Bukan rahasia umum jika kinerja keuangan Netflix digoyang tantangan bejibun sejak awal tahun. Meski demikian, apakah performa finansial perusahaan bisa mengalami titik balik di kuartal III? Yuk, simak selengkapnya di Pluang Insight berikut!
Netflix adalah perusahaan penyedia jasa streaming video dan rumah produksi hiburan terbesar sejagat yang sudah menjalarkan kegiatan bisnisnya di seluruh dunia kecuali China.
Selama ini, perusahaan yang berdiri sejak 1997 tersebut mendulang pendapatan dari biaya berlangganan yang dibayar penggunanya per bulan. Di samping itu, Netflix juga menyediakan konten pihak ketiga (third party) bagi produk komputer personal, TV pintar (smart TV), dan pada beberapa gawai seperti tablet, konsol video game, Chromecast, Roku, dan Apple TV.
Baca Juga: Pluang Insight: Kala Kenaikan Bunga Acuan Menjadi Berkah Bagi Bank of America
Perasaan Netflix mungkin terlihat campur aduk ketika menutup kuartal III 2022. Pasalnya, di satu sisi, mereka sukses meraih prestasi keuangan yang memuaskan. Namun, di sisi lain, Netflix juga menghasilkan indikator keuangan yang melempem di waktu yang sama.
Sebagai contoh, Netflix boleh berbangga diri karena berhasil membukukan pendapatan US$7,93 miliar di triwulan lalu, lebih tinggi dari ekspektasi analis yakni US$7,84 miliar. Angka tersebut rupanya bertumbuh 5,9% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hanya saja, jika diukur secara triwulanan, maka raihan pendapatan itu sejatinya turun 0,6%.
Kenaikan pendapatan Netflix ditopang oleh kenaikan jumlah pelanggan rata-rata sebesar 5% dalam setahun terakhir. Selain itu, perusahaan juga mampu meningkatkan rata-rata pendapatan per pelanggan (Average Revenue per Membership/ARM) sebesar 1% di waktu yang sama.
Pluang beranggapan, tumbuhnya pendapatan tersebut disokong oleh banyaknya acara unggulan Netflix yang meluncur sepanjang triwulan lalu, misalnya Monster: The Jeffrey Dahmer Story, Stranger Things musim keempat, Extraordinary Attorney Woo, The Gray Man, dan Purple Hearts.
Sayangnya, pertumbuhan pundi-pundi pendapatan Netflix di triwulan lalu menjadi terbatas gara-gara penguatan nilai Dolar AS sepanjang periode tersebut. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Netflix akan mendulang pendapatan dalam bentuk Dolar AS yang lebih banyak jika mata uang lainnya menguat.
Nah, jika faktor nilai tukar tersebut dikesampingkan, maka pertumbuhan pendapatan dan ARM Netflix sesungguhnya bisa masing-masing tumbuh 13% dan 8% secara tahunan. Selain menyumbat laju pendapatan, masalah nilai tukar itu ternyata ikut menyandung laju pertumbuhan laba perseroan.
Sekadar informasi, Netflix membukukan laba bersih US$1,39 miliar sepanjang triwulan lalu, turun 3% dibanding kuartal sebelumnya atau ambles 3,5% jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Kendati demikian, nilai laba per saham perusahaan setidaknya masih mantap, yakni US$3,1 per lembar atau lebih tinggi dari prakiraan US$2,13 per lembar.
Adapun biang keladi lesunya pertumbuhan laba Netflix adalah anjloknya tingkat profitabilitas perusahaan.
Berkaca dari laporan keuangan perusahaan, Netflix rupanya mencetak margin operasi sebesar 19,3%, jauh lebih rendah dibanding raihan kuartal III 2021 yakni 23,5%. Kondisi ini terjadi lantaran penerimaan Netflix dalam denominasi Dolar AS terus terkikis sementara perusahaan wajib membayar beban operasionalnya menggunakan mata uang tersebut.
Baca Juga: Pluang Insight: Gimana Prospek Saham AMD di Tengah Kompetisi Sengit Pasar Prosesor?
Berdasarkan catatan keuangan tersebut, manajemen Netflix berpendapat bahwa penguatan nilai Dolar AS akan menjadi momok bagi performa keuangan perusahaan di kuartal akhir tahun ini.
Mereka sendiri meramal pendapatan Netflix akan melandai tipis ke US$7,8 miliar sepanjang triwulan IV 2022. Namun, jika kurs berjalan stabil, pendapatan perseroan di kuartal inin sejatinya bisa tumbuh 9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk menggenjot pendapatan, Netflix berencana meluncurkan paket nonton yang lebih murah pada November mendatang. Dalam paket tersebut, pelanggan bisa menikmati acara-acara khas Netflix dengan lebih terjangkau meski harus diselingi iklan-iklan.
Netflix berharap bisa menggaet 4,5 juta pelanggan baru dari paket anyar tersebut. Mereka beralasan, paket baru ini dapat memberikan calon subscribers lebih banyak pilihan untuk menikmati layanan streaming satu ini.
Sayangnya, analis masih sangsi terhadap dampak paket baru tersebut ke kinerja keuangan Netflix ke depan. Mereka memilih untuk mencerna hasil laporan keuangan kuartal III tersebut terlebih dulu sebelum memberikan rekomendasi lebih lanjut.
Kendati begitu, untuk saat ini, harga saham Netflix sudah pada valuasi yang tepat dan digadang akan bertumbuh 3,8% ke US$245,5 per lembar di akhir 2023.
Meski upside potential saham Netflix terbilang mini, Pluang menganggap saham Netflix bisa menjadi pilihan bagi investor yang baru menginjakkan kaki di pasar saham AS. Apalagi, ide pemasaran yang unik serta peluncuran paket nonton baru sejatinya bisa menjadi katalis positif saham Netflix yang seharusnya mudah dipahami oleh investor awam.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini