Harga emas di pasar spot pada hari ini, Senin (21/6) pukul 08.00 WIB, menguat 0,43% ke US$1.771,82 per ons. Penguatan tipis juga terjadi di pasar COMEX sebesar 0,18% ke US$1.772,2 per ons.
Dengan demikian, maka harga logam mulia masih belum bisa pulih setelah mengalami pekan terburuknya dalam setahun terakhir.
Gagalnya kebangkitan emas disebabkan oleh keperkasaan musuh sengit emas, yakni nilai dolar AS. Adapun pagi hari ini, mata uang greenback menyentuh 92,25, atau menguat tajam dibanding akhir pekan lalu 91,85.
Menguatnya nilai dolar AS akan membuat harga emas relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut. Alhasil, permintaan emas melorot, dan kemudian menyeret harganya turun ke bawah.
Hanya saja, musuh bebuyutan emas lainnya, yakni tingkat imbal hasil obligasi AS, cenderung melemah dibandingkan akhir pekan lalu. Di Senin pagi, yield obligasi AS dengan tenor 10 tahun berada di angka 1,41% atau melemah dibanding akhir pekan lalu 1,5%.
Kondisi ini bisa menjadi angin segar bagi harga emas. Sebab, melemahnya yield tersebut bisa membuat investor berpaling dari obligasi dan kembali menyeruduk emas.
Alhasil, permintaan emas menguat, dan ikut mengerek naik harganya. Penjelasan lengkap tentang hubungan harga emas dan yield obligasi pemerintah bisa dibaca di artikel berikut.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Amblas ke Bawah US$1.800 Gara-Gara The Fed
Masih belum pulihnya harga emas hari ini masih disebabkan oleh kekhawatiran investor akan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang berencana menaikkan suku bunga acuan dalam dua tahun mendatang. Rencana itu disampaikan oleh otoritas moneter tersebut setelah menghelat rapat bulanan pada Rabu (16/6).
Dalam rapat itu, otoritas moneter itu mengatakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 0%. Namun, pejabat bank sentral AS tersebut mengatakan bahwa suku bunga acuan akan naik paling cepat 2023 mendatang. Bahkan, kenaikan itu diprediksi akan sebanyak dua kali.
Dengan demikian, The Fed mengkoreksi janjinya yang terlontar pada Maret lalu. Pada saat itu, bank sentral AS berjanji tidak akan menaikkan suku bunga acuan setidaknya hingga 2024 mendatang.
Alhasil, investor mulai menjauhi emas dan memutuskan menggenggam instrumen yang mampu mendulang cuan saat rezim suku bunga acuan meningkat. Salah satunya adalah obligasi pemerintah AS.
Redupnya kilau sang logam mulia juga disebabkan oleh pernyataan Presiden The Fed St. Loius, James Bullard, yang mengatakan bahwa laju tingkat inflasi ternyata lebih kencang dari perkiraan. Sehingga, The Fed perlu mengantisipasinya dengan pengetatan kebijakan moneter.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Anjlok Setelah Pengumuman Suku Bunga The Fed
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini