Beberapa perusahaan top di bursa AS rilis laporan keuangan hingga tingkat pengangguran diprediksi stagnan. Selengkapnya dalam The Week Ahead!
Musim perilisan laporan keuangan perusahaan (Earnings Season) berlanjut pekan ini, di mana deretan perusahaan top yang melantai di bursa Amerika Serikat (AS) dan global seperti JP Morgan (JPM), Blackrock (BLK), Wells Fargo (WFC) dan Citigroup Inc (C) siap memamerkan prestasi keuangannya di triwulan lalu.
Keempatnya dijadwalkan akan menerbitkan laporan keuangannya pada Jumat (12/4). Perilisan ini akan memengaruhi nilai indeks saham S&P 500 di akhir pekan mengingat nilai kapitalisasi pasar mereka cukup besar.
Secara lebih rinci, Sobat Cuan bisa menyimak ringkasan estimasi laba per saham (EPS) kedua perusahaan tersebut pada tabel di bawah ini!
*disclaimer: rata-rata kenaikan diambil dari nilai sehari setelah rilis laporan keuangan selama 8 periode sebelumnya jika berhasil mengalahkan estimasi pasar
Selain keempat korporasi tersebut, Sobat Cuan juga bisa melihat jadwal lengkap emiten yang akan merilis laporan keuangannya pada minggu ini di tabel berikut!
Biro Statistik AS (Bureau of Labor Statistics) akan merilis data inflasi AS Januari berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) pada Rabu (10/4). Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg memprediksi bahwa tingkat inflasi tahunan AS bulan lalu akan berada di level 3,4%. Angka ini meningkat dari periode Februari lalu yang berada di level 3,2%.
IHK atau Consumer Price Index (CPI) adalah ukuran statistik yang mencerminkan perubahan harga rata-rata sekelompok barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga. Adapun perbandingan CPI satu periode dengan periode sebelumnya akan menghasilkan tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi di dalam suatu ekonomi.
Proses penghitungan IHK melibatkan pemantauan harga sejumlah barang dan jasa yang mencakup berbagai sektor ekonomi. Item-item ini mencakup makanan, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan barang-barang lainnya yang umumnya dibeli oleh konsumen.
US Inflation CPI Rate, Sumber: Trading Economics (2024)
Jika realisasi inflasi ternyata lebih tinggi dari prediksi, maka hal itu bisa saja menghantam pergerakan pasar modal pekan ini karena berpotensi menurunkan probabilitas untuk penurunan suku bunga di Juni nanti.
Departemen ketenagakerjaan AS (US Department of Labor) akan mengumumkan data pengajuan klaim bantuan pengangguran (Initial Jobless Claim) pada Kamis (28/3).
Ekonom memperkirakan terdapat 217.000 pengangguran yang mengajukan klaim bantuan tunakarya dari pemerintah AS pada pekan ini. Angka itu lebih rendah dari realisasi pekan sebelumnya yakni 221.000 pengajuan.
Asal tahu saja, initial jobless Claim adalah indikator yang menggambarkan jumlah tuna karya yang mengajukan tunjangan pengangguran dari pemerintah AS.
Pasalnya, mereka tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan yang dalam waktu sepekan. Ekonom dan analis biasanya menggunakan data ini untuk mengukur kesehatan pasar tenaga kerja serta mencari sinyal mengenai kondisi ekonomi AS secara keseluruhan.
Jumlah klaim yang tinggi memberi isyarat bahwa situasi ekonomi AS sedang lesu, sehingga nilai tukar dolar AS berpotensi melemah. Sebaliknya, jika jumlah pengajuan bantuan tunakarya menurun mengindikasikan ekspansi ekonomi AS.
US Initial Jobless Claims, Sumber: Trading Economics (2024)
Nilai indeks S&P 500 (SPX) berkontraksi 53,62 poin atau sekitar 1% dari level 5.257,97 pembukaan ke level 5.204,35 penutupan. Koreksi sepanjang minggu ini membuat indeks SPX jatuh ke bawah garis tren naiknya seperti bisa dilihat pada gambar di bawah ini. Pada perdagangan 4 April silam, SPX turun ke bawah 20-day Simple Moving Average (SMA) untuk pertama kalinya sejak pertengahan Januari. Setelah itu kembali naik pada perdagangan 5 April sedikit di atas indikator tersebut.
Lebih lanjut, penurunan mingguan tersebut adalah yang terburuk sepanjang 2024. Penurunan tersebut utamanya dipicu oleh data ekonomi yang kuat pada pasar tenaga kerja, yang meningkatkan probabilitas bahwa Federal Reserve tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga. Selain itu, lonjakan dalam harga komoditas terutama minyak menyebabkan kekhawatiran inflasi kembali muncul, sementara kenaikan imbal hasil Surat Utang Pemerintah juga menekan pasar saham.
Laporan nonfarm payrolls hari Jumat lalu melebihi ekspektasi, dengan tambahan 303 ribu pekerjaan jauh di atas ekspektasi analis di 214 ribu, tingkat pengangguran menurun dari 3,9% pada periode sebelumnya menjadi 3,8% dan tingkat partisipasi angkatan kerja sedikit naik. Data tersebut menguatkan taruhan bahwa Fed tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga, dan pasar telah mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan kebijakan bank sentral Juni
Kita perlu melihat pergerakan harga beberapa hari ke depan untuk mengkonfirmasi pembalikan tren ini. Namun, investor perlu berhati-hati sebab SPX kemungkinan besar bisa berbalik arah sebab SPX terus mencatatkan rekor baru beberapa minggu belakangan di kala data inflasi yang memanas dan optimisme penurunan suku bunga yang masih belum bisa dipastikan kapan dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa SPX bisa jadi telah “price in” atau harga saat ini sudah mencerminkan sentimen yang terjadi.
Beberapa peristiwa penting yang perlu diperhatikan pekan ini adalah rilis data inflasi secara CPI, rilis FOMC meeting minutes, dan laporan keuangan dari JP Morgan (JPM). Jika hasil laporan keuangan beberapa perusahaan besar dan data perekonomian pekan ini positif maka indeks S&P 500 berpotensi terus merangkak naik dan memecahkan rekor demi rekor. Adapun level psikologi 5500 menjadi target jangka menengah yang harus dipecahkan oleh SPX.
Grafik Indeks S&P 500, Sumber: TradingView (2024)
Kalender Perekonomian AS, Sumber: Bloomberg (2024)
Kalender Crypto, Sumber: CoinMarketCal, Bloomberg (2024)
Bagikan artikel ini