Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkulai lemah tak berdaya menutup pekan ini. Untungnya, IHSG tak perlu menanggung nasib apes itu sendirian. Sebab, aset kripto juga terlihat babak belur hari ini! Apa yang sebenarnya terjadi? Simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG menutup sesi perdagangan Jumat (11/2) di level 6.815,61 poin, melorot 0,12% dibanding kemarin. Dengan demikian, maka sang indeks domestik harus pasrah berakhir di zona merah selama dua hari berturut-turut.
Bursa domestik sepertinya bonyok dihantam sentimen eksternal, utamanya dari perilisan angka inflasi Amerika Serikat (AS).
AS mencatat inflasi tahunan sebesar 7,5% pada Januari lalu yang sekaligus menandai level tertingginya dalam 40 tahun terakhir. Angka tersebut juga lebih tinggi dari estimasi analis yakni 7,3%.
Sebenarnya, pelaku pasar tidak begitu khawatir dengan angka inflasi tersebut. Namun, yang mereka lebih takutkan adalah sikap bank sentral AS The Fed yang kemungkinan bakal lebih agresif dalam mengerek suku bunga acuan demi merespons inflasi tersebut. Bahkan, pasar menduga bahwa The Fed akan langsung menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, yakni menjadi 0,5% hingga 0,75%.
Jika suku bunga acuan terdongkrak, maka investor tentu malas membenamkan dananya di pasar modal karena cenderung menghindari risiko. Makanya, jika hal itu sampai terjadi, maka siap-siap saja pasar modal dalam negeri akan mengalami capital outflow.
Tidak hanya itu, ketakutan pelaku pasar juga dilandasi atas data historis bahwa harga komoditas selalu ambyar setiap The Fed mengerek suku bunga acuannya. Nah, indeks domestik, yang bergantung terhadap kinerja saham emiten komoditas, tentu bakal kena getahnya.
Meski gelombang pengetatan kebijakan moneter terjadi di seluruh penjuru dunia, namun Bank Indonesia (BI) tetap teguh memasang suku bunga acuan 3,5%. Otoritas moneter itu baru akan mengerek suku bunga acuannya jika inflasi terjadi karena perbaikan fundamental ekonomi dalam negeri.
Baca juga: Pluang Pagi: Inflasi Kian Seram, Saham AS & Kripto Makin Suram
Meski IHSG harus finish di zona merah, investor asing malah terlihat getol mengoleksi saham-saham domestik. Hal ini tercermin dari nilai beli bersih (net foreign buy) investor asing sebesar Rp965,12 miliar di seluruh pasar pada hari ini.
Mereka masih doyan mengumpulkan saham-saham big cap, misalnya saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang diborong Rp260,4 miliar. Selain itu, mereka juga menyerok saham duo bank pelat merah, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing Rp155,5 miliar dan Rp153 miliar.
Hanya saja, terdapat pula saham-saham lain yang tak bernasib mujur seperti mereka. Kali ini, titel saham jongos jatuh kepada saham-saham emiten rumah sakit.
Lihat saja nilai saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang susut 2,35% ke level Rp1.040 per saham. Langkahnya pun diikuti oleh saham PT Siloam Internationals Hospital Tbk (SILO) yang turun 0,63% ke level Rp7.900 per saham.
Kemudian, nilai saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Bundamedik Tbk (BMHS) pun masing-masing luntur 0,88% dan 0,68% di waktu yang sama.
Nilai aset kripto pun tak mau kalah bikin pening investor pada hari ini. Melansir Coinmarketcap pukul 18.36 WIB, delapan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar seantero dunia harus tersungkur ke zona merah dalam 24 jam terakhir.
Tengok saja nilai Bitcoin (BTC) yang bertengger di US$43.552,31 per keping atau turun 1,81% dalam sehari terakhir. Ether (ETH) pun mengalami nasib serupa. Nilainya amblas 3,06% ke US$3.104,8 per keping di waktu yang sama.
Nilai altcoin lainnya pun tak kalah dramatis. Nilai XRP, Cardano (ADA), dan Solana (SOL) masing-masing susut 6,21%, 2,7%, dan 6,05% dalam sehari terakhir. Di sisi lain, nilai Terra (LUNA), Dogecoin (DOGE), dan Polkadot (DOT) masing-masing terpeleset 4,27%, 3,35%, dan 5,38%.
Sama seperti pagi ini, pergerakan aset kripto sore hari ini juga disebabkan oleh sikap pelaku pasar yang kian malas membenamkan dana di pasar aset berisiko. Hal ini terjadi setelah pejabat The Fed James Bullard mengatakan bahwa The Fed bisa saja mengerek suku bunga acuannya 1% pada Juli mendatang demi merespons inflasi AS yang meradang.
Kendati demikian, dilihat dari analisis teknikal, laporan Decentrader yang dikutip dari Cointelegraph mengatakan bahwa saat ini pasar kripto, utamanya BTC, masih bersifat "netral" dan belum menuju "ketakutan" yang parah. Namun, ada kemungkinan kondisi harga BTC bakal "gitu-gitu aja" dalam jangka pendek.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Kripto Makin Bergerak Mantap, IHSG Malah Tiarap
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini