Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Leveragearrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Mengenal Absorption Costing dalam Akuntansi. Apakah Itu?

Mengenal Absorption Costing dalam Akuntansi. Apakah Itu?

2 Jun 2023, 6:28 AM·Waktu baca: 4 menit
Kategori
Absorption Costing

Biaya penyerapan atau absorption costing adalah suatu metode untuk menghitung biaya produksi yang dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, seperti mengalokasikan biaya produksi dan membantu mengambil keputusan bisnis. Yuk simak artikel ini untuk lebih jelasnya!

Apa Itu Absorption Costing?

Absorption costing adalah metode akuntansi untuk menghitung biaya produksi secara akurat dan membuat keputusan bisnis yang tepat terkait produksi hingga penetapan harga produk. Metode ini mencakup biaya langsung (bahan baku, upah tenaga kerja, pengiriman atau transportasi) dan biaya tidak langsung (perlengkapan manufaktur, utilitas, listrik, biaya sewa, biaya administrasi atau asuransi).

Umumnya, absorption costing digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk menghitung biaya produksi berdasarkan jumlah bahan baku dan tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk.

Sebagai tambahan informasi, absorption costing dikenal juga dengan biaya penuh karena metode ini ditujukan untuk menghitung seluruh biaya yang digunakan dalam proses pembuatan suatu produk.

Manfaat Absorption Costing bagi Perusahaan

1. Menetapkan Harga Jual

Metode ini dapat membantu perusahaan menentukan harga jual produk secara tepat dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi ke dalam harga jual. Selain itu, perusahaan juga dapat menghitung laba yang diharapkan dari penjualan produk.

2. Memonitor Biaya Produksi

Melalui metode ini, perusahaan dapat memonitor biaya produksi dan menentukan biaya produksi apa yang bisa dikurangi atau dimaksimalkan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

3. Memfasilitasi Analisis Kinerja Produksi

Metode ini dapat membantu perusahaan menganalisis biaya produksi dan performa produksi sekaligus. Hal ini penting agar anggaran biaya produksi sesuai harapan dan produksi efisien.

4. Mengukur Produktivitas

Metode ini juga dapat membantu perusahaan mengukur produktivitas dengan cara membandingkan rasio biaya produksi atas jumlah produk yang dibuat dan meminimalisir biaya produksi.

Baca Juga: Mengenal Komponen Utang Negara Indonesia

Mekanisme Menghitung Absorption Costing

Cara menghitung absorption costing dapat dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Merincikan Biaya secara Berkelompok

Tahap pertama adalah merincikan biaya secara berkelompok. Perincian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jenis biaya berdasarkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead manufaktur, berikut penjelasannya:

  • Biaya bahan baku: bahan utama untuk membuat produk
  • Biaya tenaga kerja: upah atau gaji pekerja yang dibayarkan selama produksi
  • Biaya overhead manufaktur: biaya tetap (sewa, asuransi, administrasi) dan biaya variabel (perlengkapan manufaktur, listrik, utilitas)

Setelah biaya tersebut teridentifikasi, perusahaan perlu membuat total biaya untuk tiap kelompok agar memudahkan proses alokasi biaya produksi.

2. Menentukan Penggunaan Setiap Biaya

Tahap kedua adalah menentukan penggunaan untuk setiap biaya seperti mengidentifikasi biaya langsung dan tidak langsung terkait produksi. Selain itu, perusahaan juga dapat menetapkan jumlah penggunaan biaya dan aktivitas selama produksi berlangsung seperti total waktu yang diperlukan pegawai atau peralatan dalam menjalankan operasional produksi.

3. Menghitung Biaya

Tahap ketiga atau terakhir adalah menghitung alokasi biaya dengan rumus sebagai berikut:

Absorption Costing per Unit = (Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Bahan Langsung + Biaya Overhead Tetap + Biaya Overhead Variabel) : Jumlah Unit yang Diproduksi

Contoh Absorption Costing

Sebuah perusahaan memproduksi 3.000 botol minuman dalam 1 bulan. Namun dari jumlah tersebut, hanya 2.500 botol terjual dalam bulan yang sama dan sisanya berada di persediaan.

Setiap botol minuman memerlukan biaya total pengeluaran untuk bahan baku dan pegawai sebanyak Rp8.000. Sementara itu, biaya overhead tetap fasilitas produksi dan operasional sebesar Rp6.000.000 per bulan.

Untuk menentukan biaya overhead tetap setiap botol, kamu dapat membagi biaya overhead tetap dengan jumlah botol yang diproduksi pada bulan tersebut. Berikut perhitungannya:

Rp6.000.000 : 3.000 botol = Rp2.000 per botol

Setelah mengetahui biaya overhead tetap setiap botol, kamu bisa menambahkan biaya bahan baku serta pegawai untuk menetapkan jumlah absorption costing.

Adapun cara menghitung absorption costing adalah sebagai berikut.

Rp2.000 + Rp8.000 = Rp10.000.

Maka, total absorption costing penjualan botol minuman sebesar Rp10.000.

Untuk menentukan total harga pokok penjualan, kamu tinggal mengalikan hasil absorption costing tersebut dengan jumlah botol yang terjual.

Jadi, 2.500 botol x Rp10.000 = Rp25.000.000.

Kelebihan dan Kekurangan Absorption Costing

Seperti yang telah dijelaskan di atas, melalui absorption costing perusahaan dapat menghitung setiap biaya yang berkaitan dengan proses produksi. Berikut beberapa kelebihan dari metode absorption costing, yakni:

  1. Menggambarkan biaya produksi secara jelas
  2. Membantu perusahaan memastikan harga produk telah mencakup keseluruhan biaya produksi
  3. Menetapkan harga jual produk yang lebih akurat
  4. Memotivasi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi produksi seperti meningkatkan kualitas produk, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan keuntungan.

Sementara itu, kekurangan metode ini adalah sulit mengalokasikan biaya overhead karena biaya tersebut dapat bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tidak bisa mewakilkan biaya sebenarnya dari proses produksi. Berikut beberapa kekurangan dari metode absorption costing yang dapat dipertimbangkan:

  1. Alokasi biaya overhead yang tinggi dapat membuat barang dengan biaya produksi rendah menjadi terlihat mahal
  2. Kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan biaya overhead
  3. Sulit mengubah alokasi ketika terjadi perubahan biaya overhead
  4. Sulit mengambil keputusan bisnis
  5. Timbul distorsi dalam laporan keuangan
  6. Biaya overhead dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan dan tidak dapat dikurangkan dari pendapatan selama produk belum terjual.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Accurate, Crewdible, Hashmicro

 

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar