Investasi emas adalah jenis investasi yang digemari segala kalangan. Namun, terdapat beberapa momentum di mana investasi emas justru menjadi pilihan jitu dalam berinvestasi! Ketahui lebih lengkap di sini!
Banyak alasan mengapa investasi emas menjadi pilihan utama berinvestasi bagi sebagian orang.
Emas dikenal sebagai logam mulia yang kandungannya tak akan susut seiring waktu. Sehingga, kadar kemuliaan emas akan tetap sama baik sekarang maupun 100 tahun lagi. Karakteristik ini menjadikannya cocok sebagai aset pelindung kekayaan.
Selain itu, karakteristik emas yang unik lainnya adalah fungsinya sebagai safe haven. Yakni, aset yang performanya cenderung stabil di tengah ketidakpastian, baik ketidakpastian ekonomi maupun politik. Bahkan, emas juga tidak berkaitan atau berhubungan negatif dengan aset atau portofolio lain ketika terjadi fluktuasi di instrumen finansial.
Di samping itu, mereka yang ingin berinvestasi emas juga tidak membutuhkan pengetahuan investasi yang mumpuni alias gampang. Masyarakat bisa membeli emas untuk kemudian disimpan atau dijual kembali sesuai keinginannya.
Hanya saja, imbal hasil investasi emas terbilang tidak instan, tak seperti instrumen finansial umum seperti saham. Makanya, emas sejatinya lebih cocok digunakan sebagai instrumen investasi jangka panjang.
Baca Juga: Alasan Mengapa Investasi Emas Sangat Berharga
Sifatnya sebagai instrumen investasi jangka panjang dan kemampuannya memberikan imbal hasil dalam waktu lama mungkin telah membuat pamor emas tak secemerlang instrumen investasi lainnya.
Kendati demikian, ternyata ada beberapa momentum tertentu di mana menggenggam emas bisa menjadi pilihan jitu dalam berinvestasi! Lantas, apa saja momentum tersebut?
Kenaikan inflasi bisa menjadi waktu tepat bagi masyarakat untuk mengoleksi emas. Hal ini pun tak lepas dari sifat emas sebagai alat pelindung kekayaan.
Apalagi, pada era inflasi tinggi, kinerja aset lebih berisiko, seperti saham, biasanya akan berfluktuasi kencang. Pasalnya, inflasi tentu akan mempengaruhi prospek pendapatan dan beban emiten saham ke depan. Karena nilai saham menjadi goyah, maka ada baiknya investor mencari "suaka" ke aset lebih aman seperti emas.
Hanya saja, momentum ini pun tak lepas dari beberapa faktor tertentu.
Investasi emas di kala inflasi mungkin akan menarik jika tak ada peristiwa lain yang terjadi secara bersamaan. Namun, jika inflasi tersebut direspons dengan kenaikan suku bunga acuan, maka performa emas bisa luntang-lantung. Apa alasannya?
Kenaikan suku bunga acuan akan meningkatkan nilai dua instrumen safe haven lainnya, yakni nilai mata uang dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah. Sayangnya, hal itu akan membuat investasi emas jadi tak menarik. Sebab, opportunity cost dalam menggenggam emas, sebuah instrumen yang tak memberikan imbal hasil periodik, akan menjadi lebih mahal.
Selain itu, situasi dunia yang tengah gonjang-ganjing sejatinya adalah momentum lain yang tepat untuk investasi emas. Maklum, masyarakat tentu mencari instrumen investasi yang sedianya bisa melindungi nilai kekayaan di tengah kondisi yang serba tidak pasti.
Salah satu contohnya terjadi kala pandemi COVID-19 menyerang dunia pada 2020 silam. Kala itu, kegiatan ekonomi terpaksa berhenti tanpa tahu kapan akan dimulai kembali. Mobilitas dan lalu-lintas masyarakat seolah mati suri, menandakan bahwa dunia memang sedang di fase ketidakpastian.
Nah, di saat-saat seperti itu, tak heran jika investor kemudian memburu emas sebagai "perlindungan". Hasilnya, harga sang logam mulia melesat dari kisaran US$1.520 per ons di awal 2020 ke level US$2.000 per ons di Agustus 2020.
Baca Juga: Investasi Emas Jangka Pendek vs Jangka Panjang
Terakhir, penurunan nilai Dolar AS yang terjadi secara terus menerus bisa menjadi momentum tepat investasi emas. Pasalnya, harga emas bisa menjadi lebih "murah". Seperti apa penjelasannya?
Transaksi emas di pasar global dilakukan dengan denominasi Dolar AS. Akibatnya, para investor yang jarang bertransaksi menggunakan Dolar AS tentu akan menganggap harga emas menjadi lebih murah jika nilai tukar mata uang tersebut tengah melemah.
Nah, hal itu seharusnya menjadi momentum kuat bagi investor untuk berinvestasi emas. Makanya, tak heran jika permintaan emas selalu membaik ketika harga Dolar AS sedang terjungkal.
Setelah mengetahui momentum tepat investasi emas, kamu tinggal mengetahui strategi yang tepat dalam memanfaatkannya.
Sejatinya, strategi investasi sangat tergantung dengan profil risiko masing-masing investor. Namun, jika kamu adalah investor pemula, maka kamu bisa memulai investasi emas dengan konsep bernama Dollar Cost Averaging (DCA).
Sobat Cuan bisa menemukan penjelasan rinci mengenai strategi DCA di artikel berikut. Namun, secara garis besarnya, DCA adalah strategi investasi di mana investor akan menempatkan uang secara rutin untuk memiliki sebuah aset terlepas dari situasi dan kondisi yang terjadi di pasar. Strategi ini merupakan kebalikan dari strategi lump sum, alias langsung berinvestasi dalam jumlah besar di awal.
Ilustrasinya seperti berikut. Mari asumsikan Tuan A membeli 1 gram emas di harga Rp1 juta per gram pekan ini. Tapi, pada pekan berikutnya, harga emas melemah menjadi Rp800.000 per gram dan ia pun masih membeli 1 gram. Artinya, pada pekan kedua, Tuan A memiliki 2 gram emas dengan total Rp1,8 juta.
Namun, jika Tuan A membeli 2 gram emas langsung di pekan pertama, maka jumlah uang yang ia keluarkan menjadi Rp2 juta. Sobat Cuan bisa melihat perbedaannya, bukan?
Baca Juga: 7 Keuntungan Investasi Emas
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investing.com, Groww.in
Bagikan artikel ini