Yield farming adalah opsi untukmu supaya aset kriptomu makin bernilai meski harganya sedang anjlok. Aktivitas ini bisa dilakukan dalam berbagai platform blockchain dengan menggunakan smart contract.
Dunia DeFi memang penuh dengan inovasi, salah satunya inovasi yang membuat lembaga intermediary cukup diwakili dengan kontrak pintar alias smart contract. Memang di dalam Decentralized Finance, kepercayaan bukan lagi mata uang universal.
Kalau kamu ingin tahu lebih jauh apa itu smart contract, Sobat Cuan bisa baca dulu disini ya!
Saat melakukan yield farming, kamu akan menjadi penyedia likuiditas atau liquidity provider (LP). Aset kriptomu akan disetorkan ke dalam kolam liquiditas atau liquidity pool.
Sebetulnya, liquidity pool adalah smart contract yang berisikan sejumlah aset kripto. Kamu seolah menyewakannya pada pihak yang sedang membutuhkan aset kriptomu. Sebagai imbalannya kamu akan memperoleh yield atau imbal hasil setelah misi smart contract terpenuhi.
Tentunya, setelah misi smart contract terpenuhi, aset kripto akan kembali ke dompet aset kriptomu, kamu bisa memilih kolam untuk menyewakan aset kripto. Jadi yield farming adalah aktivitas yang menyerupai deposito, bukan?
Baca juga: Sama-Sama Banjir Cuan, Apa Beda Yield Farming dan Crypto Staking?
Cuan dari becocok tanam aset kripto dapat berupa komisi (fee) yang dibayarkan oleh platform DeFi yang mewadahi liquidity pool. Fee juga bisa didapat dari sumber lain, tergantung kesepakatan yang terdapat pada algoritma smart contract liquidity pool.
Beberapa liquidity pool membayar imbalanmu dalam bentuk token yang ditanamkan pada liquidity pools lainnya. Mekanisme ini bisa menjadi sangat rumit ataupun sangat sederhana.
Tentu sebagai penyedia aset kripto, kamu harus cermat membaca ketentuannya. Namun secara sederhana, aktivitas bertani cuan ini dapat menjadi alternatif pengembangan portofolio kriptomu selain dari fluktuasi harga kripto.
Hingga saat ini yield farming baru dapat dilakukan dalam ekosistem Ethereum dengan imbal hasil berupa token ERC-20. Namun aplikasi yang berjalan dalam mekanisme ini dimungkinkan untuk berjalan pada blockchain manapun selama masih dapat membaca smart contract.
Adanya aktivitas yield farming membuat masa depan pengelolaan likuiditas kripto semakin mirip dengan aktivitas likuiditas pada jasa keuangan konvensional. Bahkan, aktivitas ini pasti lebih ekonomis karena tidak membutuhkan lembaga perantara untuk menjadi penjaminnya.
Mau tahu alasan kenapa DeFi bisa menjadi masa depan keuangan? Yuk, simak selengkapnya di sini!
Baca juga: Panduan Cara Menambang Ethereum
Meski terdesentralisasi, LP bisa membaca sehat atau tidaknya likuiditas pasar yield farming lewat indikator yang mirip dengan LDR (Loan to Deposit Ratio). Pada pasar DeFi, ukuran ini bernama Total Value Locked (TVL).
TVL mengukur seberapa banyak aset kripto yang terkunci dalam smart contract yang belum terpenuhi misinya. Dengan kata lain, TVL adalah agregat likuiditas pada liquidity pool.
Bukan hanya mengukur agregat, kamu juga bisa membandingkan yield dari satu pool dibanding yang lainnya. Dengan mengakses situs DeFi pulse, penyedia dana bisa mempertimbangkan platform mana yang lebih menguntungkan untuk bertanam cuan. Pasar uang kripto yang beragam akan membuat pilihanmu jadi luas.
Kripto sendiri merupakan hal yang baru dalam dunia keuangan, apalagi aktivitas yield farming. Meski terdengar sederhana, praktek yield farming pasti akan berkembang dengan berbagai pendekatan.
Dana yang didepositkan dalam smart contract liquidity pool biasanya berupa stablecoins seperti ETH, DAI, USDT, USDC dan BUSD. Sementara imbal hasilnya berupa compund dari stablecoin tersebut. Contoh, jika kamu yield farming dengan ETH, kamu akan memperoleh imbal hasil berupa cETH atau compound ETH.
Berapa banyak imbal hasil yang akan kamu dapat dari sebuah liquidity pool? Kamu pun bisa mengukurnya lewat metrik bernama Annual Percetage Rate (APR) dan Annual Percentage Yield (APY).
Meski sudah ada instrumen yang membantumu memperkirakan keuntungan, nilai keuntungan sebenarnya sulit ditebak. Sebab, yield farming adalah aktivitas kompleks yang kompetitif dalam pasar yang bergerak cepat.
Mekanisme dalam DeFi yang sangat cepat menimbulkan gap kebutuhan akan instrumen pengukuran yang lebih jangka pendek di masa depan. Sejauh ini, jika Sobat Cuan tertarik mencoba jadi LP, tentukan strategi yang paling tepat, ya. Cuanmu sangat bergantung pada cocok tidaknya strategimu bercocok tanam cuan.
Baca juga: Bunga Nabung Kripto Tinggi Banget, Apakah Beneran Bikin Kamu Auto Cuan?
Sebagaimana pinjaman pada umumnya, peminjam membutuhkan kolateral sebagai jaminan atas pinjamannya. Hal ini berlaku juga di dunia DeFi.
Tidak adanya lembaga perantara jasa keuangan dalam aktivitas pinjam meminjam di dunia DeFi membuat kamu bisa kehilangan kolateralmu jika nilainya melebihi ambang batas nilai pinjaman. Jika ini terjadi, kamu harus menambahkan kolateral untuk pinjamanmu supaya asetmu tidak dijual dalam open market, ya.
Selain kehilangan kolateral, jika kamu tidak mencermati protokol smart contract, maka kamu bisa didera kerugian yang sangat fatal. Ini lantaran smart contract juga bisa dibuat oleh pihak yang kurang memahami bahasa algoritma sehingga memiliki celah penyalahgunaan. Kamu perlu mewaspadai hal ini jika tidak mau investasimu malah rugi.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini