Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Tokenomics
shareIcon

Tokenomics

4037  dilihat·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Tokenomics

Tokenomics adalah ilmu atau topik yang mempelajari secara dalam mengenai karakteristik permintaan dan suplai aset kripto. Namun, ilmu ini juga mempelajari tentang analisis ekonomi dari aset kripto, seperti bagaimana caranya aset kripto dapat memicu sesuatu yang positif di jaringannya.

‍Konsep Tokenomics sebenarnya berangkat dari teori suplai uang, yang terdapat di ilmu ekonomi moneter konservatif, di mana teori tersebut membagi suplai uang ke dalam M1, M2, hingga M3. Adapun M1 terdiri dari uang kartal dan uang giral, M2 terdiri dari M1 ditambah uang kuasi dan surat berharga bertenor di bawah satu tahun.

Namun, di dalam Tokenomics, M1 melambangkan koin yang likuid, sementara M2 menggambarkan aset kripto yang tidak likuid. Penggolongan ini dibutuhkan untuk memudahkan pengawasan dan transparansi mengenai suplai aset kripto sesungguhnya.

Mengapa studi mengenai suplai ini cukup penting?

Sama seperti ilmu ekonomi moneter biasa, penambahan suplai uang akan mengurangi nilainya, yang tercermin dari adanya tingkat inflasi. Adapun di dalam dunia aset kripto, mata uang kripto dan token dibentuk di atas sistem blockchain melalui sistem algoritma yang sudah diatur. Di mana, hal tersebut bisa diketahui melalui kalkulasi yang matang.

Berdasarkan hal tersebut maka Tokenomics bisa memberi gambaran kepada investor kapan suplai aset kripto bertambah, yang kemungkinan dapat menurunkan nilai aset kripto yang mereka genggam.

Baca juga: 80% Investasi Bitcoin Dipegang Investor Jangka Panjang. Suplai Menipis?

Mengenal Suplai Berbagai Aset Kripto

Menggali info soal suplai aset kripto terbilang gampang-gampang susah. Sebab, beberapa aset kripto sudah memberikan informasi mengenai jadwal penciptaan dan kebijakan suplai koin baru sedari awal.

Contohnya adalah Bitcoin. Semua investor dan trader aset kripto sudah mengetahui bahwa di dunia ini hanya ada 21 juta Bitcoin yang rencananya akan habis ditambang pada 2140 mendatang. Selain itu, seluruh penambang Bitcoin juga sudah mengetahui tentang Bitcoin halving. Yakni, masa di mana imbal jasa penambang (block reward) berkurang 50% setiap empat tahun sekali.

Hal tersebut tentu bikin trader dan investor aset kripto menyadari bahwa Bitcoin suatu saat akan langka. Sehingga, harganya di masa depan pun kemungkinan bisa melesat bak roket. Namun sayangnya, tak semua aset kripto menyediakan informasi serupa seperti Bitcoin.

Contohnya adalah Dogecoin dan Grin. Kedua aset kripto ini, hingga saat ini, diketahui memiliki suplai koin yang tak terbatas. Pencipta Grin mengatakan bahwa hal ini diharapkan dapat membuat nilai koin ini stabil sehingga bisa menjadi mata uang yang benar-benar bisa digunakan sebagai alat transaksi.

Tak hanya itu, terdapat pula beberapa aset kripto yang suplainya diperkirakan akan susut. Misalnya adalah Ether (ETH), token resmi di dalam Ethereum, yang jumlahnya ditaksir akan menyusut setelah mengimplementasikan proposal pembaruan Ethereum EIP-1559. Keterangan lebih lanjut tentang EIP-1559 dan Hard Fork London bisa dibaca di artikel ini.

Nah, di sinilah Tokenomics mengambil peran. Yakni, adalah untuk menaksir kapan tepatnya perubahan suplai aset kripto itu terjadi.

Baca juga: Apa Itu Hukum Permintaan dan Penawaran?

Tokenomics Adalah Ilmu Penting di Aset Kripto

‍Di dalam bukunya yang bertajuk “Margin of Safety”, legenda value investor Seth Klarman menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran jangka pendek sangat menentukan harga sebuah benda. Jika kondisi tersebut juga terjadi di aset kripto, maka memahami faktor-faktor yang bisa mempengaruhi permintaan dan penawarannya akan menjadi kunci sukses bagi investor dan spekulator dalam membaca pergerakan harga aset kripto.

Di samping itu, Tokenomics juga digunakan investor dalam memutuskan untuk menggenggam atau justru melewatkan sebuah aset kripto.

Sebagai contoh, banyak sekali pencipta altcoin sesumbar bahwa aset kripto binaannya akan menyaingi Bitcoin. Namun, seberapa besar kemungkinan hal itu akan terjadi? Apakah memang faktor suplai dan permintaan aset kripto tersebut mirip dengan Bitcoin? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk menggenggam aset kripto.

Lantas, apa saja faktor-faktor utama yang menjadi pertimbangan pegiat aset kripto dalam menaksir suplai dan permintaan melalui Tokenomics?

1. Nilai Guna Aset Kripto

Investor tentu akan gampang membaca permintaan dan penawarannya jika kegunaannya “jelas”. Misalnya, Bitcoin sebagai alat pelindung nilai atau Ether yang didedikasikan sebagai alat transaksi di ekosistem ekonomi terdesentralisasi.

Namun, bagaimana jika aset kripto tersebut masih belum memiliki nilai guna yang ajeg? Mencari tahu faktor permintaan dan penawaran dari aset kripto jenis ini adalah pekerjaan rumah besar bagi mereka yang tertarik menggeluti Tokenomics.

2. Nilai Kapitalisasi Pasar dan Profil Pemilik

Yang kedua, faktor penting lain dalam menaksir suplai dan permintaan aset kripto adalah nilai kapitalisasi pasar dan juga pemilik mayoritas dari aset kripto yang dimaksud. Mengapa ini penting?

Sebagai contoh, anggap saja aset kripto A memiliki nilai kapitalisasi pasar yang mini. Namun di dalamnya terdapat seorang bandar yang menggenggam lebih dari 50% aset kripto yang beredar. Tentu saja, gerak-gerik si bandar tersebut akan dikuliti habis-habisan karena sangat mempengaruhi fluktuasi harga aset kripto.

3. Sistem Algoritma Aset Kripto

Faktor penting ketiga yang dilihat pegiat Tokenomics adalah algoritma konsensus yang digunakan di sebuah sistem blockchain aset kripto.

Di kancah aset kripto, beberapa algoritma konsensus mendorong penggunanya untuk menahan aset kriptonya (HODL) agar punya peran lebih dalam memvalidasi transaksi atau pertambangan baru. Contohnya terjadi di sistem Proof-of-Stake. Namun, terdapat pula sistem algoritma konsensus yang tidak bersifat demikian.

Baca juga: Investor Kripto RI Tembus 4,2 Juta. Gimana Caranya Agar Kita yang Paling Cuan?

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Coinmarketcap, Decrypt

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Agunan (Collateral)

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1