Sobat cuan yang menggandrungi investasi emas tentu mengetahui satu musuh bebuyutan yang selalu meredupkan harga logam mulia sejak Februari lalu. Ya, apalagi kalau bukan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Duel antara tingkat obligasi dan emas telah terjadi secara sengit dalam beberapa bulan ini. Jika imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun sedang menukik, maka nantinya imbal hasil emas menyusut. Begitu pun sebaliknya.
Tapi, apakah Sobat Cuan penasaran, mengenai benar-tidaknya kausalitas antara tingkat imbal hasil obligasi dan harga emas? Kenapa yield obligasi pemerintah AS selalu menjadi momok bagi harga emas?
Namun, sebelum ke arah sana, akan lebih baik jika kamu mengenal lebih dalam tentang tingkat imbal hasil obligasi pemerintah.
Tingkat imbal hasil, atau biasa disebut yield, secara sederhananya adalah istilah bagi cuan yang kamu dapat dari berinvestasi di obligasi. Baik obligasi yang diterbitkan pemerintah maupun korporasi.
Yield biasanya berbentuk tingkat persentase dan selalu berbanding terbalik dengan harga dasar obligasi itu sendiri. Artinya, jika sebuah obligasi pemerintah memiliki yield yang tinggi, maka instrumen tersebut tengah dibanderol di harga murah. Begitu pun sebaliknya.
Kemudian, Sobat Cuan perlu memahami bahwa imbal hasil adalah cerminan risiko. Artinya, yield obligasi akan meningkat jika “risiko” investasi obligasi sedang meningkat. Dalam hal ini, risiko utama dari obligasi adalah kemampuan sang penerbit obligasi untuk melunasi surat utang tersebut.
Selain itu, yield juga akan meningkat mengikuti pergerakan suku bunga acuan bank sentral. Kalau otoritas moneter sedang melakukan kebijakan moneter ketat dengan menaikkan suku bunga acuan, maka yield obligasi pemerintah juga akan terkerek naik. Nah, oleh sebab itu, tak heran jika banyak investor menjadikan obligasi pemerintah sebagai safe haven kala ekonomi amburadul atau suku bunga sedang tinggi.
Namun, posisi obligasi pemerintah sebagai safe haven pun ditantang oleh rival yang sepadan, yakni emas.
Sejak dulu, masyarakat mengenal emas sebagai aset safe haven yang hakiki karena bisa melindungi nilai kekayaan seseorang dari gerusan inflasi. Dengan kata lain, nilai kekayaan yang Sobat Cuan percayakan di emas saat ini akan tetap sama 1.000 tahun lagi.
Karena keduanya adalah sama-sama aset safe haven, maka tak heran jika keduanya sering menjadi objek “pertumpahan darah” para investor.
Setiap investor tentu menginginkan kenaikan cuan yang mumpuni, makanya mereka akan berbondong-bondong menggenggam obligasi pemerintah jika yield-nya sedang naik. Akibatnya, investor akan melepas emas yang digenggamnya. Sebab bagi mereka, lebih baik menggenggam obligasi dibanding emas, sebuah instrumen yang tidak memberikan imbal hasil secara periodik. Ujung-ujungnya, aksi tersebut bikin permintaan emas lunglai, dan bikin harganya tak berdaya.
Hanya saja, investor bisa saja kembali berpaling berburu emas jika yield obligasi pemerintah terus melorot. Lho, apa alasannya? Jawabannya simpel, Sobat Cuan. Yield yang melandai bikin kesempatan berburu cuan di obligasi pemerintah juga kian susut. Aksi borong emas investor tersebut nantinya akan mengerek kembali harga emas.
Nah, jadi secara teori bisa disimpulkan bahwa memang ada korelasi negatif antara yield obligasi pemerintah dan harga emas. Namun, jika melihat secara data historis, apakah memang harga emas akan selalu menyerah ketika yield obligasi pemerintah sedang terbang?
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Tersungkur Setelah Obligasi AS Rekor dalam Setahun
Untuk memperdalam teori kausalitas negatif ini, perusahaan jasa konsultasi emas dan logam mulia asal AS, Sunshine Profits, pernah melihat hubungan antara yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun dengan harga emas.
Perusahaan tersebut menghimpun data tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga emas sejak 1968 hingga 2020. Kemudian, hasil observasi tersebut mereka tuangkan ke grafik di bawah ini. Garis kuning menunjukkan harga emas, sementara garis merah menunjukkan inversi dari yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun.
Seperti yang dilihat di atas, memang lesunya yield tidak selalu berdampak pada kenaikan harga emas secara signifikan. Seperti yang terlihat pada dekade 1980an, di mana penurunan yield tidak diikuti oleh kenaikan harga logam mulia. Sehingga, apakah teori hubungan negatif yield dan emas tidak benar adanya? Belum tentu.
Hasil dari grafik di atas tidak menunjukkan hasil yang diinginkan lantaran angka yield yang digunakan tidak disesuaikan dahulu dengan tingkat inflasi. Nah, jika faktor inflasi dikeluarkan dari seluruh indikator tersebut, bisa terlihat bahwa memang ada hubungan negatif antara harga emas dan yield obligasi pemerintah AS. Seperti terlihat dari grafik di bawah ini.
Karena keduanya memiliki hubungan negatif, maka ada anggapan yang mengatakan bahwa seorang investor tidak bisa menempatkan dananya di obligasi pemerintah dan emas sekaligus. Mengapa begitu?
Pertama, tentu cuan yang didapat sang investor tidak akan maksimal. Gampangnya begini, percuma saja kamu mendapatkan cuan dari obligasi pemerintah, tapi ternyata malah buntung di investasi emas. Atau pun sebaliknya.
Kedua, investor harus paham bahwa memilih emas dan obligasi adalah seni memilih opportunity cost. Misalnya, ketika investor menggenggam emas di saat yield obligasi sedang tinggi, artinya mereka harus membayar opportunity cost berupa kesempatan mendapatkan cuan dari obligasi pemerintah.
Namun, sampai kapan sang investor mau menoleransi opportunity cost tersebut? Nah, inilah seni utama dari memilih antara investasi emas atau obligasi pemerintah.
Namun, Sobat Cuan nampaknya tak perlu khawatir akan ancaman yield obligasi pemerintah AS terhadap harga emas — setidaknya dalam jangka pendek. Sebab, banyak analis memprediksi harga emas masih akan tetap moncer, bahkan bisa menembus US$1.900 per ons, asal bank sentral AS The Fed tidak “berulah” dengan mengubah kebijakan suku bunga acuannya.
Untungnya, sejauh ini, otoritas moneter AS tersebut masih berjanji untuk tidak mengerek suku bunga acuan selama ekonomi belum benar-benar pulih dan tingkat inflasi belum menyentuh 2%. Bahkan kini, harga emas sudah beranjak kembali ke level US$1.800 setelah redup di kisaran US$1.700 selama tiga bulan terakhir.
Setelah membaca prediksi di atas, apakah Sobat Cuan juga tertarik berinvestasi emas? Yuk, segera investasi di Pluang! Kamu bisa mendapatkan emas digital dengan spread transaksi rendah hanya 1,75% saja!
Baca juga: Setelah Dihajar Dolar, Harga Emas Hari Ini Keok Dihantam Obligasi AS
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Sunshine Profits, Entrepreneur
Bagikan artikel ini