu lebih lama untuk secara aktif melakukan manajemen resiko terhadap pergerakan harga dalam sehari.
Analisis fundamental adalah pendekatan yang dilakukan oleh pelaku pasar untuk menentukan nilai intrinsik dari sebuah aset. Sebuah aset dikatakan memiliki nilai intrinsik jika nilai dasar (underlying) lebih tinggi dari harga pasarnya.
Analisis fundamental awalnya dimanfaatkan untuk menganalisa pergerakan harga saham dan cara ini ditenarkan begawan saham Warren Buffett. Dengan menggunakan analisis ini, investor dapat memperkirakan nilai saham sebuah perusahaan dengan cara mengalikan nilai pendapatan atau penjualan perusahaan tersebut dengan sebuah faktor pengali yang diperoleh dari tolok ukur (benchmark) di industri perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, jika Google mendapatkan laba US$40 miliar setiap tahun sementara rasio harga terhadap pendapatan (price to earning ratio) untuk industri yang beranggotakan perusahaan yang berbasis teknologi canggih adalah 30, maka Google seharusnya bernilai lebih dari US$1,2 triliun atau US$40 miliar (earning Google) dikalikan dengan 30 (P/E ratio industri).
Hanya saja, menggunakan analisis fundamental di pasar kripto terbilang sulit lantaran cryptocurrency tidak memiliki angka laba sebelum pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) layaknya perusahaan pada umumnya. Oleh karenanya, jika investor ingin melakukan pendekatan analisis fundamental aset kripto, maka ia harus menggunakan teknik lain agar mampu memperkirakan “nilai intrinsik” dari sebuah aset kripto.
Sejauh ini, pakar aset kripto menggunakan tiga pendekatan dalam analisis fundamental aset kripto: Pendekatan on-chain, pendekatan proyek, dan pendekatan tokenomics.
Salah satu cara mengetahui tingkat penggunaan teknologi blockchain suatu cryptocurrency adalah dengan melihat volume transaksi on-chain yang diproses jaringan blockchain tersebut. Data-data tersebut seharusnya tersedia secara bebas karena blockchain terbuka untuk umum.
Sobat Cuan bisa menyimak salah satu contoh data transaksi on-chain (data transfer harian token ERC-20 di jaringan Ethereum) pada grafik di bawah ini.
Volume on-chain hanyalah satu indikator penggunaan. Banyak transaksi Ethereum terjadi di luar jaringan blockchain tapi di bursa dan aplikasi cryptocurrency, sehingga volume transaksi yang sebenarnya tidak bisa diketahui.
Walaupun begitu, tetap masih bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi penggunaan blockchain maka semakin tinggi pula penggunaan aset blockchain tersebut apalagi dengan adanya efek jaringan (network effect) sehingga harga aset kripto akan meningkat.
Saat ini terdapat dua cara yang bisa dilakukan investor untuk mengukur tingkat penggunaan teknologi blockchain dan kedalaman network effect dari sebuah cryptocurrency:
Sepanjang kuartal I 2021, jumlah alamat dengan kepemilikan 100 hingga 1.000 keping Bitcoin telah meningkat dari 3,5 juta alamat di awal Januari menjadi 3,9 juta alamat di Maret atau lebih dari 12%. Data tersebut menunjukkan bahwa jaringan blockchain Bitcoin telah diserbu oleh orang kaya dan investor institusi di mana kelompok ini sekarang memiliki posisi dana yang cukup besar di jaringan Bitcoin.
Kondisi ini bertepatan dengan kenaikan harga Bitcoin dari US$32.000 per keping menjadi US$58.000 sepanjang kuartal I 2021.
Cara lain untuk menganalisa faktor fundamental cryptocurrency adalah memeriksa teknologinya, sosok-sosok tim pengembangnya, serta unsur tokenomics-nya.
Untuk melihat aspek-aspek tersebut, Sobat Cuan bisa membaca dokumen yang disebut whitepaper, spesifikasi teknis, serta peta jalan pengembangan teknologi blockchain tersebut ke depan. Dan faktor utama adalah latar belakang sosok-sosok yang mengembangkan teknologi tersebut dan struktur tata kelola teknologi blockchain.
Cara ini mirip yang dilakukan perusahaan modal ventura dalam menganalisa sebelum menanamkan dananya ke sebuah perusahaan rintisan atau startup. Berinvestasi aset kripto memang terbilang mirip dengan menanamkan modal ke perusahaan rintisan, sebab baik cryptocurrency dan perusahaan rintisan sama-sama memperkenalkan teknologi baru yang belum tentu akan diadopsi masyarakat.
Investor yang tidak memiliki keahlian teknis (dalam hal ini biasanya dalam dunia programming atau komputer atau teknologi) lebih mengalami kesulitan untuk menentukan aset kripto mana yang akan sukses atau gagal. Dengan kata lain, berinvestasi di cryptocurrency memiliki kemiripan berinvestasi di perusahaan teknologi baru.
Melalui pendekatan ini pelaku pasar mencoba menganalisa permintaan dan penawaran aset kripto menggunakan indikator-indikator yang sering dipakai dunia keuangan. Misalnya, perubahan nilai kapitalisasi pasar, volume trading, dan jumlah persediaan cryptocurrency tersebut.
Setiap aset kripto biasanya memiliki struktur tata kelolanya sendiri yang mengatur kebijakan masing-masing dalam menentukan jumlah kepingan koin yang tersedia atau bisa dikatakan kebijakan moneternya.
Apabila jumlah pasokan cryptocurrency dibatasi dalam jumlah tetap atau bahkan menurun, maka kenaikan permintaan akan mendorong peningkatan harga Sebaliknya, jika pengembang koin kripto tiba-tiba merilis sebuah koin dalam jumlah yang besar, muncul kemungkinan bahwa harganya akan anjlok.
Mekanisme penawaran dan skema distribusi sebuah cryptocurrency merupakan faktor utama yang mempengaruhi harga aset kripto.
Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal berguna untuk memperkirakan tren harga cryptocurrency ke depan berdasarkan harga dan datanya di masa lalu.
Analisis teknikal berdasarkan prinsip bahwa keadaan psikologis pasar menciptakan pola dan tren grafik yang sering menyebabkan mispricing di mana harga pasar tidak mencerminkan nilai fundamental aset. Pelaku pasar bisa memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendulang cuan melalui aktivitas jual-beli secara aktif atau trading.
Memahami indikator analisis teknikal memang terbilang rumit dengan begitu banyak pola, cara dan indikator. Namun, terdapat dua indikator analisis teknikal dasar yang sangat berguna bagi trader pemula, yakni garis tren dan level support dan resistance.
Sobat Cuan akan memahami keduanya di artikel ini. Tetapi, kamu bisa mempelajari lebih jauh tentang analisis teknikal lainnya di tautan berikut.
Garis tren (Trend lines) adalah indikator bermanfaat yang menunjukkan arah tren harga cryptocurrency ke depan.
Tren naik ditunjukkan dengan semakin meningkatnya titik tertinggi seiring waktu. Begitu pun sebaliknya, tren melemah ditunjukkan oleh semakin menurunnya titik terendah seiring waktu. Dengan memahami garis tren, maka pelaku pasar aset kripto tak perlu panik dengan volatilitas harga singkat.
Namun, membaca tren bisa cukup rumit. Suatu tren bisa berlangsung dalam jangka panjang, menengah, atau pendek. Ada kalanya juga pergerakan harga cryptocurrency tidak menunjukkan pergerakan berarti, atau biasa disebut pergerakan sideways.
Level support dan resistance adalah dua kunci utama dalam melihat permintaan dan penawaran koin.
Support adalah level harga di mana tren harga yang menurun akan berhenti sementara. Pada titik harga tersebut, pemain pasar masuk untuk mengumpulkan aset karena tertarik akan harganya yang dirasakan murah. Peningkatan permintaan pada titik tersebut akan menyebabkan harga memantul kembali dan pasar melakukan rebound .
Titik support menjadi zona genting dalam menentukan apakah tren akan berlanjut. Jika pada pergerakan berikutnya, harga aset malah turun melewati garis support-nya, maka ada kemungkinan harga aset akan melanjutkan tren pelemahan.
Salah satu contoh level support bisa terlihat pada grafik UNI/USDT berikut. Harga UNI terlihat menyentuh area level support di posisi US$14 tiga kali sebelum akhirnya UNI menguat.
Sementara itu, resistance adalah level harga di mana tren meningkat tiba-tiba berhenti. Pada saat itu, trader sedang melakukan aksi ambil untung mengingat harga asetnya tengah moncer.
Sama seperti support, resistance akan menjadi titik penting untuk menaksir apakan tren kenaikan akan terus berlangsung. Jika harga cryptocurrency menembus level resistance, maka trader bisa berharap bahwa harga aset bisa terus melejit.
Untuk memahami level resistance, Sobat Cuan bisa menengok grafik TRON/USDT berikut. Titik harga US$0,0825 dianggap sebagai level resistance, atau harga ‘langit-langit’, karena mewakili area grafik di mana kenaikan harga aset telah terhenti.
Namun, pada Agustus, harga TRON berhasil menembus level resistance dan melejit setelahnya.
Kini, Sobat Cuan telah mengetahui tentang analisis teknikal dan fundamental aset kripto. Namun, kamu mungkin bertanya-tanya, apakah lebih baik untuk:
Masing-masing pendekatan memiliki kegunaan tersendiri yang tergantung atas keadaan pasar dan pengalamanmu sendiri. Jika kamu baru memulai berinvestasi, maka pendekatan jangka panjang berbasis analisis fundamental akan menjadi pilihan baik untukmu.
Seiring pengalamanmu meningkat, atau kamu percaya bisa membaca arah pergerakan pasar, maka kamu bisa menggunakan analisis teknikal dan memanfaatkan tipe order lanjutan demi menciptakan strategi trading yang sesuai dengan sudut pandangmu.
Bagikan artikel ini
Apakah Aset Kripto Legal di Indonesia?
Blockchain, Bitcoin, dan Aset Kripto Lainnya
Mengenal 29 Jenis Altcoin di Pluang
Kinerja Kripto Sebagai Kelas Aset
Alasan & Risiko Berinvestasi Aset Kripto
7 Faktor yang Mempengaruhi Harga Aset Kripto
2 Strategi Utama Investasi Aset Kripto
Mengenal Bitcoin, Ethereum, dan Altcoin