Selamat sore, Sobat Cuan! Harapan inflasi yang terus melandai menjadi tenaga bagi pergerakan IHSG hari ini. Namun, mengapa langkah serupa tidak diikuti aset kripto? Simak ulasan lengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bertengger di zona hijau. Pada penutupan Rabu (19/10), IHSG mencatat hatrick pada level 6.860,41, menguat 0,38% dari penutupan kemarin.
Tren penguatan yang berlangsung sejak awal pekan tampaknya sukses menjadi bahan bakar optimisme sang indeks domestik hari ini. Lihat saja, IHSG yang tadinya sempat melempem saat pembukaan pasar akhirnya mampu melesat ke zona hijau di sisa waktu perdagangan.
Kali ini, sepertinya pelaku pasar menyambut positif sinyal kebijakan moneter yang lebih longgar dari Bank Indonesia (BI).
Dalam pernyataannya siang tadi, Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan otoritas moneter bakal lebih kooperatif dalam koordinasi fiskal dan moneter terkait penyesuaian suku bunga acuan. Langkah ini menyusul data inflasi Indonesia yang tidak separah negara lain. Bahkan, Perry memperkirakan inflasi Indonesia hanya akan menyentuh 6,3% di tahun ini, lebih rendah dari prediksi semula 6,6%.
Selain pernyataan Perry, harapan pelaku pasar atas inflasi yang lebih rendah juga muncul dari Amerika Serikat (AS). Kemarin, Presiden AS Joe Biden mengatakan akan melepas cadangan minyak strategis sebesar 15 juta barel demi menurunkan harga minyak dunia.
Inflasi yang diramal turun tentu menggugah selera investor untuk mengoleksi saham domestik. Pasalnya, meredanya inflasi bisa kembali mengerek daya beli masyarakat plus menurunkan ongkos produksi, dua faktor utama yang bisa memperbaiki performa keuangan emiten dalam negeri.
Oleh karenanya, tak heran jika 295 saham emiten mencatat performa apik pada hari ini, utamanya saham konsumer yang sensitif terhadap inflasi. Sebagai contoh, nilai saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) bahkan sukses lompat 9,18% ke Rp5,350 per lembar pada hari ini.
Baca Juga: Pluang Pagi: Saham AS Melaju Kencang, Kripto Justru Uring-Uringan
Sementara itu, pergerakan aset kripto terlihat semakin mundur di Rabu sore. Melansir Coinmarketcap pukul 15.15 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat tersudut ke zona merah dalam 24 jam terakhir.
Pelemahan nilai kripto sore hari ini bisa dibilang merupakan sebuah anomali. Pasalnya, pasar kripto terlihat lesu ketika trio indeks Wall Street tampil gemilang kemarin.
Melihat tren yang terjadi selama ini, pergerakan pasar kripto memang selalu mengikuti pergerakan saham AS. Sebab, pelaku pasar selalu menggunakan performa pasar modal sebagai tolok ukur selera risiko investor secara umum.
Dengan demikian, maka ada kemungkinan pelemahan nilai aset kripto kali ini merupakan buah dari kegamangan pelaku pasar di pasar kripto.
Ya, beberapa analis mengatakan, pelaku pasar masih bingung menentukan price actions lebih lanjut di pasar kripto karena harga Bitcoin (BTC) berada di rentang harga yang sama, yakni kisaran US$19.000, dalam periode yang terlalu lama.
Hal itu menyebabkan pelaku pasar tak punya petunjuk mengenai arah pergerakan aset kripto ke depan. Imbasnya, mereka memilih untuk melakukan aksi wait and see sampai sinyal pergerakan harga BTC, dan aset kripto lain pada umumnya, berikutnya mulai terlihat jelas.
Baca Juga: Pluang Insight: Dihujam Segudang Tantangan, Pendapatan Netflix Tetap Menawan!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini