Dulu, harga crypto, utamanya Bitcoin (BTC), dikenal independen dari harga aset lainnya. Namun belakangan, kondisi itu berubah. Harga aset digital tersebut justru dianggap berkorelasi dengan aset berisiko lain, utamanya saham. Apa penyebabnya? Simak di sini!
Ketika aset kripto pertama, yakni Bitcoin, diperkenalkan pada 2009, banyak pihak beranggapan bahwa nilainya independen. Harganya tak bisa diintervensi oleh pihak lain dan murni ditentukan oleh penawaran dan permintaannya di jaringan blockchain. Sehingga, pergerakan harganya tidak berkorelasi dengan kelas aset lain dan tidak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi.
Karakteristik harga crypto seperti ini sempat membuat pelaku pasar menjadikannya sebagai aset safe haven. Dengan kata lain, aset yang bisa diandalkan ketika situasi ekonomi dan pasar finansial sedang amburadul. Bahkan, ciri khas ini sempat membuat Bitcoin mendapat julukan "emas digital" karena minimnya hubungan dengan performa kelas aset lain.
Hanya saja, kondisinya pun berubah seiring waktu. Rupanya, pergerakan harga crypto lambat laun terkoneksi dengan kinerja aset lain, utamanya saham AS.
Baca Juga: Sobat Cuan, Ini Lho Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Cryptocurrency!
Beberapa tahun sejak kemunculan Bitcoin, sepertinya hampir tidak ada korelasi antara Bitcoin dan indeks saham AS. Sebagai contoh, ketika harga crypto, utamanya Bitcoin, melesat pada 2013 dan awal 2014, performa indeks S&P 500 tidak terpengaruh. Kemudian, harga Bitcoin juga tidak anjlok ketika kinerja indeks saham AS tenggelam pada akhir 2016.
Namun, hal itu berubah memasuki 2018. Pergerakan harga crypto tampak mengikuti indeks saham AS. Bahkan, pada Desember 2018, harga Bitcoin dan indeks Nasdaq sempat menyentuh level terendahnya secara bersamaan. Kala itu, harga Bitcoin menembus titik terendahnya dalam setahun di US$3.689 sementara indeks Nasdaq terjun ke 6.192 poin.
Korelasi antara keduanya pun semakin kuat pada tahun 2022. Pada Maret 2022, Coindesk sempat melaporkan bahwa korelasi antara harga Bitcoin dan indeks S&P 500 menyentuh titik tertingginya sejak Oktober 2022. Adapun korelasi di antara keduanya saat itu memiliki koefisien 0,49, yang menandakan bahwa korelasi akan semakin kuat jika skor tersebut mengarah ke level 1.
Kemudian, hubungan itu rupanya semakin menguat memasuki Agustus 2022. Berdasarkan grafik yang dihimpun dari 21 Shares/ETF Stream berikut, skor korelasi Bitcoin dengan indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq kompak menembus koefisien 0,5.
Berdasarkan data-data tersebut, bisa disimpulkan bahwa hubungan antar harga crypto, khususnya harga Bitcoin, semakin kuat. Jika performa indeks saham AS sedang melempem, maka ada kemungkinan performa harga Bitcoin akan ikut tiarap.
Tapi pertanyaannya, mengapa tiba-tiba harga Bitcoin bisa berpengaruh dengah indeks saham AS
Baca Juga: Aturan Pajak Cryptocurrency Bisa Bikin BTC & ETH Makin Anjlok? Simak di Sini!
Sejatinya, para pakar finansial sendiri masih memperdebatkan korelasi antara harga Bitcoin dan indeks Saham AS. Sebagian mengatakan bahwa kedua kelas aset tersebut memiliki faktor harganya tersendiri. Sementara sebagian lainnya mengatakan keduanya memiliki profil risiko serupa, yakni bagian dari kelas aset berisiko.
Kendati demikian, terdapat beberapa dugaan yang bisa menjelaskan alasan di balik keterkaitan harga crypto dengan saham AS. Seluruh faktor berikut berkaitan dengan meningkatnya popularitas aset kripto sebagai instrumen investasi.
Kondisi pasar kripto saat ini tentu berbeda dengan satu dekade lalu. Saat ini, pasar kripto dijejali dengan investor institusi yang gerak-geriknya sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar dan kondisi makroekonomi.
Bagi investor institusi, aset kripto tadinya dianggap sebagai aset pelindung nilai dari inflasi sebagai alternatif emas. Namun, lambat laun, aset kripto kemudian dikategorikan sebagai aset berisiko lantaran fluktuasi nilainya yang tinggi. Akhirnya, status aset kripto pun kemudian setara dengan aset berisiko lain, yakni saham.
Hanya saja, investor institusi pun kemudian mengatur portofolio kedua kelas aset dengan cara yang sama. Sebagai contoh, jika investor institusi melihat prospek ekonomi tidak baik, maka ia akan memilih mengurangi eksposur di pasar aset berisiko dan memfokuskan alokasi dananya di aset yang cenderung lebih "aman".
Terlebih, dana investor institusi di pasar kripto terbilang jumbo. Sehingga, faktor ini bisa jadi salah satu penyebab mengapa harga crypto dan performa saham AS punya hubungan tersendiri.
Teori lain yang menjelaskan korelasi harga crypto dengan performa indeks saham AS adalah adopsi investor ritel.
Investasi kripto mulai menjamah segmen ritel dengan kencang pada akhir 2020 yang didukung oleh kenaikan harga crypto secara gila-gilaan. Banyaknya platform penyedia trading kripto juga ikut menopang jumlah investor ritel aset digital satu ini.
Sayangnya, tak semua investor baru tersebut memahami teknologi dasar dan karakteristik aset kripto yang mereka miliki. Akibatnya, mereka pun memperlakukan aset kripto sebagai aset spekulatif semata dengan risiko tinggi. Akhirnya, para investor ritel baru ini kerap berkaca pada kinerja saham AS untuk melihat selera risiko investor secara umum.
Sebagai contoh, jika indeks saham AS melemah, maka investor ritel menangkap hal itu sebagai sinyal bahwa selera risiko pelaku pasar secara umum sedang pudar. Akibatnya, permintaan di pasar kripto pun ikut melemah.
Sejatinya, ada manfaat dan mudharat tersendiri ketika menyoal hubungan harga aset kripto dengan kinerja saham AS.
Di satu sisi, meningkatnya korelasi antara keduanya bisa membuat tren harga aset kripto lebih terprediksi. Dengan kata lain, tren yang terjadi di indeks saham AS bisa saja terjadi di pasar kripto. Hal ini bisa menjadi keuntungan bagi investor mengingat harga kripto sebelumnya susah diprediksi.
Kendati demikian, di sisi lain, meningkatnya korelasi antara harga crypto dan kinerja saham AS membuat aset kripto susah digunakan sebagai aset diversifikasi. Implikasinya, investor perlu mencari aset lain dengan performa stabil yang sedianya bisa menjadi "bantalan" ketika kinerja saham AS dan aset kripto sedang tiarap.
Baca Juga: Simak Langkah Diversifikasi Cryptocurrency bagi Pemula di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Bybit, investing.com, ETFStream
Bagikan artikel ini