Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Trade Deficit
shareIcon

Trade Deficit

1951  dilihat·Waktu baca: 3 menit
shareIcon
Trade Deficit

Trade deficit, atau defisit neraca perdagangan, adalah sebuah kondisi di mana nilai impor suatu negara melebihi ekspornya selama periode waktu tertentu. Kondisi ini disebut juga sebagai neraca perdagangan negatif.

Neraca tersebut dapat dihitung pada berbagai kategori transaksi, misalnya barang dan jasa. Neraca juga dihitung untuk transaksi internasional seperti akun giro, akun modal, dan akun keuangan.

Trade deficit bisa terjadi dalam jangka waktu lebih pendek atau lebih panjang. Namun, dampak defisit perdagangan terhadap kondisi perekonomian berbeda-beda, tergantung pada dampaknya ke produksi, pekerjaan, keamanan nasional, dan bagaimana defisit tersebut ditambal.

Baca juga: Apa Itu Budget Deficit?

Trade Deficit adalah Indikator Ekonomi Penting di Semua Negara

Trade deficit terjadi ketika terdapat jumlah bersih negatif atau saldo negatif dalam akun transaksi internasional. Neraca pembayaran (rekening transaksi internasional) mencatat semua transaksi ekonomi antara penduduk dan non-penduduk, di mana terjadi perubahan kepemilikan.

Neraca perdagangan merupakan satu dari empat komponen pembentuk neraca transaksi berjalan (current account), bersama dengan neraca jasa, neraca pendapatan primer, dan neraca pendapatan sekunder. Sehingga, jika neraca perdagangan mengalami defisit, maka seluruh hasil neraca transaksi berjalan juga akan defisit (current account deficit).

Selama ini, Presiden Joko Widodo selalu menginginkan neraca transaksi berjalan Indonesia bisa ke arah positif. Makanya, ia selalu menekankan bahwa Indonesia tidak boleh tekor dalam mengimpor dan harus bisa menekan angka impornya. Sehingga, Indonesia tidak perlu mengalami defisit neraca perdagangan, yang berimbas ke defisit transaksi berjalan.

Lalu, kenapa defisit transaksi berjalan sangat penting bagi ekonomi?

Defisit transaksi berjalan, bersama dengan neraca modal dan finansial, merupakan komponen dari neraca pembayaran. Setiap transaksi yang dicatat ke dalamnya akan menghasilkan devisa, atau “tabungan”, bagi negara, sehingga nilainya harus positif.

Cadangan devisa berguna untuk menstabilkan kondisi makroekonomi dan tekanan nilai tukar. Sebab, bank sentral selalu menggunakannya untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran dolar AS di pasaran. Dengan demikian, jika trade deficit terjadi, maka hal itu bisa menekan cadangan devisa, dan menekan nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain.

Perlu diingat juga, bahwa defisit atau surplusnya neraca perdagangan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di dalam pengukuran Produk Domestik Bruto (PDB), biro statistik semua negara akan memasukkan konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor netto (ekspor dikurang impor) ke dalamnya.

Sebagai contoh, neraca perdagangan Indonesia pada 2020 lalu mencatat surplus US$21,74 miliar mampu menahan anjloknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 2,19% di periode yang sama.

Baca juga: Mudah dan Efisien Siapkan Anggaran Bulanan dengan 3 Cara Ini!

Keuntungan dan Kerugian Trade Deficit

Dalam jangka pendek, trade deficit adalah solusi bagi negara untuk menghindari kekurangan barang dan masalah ekonomi lainnya. Di beberapa negara, hal ini membaik seiring waktu. Trade deficit menciptakan tekanan ke bawah pada mata uang suatu negara di bawah rezim nilai tukar mengambang.

Namun, hal ini bukan berarti buruk. Sebab, dengan mata uang yang lebih rendah, maka negara tersebut kemudian bisa mengekspor barang dan jasanya ke pasar luar negeri dengan harga relatif lebih murah dibanding negara-negara lainnya.

Selain itu, trade deficit juga bukan berarti bahwa suatu negara mengalami ketergantungan impor. Hal itu pun tergantung dengan jenis barang-barang yang diimpor suatu negara tersebut.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mengkategorikan jenis impor ke dalam tiga jenis, yakni impor barang modal, impor barang konsumsi, dan impor bahan baku atau penolong.

Jika porsi impor barang modal atau bahan baku cukup besar di dalam total impor, maka bisa diartikan bahwa ekonomi negara tersebut cukup produktif. Sebab, barang modal dan bahan baku tersebut akan diolah negara tersebut, untuk kemudian diekspor lagi ke negara lain-lainnya dalam bentuk produk bernilai tambah.

Sementara itu, jika porsi barang konsumsi mendominasi total nilai impor suatu negara, maka artinya negara tersebut memiliki ketergantungan impor. Sehingga, mereka perlu mereformasi sektor ekonomi riilnya agar bisa melakukan substitusi impor.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Investopedia, Badan Pusat Statistik, Detik Finance

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Dewi Kharisma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Laba/Rugi Tidak Terealisasi

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1