Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Blog

Lagi Rame Prediksi Aset Kripto Bakal Bubble, Benarkah?
shareIcon

Lagi Rame Prediksi Aset Kripto Bakal Bubble, Benarkah?

22 Apr 2021, 8:00 AM·READING_TIME
shareIcon
Kategori
Lagi Rame Prediksi Aset Kripto Bakal Bubble, Benarkah?

Harga Bitcoin sempat melonjak bersamaan penawaran saham perdana Coinbase, sebuah cryptocurrency exchange, yang menghebohkan pasar. Kini harga mulai turun, dan bahkan ada yang bilang pelemahan ini adalah efek lonjakan harga sebelumnya yang dianggap bubble.

Bank of America Fund Manager Survey melaporkan bahwa sebagian besar investor profesional berpikir kenaikan harga Bitcoin kemarin adalah sebuah bubble. Nah lho, gimana nih Sobat Cuan?

Sekitar 74% dari para fund manager yang memantau pasar mengatakan mereka melihat cryptocurrency terkemuka tersebut sebagai bubble. Hanya 16% responden yang mengatakan tidak untuk pertanyaan tersebut. Hal itu menunjukkan alasan investasi yang sangat spekulatif soal Bitcoin.

Para fund manager juga menilai Bitcoin menduduki peringkat kedua dalam daftar perdagangan paling ramai, setelah saham perusahaan teknologi. Bitcoin memimpin jauh di depan tren yang terkait isu investasi yang ramah lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan (ESG). Juga mengalahkan saham saham jagoan dan treasury AS.

Baca juga: Meski Naik Turun, Sampai Kapan Tren Harga Bitcoin yang Bullish Akan Berakhir?

Lebih dari tiga dari sepuluh responden mengaku saham perusahaan teknologi sebagai perdagangan paling ramai, sementara 27% mengatakan Bitcoin. Namun, sekitar 10% mengatakan mereka berpikir Bitcoin akan berkinerja lebih baik pada tahun 2021.

Hasil laporan tersebut berasal dari survei terhadap 200 responden dengan aset kelolaan US$533 miliar. Laporan ini itu tiba tepat ketika tren harga Bitcoin tengah bullish, dan pasar menunggu debut besar Coinbase di bursa saham.

Harga Bitcoin naik hampir sembilan kali lipat selama setahun terakhir di tengah hiruk pikuk spekulasi dan adopsi aset kripto yang lebih luas. Pendiri Tesla Elon Musk awal tahun ini mengatakan, produsen mobil listrik itu akan menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran. Beberapa investment bank di Wall Street juga membuat layanan bagi pelanggan yang tertarik menaruh dana di cryptocurrency.

Harga Dogecoin yang Merongrong pun Diduga Bubble Aset Kripto

Dogecoin adalah mata uang kripto yang didasarkan pada meme seekor anjing “Doge”, yang menjadi populer pada akhir 2013. Dimulai sebagai lelucon, kini Doge melawan segala ejekan. Kapitalisasi pasar Dogecoin kini bernilai US$40 miliar, dan harganya telah meningkat 400% dalam tujuh hari terakhir.

Meroketnya harga Dogecoin telah menyebabkan kekhawatiran akan potensi bubble di pasar aset kripto. Beberapa investor sudah melihat Bitcoin sebagai bubble spekulatif, koin digital paling populer yang berlipat ganda sejak awal 2021.

Baca juga: Kenapa IPO Coinbase Memberi Petunjuk Soal Harga Aset Kripto di Masa Depan?

“Kebangkitan Dogecoin adalah contoh klasik dari teori bodoh lebih besar yang sedang dimainkan,” ujar David Kimberley, seorang analis di aplikasi investasi Freetrade asal Inggris.

“Orang-orang membeli cryptocurrency, bukan karena mereka pikir itu memiliki nilai yang berarti. Tetapi karena mereka berharap orang lain akan menumpuk, menaikkan harga, dan kemudian mereka dapat menjual dan menghasilkan uang dengan cepat,” imbuhnya.

Apa Itu Bubble?

Bubble alias gelembung adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan peningkatan pesat nilai pasar, khususnya harga aset. Kenaikan yang cepat ini diikuti dengan penurunan nilai yang cepat, atau kontraksi, yang kadang-kadang disebut sebagai “crash” atau “bubble burst“.

Biasanya, bubble terjadi karena lonjakan harga aset yang didorong oleh perilaku pasar yang terbuai euforia. Selama bubble, aset biasanya diperdagangkan pada harga, atau dalam kisaran harga yang jauh melebihi nilai intrinsik aset (harga tidak sejalan dengan fundamental aset).

Baca juga: Tips Berdamai dengan FOMO Agar Tak Panic Selling & Buying Aset Kripto

Penyebab bubble diperdebatkan oleh para ekonom. Beberapa ekonom bahkan tidak setuju bahwa bubble terjadi sama sekali. Hal itu atas dasar bahwa harga aset memang sering kali menyimpang dari nilai intrinsiknya. Namun, bubble biasanya hanya diidentifikasi dan dipelajari dalam ‘kacamata’ analisis retrospeksi, setelah terjadi penurunan harga yang sangat besar.

Akankah Bubble Bitcoin Meledak Seperti di Bubble Aset Kripto 2017?

Orang yang skeptis terhadap lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini perlu melihat lebih jauh ke belakang, di tahun 2017. Ketika harganya meroket hampir US$20.000, lalu amblas menjadi sekitar US$3.000 setahun kemudian.

Lebih jelasnya, pada 2017 harga Bitcoin melonjak menjadi hampir US$20.000 pada bulan Desember tahun itu. Padahal di awal tahun harganya masih di bawah US$1.000. Namun, satu tahun kemudian, harga amblas menjadi sekitar US$3.000, atau melorot sekitar 75% dari puncaknya.

Baca juga: Apa Alasan Kita Perlu Perhatikan Kapitalisasi Pasar Saat Investasi Aset Kripto?

Mungkinkah hal itu yang bakal terjadi juga nanti? Dimana saat ini Bitcoin sempat melonjak ke puncak lebih dari US$61.000 pada pertengahan Maret, dari sekitar US$7.000 setahun yang lalu.

Volatilitas ekstrim dan nilai intrinsik yang tidak pasti adalah alasan mengapa dahulu investor berpengalaman mencemooh Bitcoin. Hal itu terkait aset kripto sebagai murni spekulasi.

“Bagi saya, itu hanya seperti penyakit pikun (spekulasi asal-asalan),” kata Vice Chairman Berkshire Hathaway Charlie Munger, di pertemuan tahunan Berkshire 2018.

Tahu Saatnya ‘Keluar’

Beberapa investor secara tak langsung terlihat jelas tidak ingin mengabaikan peluang investasi Bitcoin. Namun masih ada beberapa investor yang mewanti-wanti jika kenaikan Bitcoin terus berlanjut ke ‘puncak yang tak berujung’.

Ulrik Lykke, CEO ARK36 yang berfokus pada hedge fund atau aset lindung nilai aset kripto, mengatakan bahwa sejarah mengajarkan investor untuk tidak terlalu serakah.

Ia merujuk pada anekdot terkenal Joseph Kennedy tentang bagaimana dia tahu sudah waktunya untuk ‘keluar’ dari pasar pada tahun 1929. Hal itu terjadi ketika anak laki-laki penyemir sepatu memberi Kennedy tips investasi saham.

“Jika tukang semir sepatu sampai memberikan tips saham, maka inilah waktunya untuk keluar dari pasar,” begitulah ucapan kontroversial Joseph Kennedy terkait pasar yang kian tidak rasional.

Baca juga: Setelah Dihantam Badai, Harga Bitcoin dan Ethereum Mencoba Bangkit Pekan Ini

Ulrik Lykke mengatakan, jika pasar benar-benar menggila dan harga mencapai US$100.000 hingga US$300.000 per token, mana penurunan besar serupa tahun 2018 mungkin akan menyusul.

“Pelajarannya di sini adalah sebaiknya mengetahui kapan mengambil untung ketika harga menjadi begitu besar, sehingga penjualan dapat mengubah hidup Anda secara radikal. Dengan kata lain, jika semua orang, termasuk nenek Anda, optimistis tentang Bitcoin, maka mungkin ini saat yang tepat untuk menjualnya sebagian,” kata Ulrik.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: CNBC, Investopedia, TheStreet

Ditulis oleh
channel logo

Adi Putro

Right baner

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Artikel Terkait

no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1