Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Risiko Pasar
shareIcon

Risiko Pasar

0  dilihat·Waktu baca: 5 menit
shareIcon
Risiko Pasar

Risiko Pasar atau adalah risiko yang tak bisa dihindari investor. Apa alasannya? Yuk, simak di sini!

Apa Itu Risiko Pasar?

Risiko pasar adalah risiko di mana seseorang atau entitas bisa mengalami kerugian akibat perubahan kinerja investasinya di pasar finansial. Secara lebih spesifik, risiko ini juga merujuk pada naik-turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) akibat fluktuasi harga aset, seperti saham atau obligasi, yang disebabkan oleh ragam sentimen.

Fluktuasi performa instrumen investasi ini biasanya terjadi dalam jangka pendek. Contohnya adalah volatilitas di pasar saham yang tercermin pada kinerja indeks saham.

Pada umumnya, risiko pasar ini sering disebut sebagai risiko sistematis, yakni risiko yang tidak dapat dihindari. Selain itu, risiko ini memiliki skala besar sehingga dialami oleh siapapun yang berkecimpung di pasar modal.

Adapun sumber risiko pasar antara lain berasal dari resesi ekonomi, gejolak politik, perubahan suku bunga acuan, bencana alam, hingga serangan teroris.

Baca Juga: Risiko Likuiditas

Jenis-Jenis Sumber Risiko Pasar

Risiko pasar tentu tidak terjadi secara tiba-tiba. Terdapat beberapa faktor yang sejatinya dapat memicu naik-turunnya performa investasi di pasar finansial seperti berikut:

1. Fluktuasi Harga Saham

Fluktuasi harga saham adalah hal yang umum terjadi. Namun, risiko harga saham tetap perlu diwaspadai.

Ketika terjadi kondisi tertentu, pergerakan harga saham ini dapat berdampak signifikan terhadap nilai aset dan dapat menyebabkan kerugian finansial.

2. Perubahan Suku Bunga

Perubahan suku bunga acuan dapat mempengaruhi performa instrumen investasi. Pasalnya, selain mempengaruhi selera risiko investor, hal itu juga mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar investasi.

Sebagai contoh, kenaikan suku bunga akan meningkatkan imbal hasil deposito atau surat utang pemerintah. Sebagai dampaknya, investor pun tentu akan melepas kepemilikannya di instrumen berisiko dan hijrah mengoleksi instrumen-instrumen "aman" tersebut.

Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat investor tentu akan memilih berinvestasi di instrumen yang cenderung "aman" yang imbal hasilnya terlihat "pasti-pasti saja" daripada berkutat di pasar berisiko dengan nasib imbal hasil yang bersifat "tidak pasti".

3. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing

Perubahan nilai tukar mata uang juga dapat menimbulkan risiko yang signifikan. Terutama jika investor berinvestasi di aset-aset yang diukur dengan mata uang lain.

Sebagai contoh, anggap saja Sobat Cuan berinvestasi di saham AS yang dibeli dengan mata uang Dolar AS. Dalam setahun, tingkat return yang kamu dapat katakanlah senilai 5%. Hanya saja, di kurun yang sama, nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah melemah 10%. Artinya, nilai return tersebut akan bernilai lebih kecil jika dikonversi kembali ke mata uang Rupiah.

Baca juga: Bagaimana Mata Uang Mempengaruhi Investasi Internasional?

4. Risiko Fluktuasi Harga Komoditas

Pergerakan harga komoditas yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan kerugian finansial dan penurunan nilai aset. Oleh karena itu, risiko fluktuasi harga komoditas menjadi perhatian khusus bagi investor yang menanamkan modal di perusahaan yang terkait dengan sektor tersebut.

Apakah Risiko Pasar dapat Dihindari dalam Investasi?

Sejatinya, investor tidak bisa mengelak dari risiko pasar ketika berinvestasi. Hal ini mengingat kinerja setiap instrumen tentu tak selamanya berjalan mulus.

Terlebih, dunia investasi pun memiliki istilah high risk high return. Artinya, semakin tinggi risiko yang diambil investor, maka peluang imbal hasilnya pun semakin tinggi. Dengan demikian, investor jangan berharap ketiban cuan jumbo jika tidak mau mengambil risiko.

Meski tak dapat dihindari, risiko sistematis sebenarnya bisa dimitigasi. Pada umumnya, investor melakukan diversifikasi aset sebagai upaya paling mudah untuk meminimalisasi dampak atas risiko yang terjadi di satu kelas aset tertentu.

Di samping itu, investor juga biasanya melakukan upaya lindung nilai (hedging) yakni dengan membagi portofolionya ke kelas aset lain yang punya performa sangat baik. Nah, upaya-upaya memitigasi risiko ini biasanya dipelajari dalam cabang ilmu bernama manajemen risiko.

Baca juga: Strategi Memilih Investasi Yang Baik? Kaum Milenial Wajib Tau!

Bagaimana Strategi Mengelola Risiko Pasar?

1. Pahami Profil Mata Uang

Jika Sobat Cuan berinvestasi di pasar luar negeri, maka perhatikan profil mata uang di destinasi investasimu.

Dalam hal ini, kamu harus memeriksa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang tersebut. Selain, itu cek juga sektor-sektor apa saja yang kinerjanya sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar itu.

2. Perhatikan Suku Bunga

Langkah lain yang bisa Sobat Cuan lakukan adalah menyesuaikan portofoliomu tergantung dengan perubahan suku bunga.

Sebagai contoh, ketika suku bunga naik, Sobat Cuan mungkin bisa memperbesar portofolio di saham keuangan lantaran sektor tersebut akan menikmati kenaikan pendapatan bunga. Namun, di saat yang sama, kamu juga bisa menghindari perusahaan-perusahaan dengan rasio utang tinggi lantaran mereka tentu akan membayar beban bunga yang kian berkembang di rezim suku bunga tinggi.

3. Berinvestasi di Aset dengan Likuiditas Tinggi

Ketika pasar tidak stabil, kamu mungkin akan memutuskan untuk memutus rantai kerugian dan keluar pasar dengan cepat. Sayangnya, aksi tersebut kemungkinan gagal besar jika kamu mengoleksi instrumen aset yang tidak likuid. Dengan kata lain, kamu bakal kesusahan dalam menjual aset-aset tersebut lantaran permintaannya terbilang minim.

Sehingga, untuk memitigasinya, kamu bisa berinvestasi pada aset-aset yang terbilang likuid. Contohnya adalah saham-saham blue chip yang memiliki permintaan dan penawaran cukup stabil.

4. Alokasikan Portofolio Pada Sektor Kebutuhan Pokok

Terdapat beberapa industri yang kinerja sahamnya tetap stabil meski kondisi ekonomi terlihat mendung. Biasanya, sektor-sektor yang tahan banting tersebut adalah sektor produsen kebutuhan pokok masyarakat dan utilitas.

Situasi ini cukup masuk akal mengingat masyarakat tentu akan membutuhkan barang-barang pokok serta listrik dan air bersih apapun kondisi ekonominya.

Berangkat dari situ, Sobat Cuan juga bisa mengalokasikan sebagian investasi ke saham-saham sektor tersebut agar portofoliomu tetap tahan banting meski situasi ekonomi tak mendukung.

5. Berpikir dalam Jangka Panjang

Setiap investor tidak mungkin bisa mengelak dari risiko pasar. Namun, Sobat Cuan tetap dapat mengelola risiko dengan baik jika kamu memilih berinvestasi dalam jangka panjang.

Bagi investor jangka panjang, volatilitas atau gejolak pasar yang terjadi saat ini dianggap sebagai "riak-riak" kecil yang akan reda suatu saat nanti. Nah, dengan mengambil pola pikir tersebut, kamu pun bakal bersikap tenang dalam menghadapi segala risiko pasar yang terjadi.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Kumparan, Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Correlation Coefficient

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1