Yield faming vs liquidity mining, mana yang lebih menguntungkan untuk kamu para pemburu cuan?
Baik yield farming maupun liquidity mining merupakan aktivitas yang bisa membuat aset kripto kamu terus berkembang biak. Tapi, jangan sampai tertukar ya! Sebab, keduanya merupakan aktivitas yang sebetulnya berbeda, lho.
Lantas, apa saja perbedaannya?
Baca juag: Mengenal Token DeFi dan Alasan Kenapa Kamu Harus Perhatikan Mereka
Dunia decentralized finance berkembang pesat beberapa tahun belakangan dilihat dari semakin banyaknya aset yang terkunci (Total Value Locked/TVL) di dalamnya. Aset-aset tersebut dikunci oleh para pemburu cuan dalam berbagai aktivitas DeFi seperti yield farming dan liquidity mining.
Bak pinang dibelah dua, keduanya merupakan aktivitas yang serupa tapi tak sama. Intinya, kamu menaruh sejumlah liquiditas berupa koin atau token DeFi kepada sistem yang disebut liquidity pools untuk mendapatkan lebih banyak koin atau token sebagai imbalannya.
Di dunia DeFi kamu bisa menaruh aset kripto kamu dalam protokol smart contracts lalu melarungnya kepada liquidity pools. Nantinya, pengguna lain akan mengeksekusi smart contracts kamu sehingga kamu dapat memperoleh cuan setelah transaksinya dieksekusi.
Aktivitas ini dinamakan yield farming. Kamu memerlukan platform DeFi terpercaya seperti Sushiswap, Uniswap, Compound dan Curve.
Saat melakukan yield farming, kamu bertindak sebagai penyedia dana (liquidity provider/LP).
Beberapa protokol DeFi seperti Uniswap dan Sushiswap mengizinkan kamu melakukan deposit lebih dari satu jenis aset. Protokol lain seperti Compound dan Curve hanya menyerima satu jenis aset di tiap liquidity pools yang mereka selenggarakan.
Cuan yang kamu dapat biasanya berupa token LP senilai yang telah disepakati. Aktivitas ini cukup berisiko jika kamu tidak memilih protokol terpercaya saat akan melakukannya.
Meski dilakukan dengan mekanisme yang mirip yield farming, liquidity mining mengganjar kamu dengan koin native dari blockchain baru tempat kamu menambang.
Liquidity mining biasanya dilakukan pada platform baru yang ingin mendistribusikan token governance-nya. Platform ini biasanya menunjuk platform lain penyedia liquidity pools seperti Uniswap untuk menarik para provider.
Kamu hanya perlu memberikan likuiditas yang kamu miliki kepada pool tersebut, dan nantinya kamu akan menerima token sebagai imbalan yang dijanjikan. Selama likuiditas kamu masih berada di sana, kamu akan menerima 0,3% swap dan token baru yang berhasil ditambang dari tiap block baru yang terbentuk.
Baca juga: Pinjaman Kripto Vs Pinjaman Bank, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Perbedaan paling jelas dari keduanya adalah aktivitas kamu pada liquidity pools.
Yield farmers mendapat lebih banyak keuntungan dengan semakin banyaknya transaksi dieksekusi dengan likuiditas yang dia miliki. Artinya, kalau kamu melakukan yield farming, kamu perlu berulang kali memasukkan likuiditas kamu ke dalam protokol dan melarungnya pada pools yang paling menguntungkan.
Setelah smart contracts kamu dieksekusi di satu pools, kamu dapat segera mencari pools lain untuk menggandakan cuan kamu.
Sementara itu, penambang dalam liquidity mining tetap memperoleh bagiannya selama likuiditasnya tetap berada pada pools yang ditentukan oleh platform baru tersebut.
Kamu akan menerima semuanya setelah kamu melakukan redeem. Tetapi, menjadi penyedia likuiditas tetap disana pun tidak akan merugikan.
Baca juga: Sobat Cuan, Yuk Kenalan dengan 7 Proyek Decentralized Finance Berikut!
Pada dasarnya, keduanya memiliki tingkat resiko yang sepadan. Namun dapat dimitigasi bisa kita mengenali risiko-risiko yang ada.
Pada yield farming, developernya bisa saja impostor yang bersembunyi dibalik anonim. Meski cukup jarang terjadi, bukannya tidak mungkin likuiditas yang kamu pinjamkan pada liquidity pools bakal digondol oleh sang developer.
Kamu juga berisiko meleset saat meng-input protokol smart contracts. Hal ini dapat membuat protokol kamu punya celah yang terbaca oleh peretas.
Selain itu, risiko juga terdapat pada penurunan harga aset selama terkunci dalam protokol smart contracts. Volatilitas harga aset kripto membuat risiko ini akan selalu membayangi.
Terkadang ada beberapa pengembang nakal yang berusaha mengelabui provider likuiditas mereka dengan cara yang manipulatif. Mereka menggelar presale lalu mengobral koin atau token di awal.
Mereka melakukan ini untuk tujuan marketing. Platformnya kemudian akan ditawarkan secara luas pada berbagai sosial media. Dengan banyaknya insentif, tentu banyak yang tertarik untuk jadi penyedia likuiditas.
Lalu, mereka menjual semua token dan koin yang mereka punya hingga terinflasi. Hal ini akan membuat provider kebanjiran token yang tidak lagi berharga.
Semua risiko tentu ada mitigasinya. Kamu bisa meneliti dulu developer dari pools yang hendak kamu masuki. Biasanya developer yang sudah punya track record, projek sebelumnya sukses lebih berat hati untuk melakukan kecurangan.
Beberapa proyek DeFi juga menyelenggarakan audit. Tentu ini memudahkan kamu untuk membaca lebih jelas projek dimana kamu berpartisipasi.
Developer yang baik biasanya mengunci liquiditas milik mereka dalam smart contracts selama beberapa bulan atau tahun. Tapi dalam beberapa kasus ada juga yang menjualnya untuk tujuan tertentu.
Kamu bisa membuat strategi terlebih dulu sebelum melakukan yield farming maupun liquidity mining. Tentukan sejauh mana kamu dapat mentoleransi risikonya.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini