Fans kripto mungkin penasaran untuk mengetahui kapan kripto naik. Namun, pertanyaan itu tidak akan bisa dijawab jika mereka tak memahami sentimen-sentimen harga kripto. Yuk, simak di sini!
Selama satu dekade terakhir, aset kripto kini menjelma menjadi salah satu instrumen investasi alternatif aset-aset konvensional.
Bahkan, popularitasnya pun sempat mencuat di 2021 lantaran kala itu harga aset-aset kripto tengah merekah. Ambil contoh Bitcoin (BTC) yang nilainya menyentuh rekor tertingginya US$68.000 di akhir 2021 dan sempat menyentuh rekor kapitalisasi pasar menembus US$1,3 triliun di tahun yang sama.
Nasib yang sama juga dialami pesaing terdekatnya, Ether (ETH). Nilainya juga sempat menyentuh rekor tertinggi mendekati US$4.900 di tahun tersebut.
Sayangnya, harga aset kripto pun lambat laun kian tenggelam. Per Selasa (16/5) BTC pun dibanderol US$27.209 per keping atau jauh lebih rendah dari rekor tertingginya. Bahkan, nilai kapitalisasi pasar BTC di tanggal yang sama pun berada di kisaran US$520 juta atau ambles lebih dari setengah dari rekornya yang terjadi di 2021.
Kondisi ini membuat pecinta kripto penasaran mengenai kapan kripto naik. Namun, pertanyaan itu tidak akan dapat diketahui oleh mereka jika tidak memahami sentimen apa saja yang mempengaruhi gerak-gerik harga aset kripto. Lantas, apa saja sentimen tersebut?
Sejatinya, dinamika harga kripto tentu dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran pasar. Sesuai ilmu ekonomi, derasnya permintaan, dengan asumsi ceteris paribus, tentu akan mengerek harga aset kripto. Begitu pun sebaliknya, minimnya permintaan akan menyeret harga aset kripto.
Hanya saja, permintaan dan penawaran tersebut tentu tidak disebabkan oleh faktor penyebab. Terdapat beberapa sentimen yang akhirnya membuat pelaku pasar untuk mengubah permintaannya, di antaranya adalah.
Perubahan tingkat suku bunga acuan memang tidak mempengaruhi permintaan dan penawaran aset kripto secara langsung. Hanya saja, hal itu akan sangat mempengaruhi persepsi pelaku pasar dalam menaruh uangnya di instrumen investasi.
Lantas, seperti apa lengkapnya?
Naik-turun suku bunga acuan juga akan mengubah tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap, utamanya surat utang pemerintah. Sementara itu, surat utang pemerintah selalu digunakan sebagai tolok ukur dalam membandingkan tingkat '"kemenarikan" instrumen investasi lainnya lantaran instrumen tersebut dianggap memiliki risiko yang paling rendah.
Implikasinya, jika suku bunga acuan turun, maka tingkat imbal hasil obligasi pemerintah juga akan turun. Hal itu pun akan membuat pelaku pasar memalingkan wajah dari instrumen tersebut dan memilih instrumen-instrumen yang lebih berisiko, salah satunya adalah aset kripto.
Di samping itu, penurunan tingkat suku bunga juga akan memompa jumlah uang beredar di masyarakat. Wajar saja, sebab suku bunga yang turun umumnya menjadi pemikat bagi masyarakat untuk menarik kredit. Implikasinya, masyarakat bisa saja memiliki sisa uang nganggur dari pinjaman tersebut untuk kemudian ditempatkan di instrumen aset kripto demi mendulang cuan.
Kondisi itulah yang juga terjadi ketika aset kripto booming pada 2021. Kala itu, bank sentral AS The Fed menurunkan suku bunga acuannya di kisaran 0% hingga 0,25% demi menstimulasi ekonomi di tengah pandemi COVID-19. Nah, kebijakan tersebut punsontak menggairahkan lagi selera risiko para pelaku pasar.
Namun, selera risiko ini perlahan pudar jika bank sentral kembali mengerek suku bunga acuannya. Pasalnya, di masa-masa seperti itu, masyarakat cenderung memilih untuk menyimpan dananya di instrumen berpendapatan tetap atau tabungan karena bisa memperoleh cuan lebih baik meski dengan risiko minim. Akibatnya, mereka pun segera menjual aset kripto kepemilikannya dan membuat harga kripto goyah.
Nah, kondisi itu pulalah yang terjadi di 2022. Harga aset kripto diketahui berguguran setelah The Fed diketahui mengerek suku bunganya secara agresif sepanjang tahun itu demi meredam inflasi AS yang kian kronis.
Aset-aset kripto dirilis oleh pengembang jaringan blockchain yang bertujuan untuk memecahkan masalah di dunia nyata.
Platform Aave, misalnya, menyediakan jasa pinjam-meminjam aset kripto selayaknya bank dengan jumlah nasabah yang tidak sedikit. Namun, jumlah penggunanya bisa bertambah signifikan jika Aave memperbarui platformnya atau menambah fitur baru di dalamnya.
Jika penggunanya bertambah, maka sudah tentu saja permintaan token AAVE di jaringan tersebut pun ikut terdongkrak. Hal ini tentu akan menjadi embusan angin segar untuk harga AAVE.
Oleh karenanya, Sobat Cuan jangan pernah malas untuk mengetahui perkembangan terbaru mengenai jaringan blockchain aset kripto jagoanmu. Pasalnya, kabar itu bisa memberi sinyal mengenai kapan kripto naik!
Baca Juga: Bagaimana Tips Memilih Marketplace NFT yang Tepat?
Peristiwa atau kabar terkini soal kripto yang berskala besar pun akan mempengaruhi sikap pelaku pasar untuk melakukan permintaan dan penawaran di pasar kripto. Sebab, hal tersebut bisa mempengaruhi kondisi psikologis pelaku pasar.
Ambil contoh kasus kejatuhan nilai Luna Classic (LUNC) di 2022. Kala itu, nilai LUNC yang sempat menyentuh rekor US$119,18 per keping di April 2022 menjelma menjadi koin "recehan" dengan nilai US$0,00001 sebulan berikutnya. Peristiwa itu terjadi setelah jaringan pengelola LUNC, Terra, gagal dalam mempertahankan nilai stablecoin miliknya, UST.
Sedihnya, pelaku pasar sudah keburu menganggap bahwa bencana yang menimpa LUNC bisa saja merembet ke aset kripto lainnya. Oleh karenanya, mereka pun buru-buru menarik dananya di aset kripto dan memindahkannya ke instrumen investasi lain. Harga kripto pun, mau tak mau, kompak terjun bebas pada saat itu.
Begitu pun sebaliknya. Kabar positif mengenai aset kripto juga akan "dilahap" habis-habisan oleh pelaku pasar, misalnya adalah peluncuran koin baru atau peraturan pemerintah yang proadopsi kripto.
Nah, oleh karenanya, pertanyaan mengenai kapan kripto naik sepatutnya juga diimbangi dengan memahami sentimen-sentimen yang mempengaruhi permintaan dan penawaran aset kripto itu sendiri.
Baca Juga: Pluang Insight: Menjejak Hikmah dari Napak Tilas Drama Kejatuhan LUNA
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Zawya
Bagikan artikel ini