Sobat Cuan mana sih yang tidak kenal dengan Ethereum? Ethereum, yang merupakan punggawa jaringan smart contract di kancah kripto, rencananya akan melakukan permak besar-besaran tahun ini. Seperti apa upgrade tersebut? Dan apa dampaknya bagi pelaku pasar? Simak di Pluang Insight berikut!
Sejak awal tahun, Ethereum mengumumkan bahwa mereka akan melakukan perbaikan jaringan yang disebut dengan The Merge di tahun ini. The Merge sendiri merupakan proses pergantian algoritma konsensus Ethereum dari Proof-of-Work (PoW) menjadi Proof-of-Stake (PoS).
Pembaruan jaringan ini tentu punya implikasi positif bagi penggunanya. Namun, layaknya dua sisi mata uang, peristiwa tersebut pun menyimpan risikonya sendiri.
Seperti apa kelebihan dan keuntungan bagi fans kripto atas perkembangan terbaru Ethereum ini? Yuk, pantengin artikel ini hingga habis, ya!
Ethereum, yang diluncurkan pada Juli 2015 silam, sudah mendambakan pergantian algoritma konsensus tersebut sejak lama. Bahkan, diskusi mengenai transisi dari Proof-of-Work menjadi Proof-of-Stake sebenarnya sudah mampir ke meja Ethereum sejak 2014.
Ethereum menganggap, sistem PoW mengonsumsi daya listrik dan memakan biaya besar, yang ujungnya berpengaruh terhadap biaya transaksi (gas fees) yang perlu dibayar penggunanya.
Selain itu, lalu lintas jaringan Ethereum semakin padat sehingga proses transaksi pun ikut melambat. Makanya, Ethereum butuh makeover jaringannya demi memiliki skalabilitas dan kecepatan transaksi yang mumpuni. Nah, The Merge merupakan salah satu cara bagi Ethereum agar selangkah lebih dekat menuju jaringan yang efisien dan berkualitas.
Dengan menggunakan algoritma Proof-of-Stake, penambang nantinya akan mendapat reward dengan hanya mengalokasikan ETH-nya untuk memvalidasi seluruh transaksi yang terdapat di jaringan Ethereum. Metode ini dianggap jauh lebih murah dan tidak boros energi dibanding Proof-of-Work, di mana penambang akan mendapat reward jika berhasil menebak teka-teki matematis yang sangat ribet.
Ethereum awalnya menjadwalkan implementasi The Merge pada 2016. Hanya saja, para penambang ternyata bersikeras tidak mau menginginkan perubahan apapun di jaringan Ethereum.
Sebagai jalan keluar, Ethereum akhirnya sengaja menambah tingkat kesulitan teka-teki algoritmanya agar para penambang terpaksa menyetujui transisi ini. Di waktu yang sama, penambang juga menghadapi waktu penciptaan blok transaksi yang melambat, bahkan kini mencapai 13 detik untuk menciptakan satu blok transaksi.
Nah, aksi Ethereum plus hambatan di jaringan tersebut akhirnya menurunkan tingkat profitabilitas para penambang. Penambang pun perlahan mulai sepakat untuk menghadapi The Merge.
Ethereum bahkan meramal, waktu penciptaan blok transaksi akan berlipat ganda pada Agustus mendatang jika The Merge gagal meluncur.
Adapun proses pertama The Merge terjadi pada Desember 2020 lalu ketika Ethereum meluncurkan jaringan kedua yang disebut sebagai Beacon Chain. Jaringan ini tidak menggantikan jaringan utama Ethereum bernama PoW Chain, tapi berjalan beriringan bersamanya.
Nah, nantinya, jaringan Beacon Chain tersebut akan bergabung dengan jaringan Ethereum utama untuk menjadi satu lapisan konsensus alias jaringan baru. Nah, penggabungan inilah yang menjadi asal muasal nama The Merge mengingat merge sendiri diterjemahkan sebagai "penggabungan".
Setelah kedua jaringan bergabung, maka Beacon Chain akan berkoordinasi dengan konsensus atau persetujuan dari beberapa validator. Sementara itu, jaringan PoW Chain bertugas untuk mengeksekusi penciptaan blok transaksi. Sehingga, di fase ini, pengguna harus memanfaatkan kedua lapis jaringan tersebut untuk mengeksekusi pembentukan satu blok transaksi baru di jaringan Ethereum.
Hanya saja, perubahan mekanisme ini hanya terjadi di lapisan konsensus saja. Ethereum Virtual Machine (EVM), aplikasi, data rantai, dan akun semuanya masih tetap dilakukan mesin eksekusi yang sama dengan saat ini. Oleh karenanya, pengalaman bagi sebagian besar pengguna akhir Ethereum akan tetap sama.
Kemudian, persiapan The Merge mulai memasuki fase terakhir sejak awal 2022. Baru-baru ini, Ethereum mengubah algoritma konsensus dari Proof-of-Work menjadi Proof-of-Stake di jaringan uji cobanya bernama Ropsten testnet. Setelah ini, pengembang Ethereum mengatakan, The Merge akan meluncur pada jaringan utama Ethereum Agustus mendatang jika seluruh prosesnya berjalan lancar.
Baca juga: Pluang Insight: Jangan Takut! Simak Cara Melakukan Stop-Loss yang Tepat di Sini!
Pertanyaan berikutnya, dan pastinya ditunggu oleh fans kripto, adalah apakah The Merge akan mengerek harga ETH ke depan?
Hal itu sejatinya sangat mungkin terjadi, Sobat Cuan, jika kamu bisa menganalisis dampaknya melalui faktor-faktor yang mendukung permintaan dan penawaran ETH ke depan seperti yang tertera di bawah ini!
Penambang mengonsumsi listrik hingga jutaan Kilowatt-hour (KWh) hanya untuk memecahkan teka-teki matematis dan menerima reward dengan menggunakan algoritma konsensus Proof-of-Work. Nah, penambang bisa mengatasi masalah tersebut dengan sistem Proof-of-Stake. Sebab, penambang bisa mendaur ulang sumber daya internalnya demi keamanan jaringan.
Sejumlah penelitian menunjukan, sistem Proof-of-Stake bakal mengurangi penggunaan energi Ethereum hingga 99% jika dihitung dengan perkiraan paling konservatif. Sehingga, permintaan penggunaan jaringan Ethereum ke depan diharapkan bisa terus meningkat.
Protokol Ethereum saat ini "menghadiahi" penambang 2 ETH untuk setiap penciptaan blok transaksi. Jika diakumulasi selama sehari, maka jaringan Ethereum harus menggelontorkan 13.500 ETH per hari sebagai reward penambang. Jumlah yang sangat banyak, bukan?
Namun, masalah ini tidak akan muncul setelah implementasi The Merge. Pasalnya, Ethereum akan memberikan reward berdasarkan berapa banyak ETH yang ditaruh pengguna (staking) di jaringan itu.
Dengan asumsi jumlah ETH yang ditaruhkan sebesar 15 juta keping ketika Merge, maka protokol pun akan mencetak kurang lebih 1.750 ETH per harinya alias 90% lebih rendah dari total reward harian saat ini.
Nah, hal ini pun akan berdampak baik pada harga ETH. Sebab, sesuai teori ekonomi, penurunan suplai (dengan asumsi permintaan tetap) akan mengerek harga suatu barang. Selain itu, berkurangnya sirkulasi ETH akan membuat penambang mengurungkan niat untuk menjualnya.
Menambang aset kripto mirip seperti menjalankan bisnis biasa. Selain menambang, penambang juga menerima "kerjaan sampingan" dalam bentuk penerbitan blok transaksi. Sebagai imbalannya, mereka memperoleh komisi atas penggunaan daya listrik dan perangkat keras dalam menjalankan operasionalnya.
Hanya saja, kegiatan sampingan tersebut membuat penambang bertindak seolah-olah seperti makelar semata. Jika penambang terus melakukan hal tersebut, maka artinya mereka tidak peduli dengan kualitas jaringan Ethereum.
Nah, dengan metode Proof-of-Stake, penambang bisa mendapat reward dengan memvalidasi transaksi di jaringan Ethereum asal mereka mau melakukan staking atas ETH miliknya.
Implikasinya, penambang lambat laun akan meninggalkan pekerjaan sampingan tersebut dan lebih memilih mendulang cuan dari kegiatan staking selama enam hingga 12 bulan. Imbasnya, penambang pun akan urung melakukan aksi jual dan lebih memilih menyimpan ETH-nya di jaringan Etereum.
Sebuah penelitian menunjukkan, kegiatan staking tersebut bisa mengurangi tekanan jual ETH harian sebesar US$20 juta hingga US$40 juta per harinya alias US$1 miliar per bulan. Jika proyeksi ini benar adanya, maka suplai ETH di platform exchange akan berkurang drastis. Hasilnya, sesuai teori ekonomi, maka nilai ETH bisa meroket.
Memang, The Merge akan menjadi angin segar bagi harga ETH. Tapi, penggabungan dua jaringan tersebut juga memunculkan risiko tersendiri. Apa saja risikonya?
Meski sudah dipersiapkan sejak lama, The Merge tetap saja berpeluang untuk gagal meluncur. Mengapa demikian?
Aksi The Merge diibaratkan seperti mengganti mesin mobil lama menjadi mesin baru di tengah-tengah perjalanan. Sehingga, kesalahan teknis atau serangan dari pihak bertanggung jawab tentu bisa terjadi.
Seperti yang disinggung di atas, Ethereum sebenarnya sudah mempertimbangkan The Merge sejak 2016 namun ditunda hingga tahun 2020. Sehingga, jika memang ada hambatan lagi, maka bukan tidak mungkin Ethereum akan menunda eksekusi The Merge.
Penundaan yang lebih panjang akan menurunkan kepercayaan pelaku pasar atas jaringan Ethereum. Makanya, Ethereum benar-benar serius menggarap penggabungan tersebut.
Sobat Cuan mungkin sering membaca di Pluang Pagi atau Rangkuman Pasar bahwa bank sentral AS, The Fed, sedang mempersiapkan pengetatan moneter yang agresif hingga 2022 mendatang.
Sayangnya, kenaikan suku bunga acuan akan membuat investor menghindari aset kripto, sebuah aset yang punya tingkat risiko tinggi. Sehingga, nilai ETH mungkin tidak akan terdongkrak meski The Merge seharusnya bisa mendorong harga ETH secara fundamental.
Secara fundamental, protokol Ethereum memang dibentuk untuk kesuksesan jangka panjang. Sentimen dalam waktu dekat membuat para investor untuk tertarik memiliki Ethereum di portofolio mereka.
Nah, gabungan kedua aspek ini, plus kecemasan di pasar kripto saat ini sebenarnya adalah peluang bagi kamu yang mau menambah ETH pada portofoliomu. Apakah kamu tak tertarik memborong ETH saat ini, Sobat Cuan?
Baca juga: Pluang Insight: Kripto Dihantam Bear Market, Saat Tepat Gunakan Dollar Cost Averaging?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini