Sobat Cuan investor pemula mungkin ingin berinvestasi yang mudah, minim risiko, dan bisa dilakukan dengan rebahan. Kemudian, pilhanmu kemudian jatuh antara deposito dan deposito.
Nah, di sinilah mungkin kamu pusing. Pilih deposito? Atau reksadana?
Tenang, jangan pusing dulu, Sobat Cuan. Artikel ini akan membantu kamu dalam memilih di antara dua produk investasi tersebut?
Sebelum jauh membahas tentang instrumen mana yang lebih cuan, kamu bisa membaca terlebih dulu ya apa itu reksadana dan deposito.
Ya, keduanya adalah instrumen investasi yang sama-sama memberi margin keuntungan, kok. Bedanya, keduanya memiliki instrumen keuntungan yang berbeda.
Mengapa begitu? Sebab, baik deposito maupun reksadana memiliki skema investasi yang berbeda, bahkan disediakan oleh entitas lembaga yang berbeda. Kamu bisa membeli reksadana di sekuritas, sementara untuk membeli deposito kamu harus ke bank.
Keuntungan pada reksadana sangat bergantung pada kinerja pasar instrumen investasi di mana dana kamu dikelola. Reksadana saham, misalnya, akan memiliki kinerja yang mirip dengan kinerja emiten pasar modal dimana dana ditempatkan.
Tak hanya saham, reksadana juga memiliki opsi penempatan dana pada instrumen lain seperti surat utang negara, obligasi, bahkan efek. Ada juga reksadana yang menawarkan penempatan dana pada beberapa instrumen sekaligus untuk meminimalisir resiko.
Pada jangka panjang, reksadana rata-rata memberikan cuan sebanyak 10-15% per tahun. Namun, angka ini sangat tergantung pada berbagai hal seperti kepiawaian manajer investasi mengelola dana, kinerja pasar, diversifikasi instrumen, sampai metode yang kamu pilih untuk membentuk kapital.
Sementara itu, deposito mematok cuan berdasarkan margin yang disepakati di awal. Besarnya margin tergantung pada berbagai faktor, misalnya suku bunga acuan Bank Indonesia, rasio dana di bank, kebijakan bank, dan kesepakatan lainnya.
Namun kelebihannya, saat mendepositokan dana kamu tidak harus menempatkannya untuk jangka panjang saja. Kamu bisa memilih deposito dengan tenor mulai dari sebulan sampai dengan dua tahun.
Baca juga: Strategi Investasi Reksadana DCA vs Lump Sum: Mana yang Paling Oke?
Deposito jelas lebih aman ketimbang reksadana mengingat produk ini dibuat oleh perbankan. Yakni, institusi yang memang dibuat dengan tata cara dan tata kelola sesuai standar yang dibebankan oleh otoritas jasa keuangan.
Apalagi, deposito menetapkan besaran keuntungan di awal. Sehingga, apapun yang terjadi selama tenor berlangsung, kamu akan tetap mendapat cuan yang dijanjikan.
Meski begitu, reks dana pun memiliki resiko yang relatif minim ketimbang jika kamu berinvestasi langsung di pasar. Dari berbagai jenis reksadana, reksa dana saham adalah yang paling berisiko mengingat tingginya fluktuasi harga di pasar modal.
Tujuan utama berinvestasi pada instrumen yang aman seperti ini adalah untuk mencegah nilai uangmu tergerus inflasi. Lantas, diantara deposito atau reksadana, mana yang lebih efektif untuk melawan inflasi?
Jawabannya adalah tergantung pada situasinya. Deposito memiliki margin yang disepakati sejak awal, sehingga apapun yang terjadi angka keuntunganmu akan tetap kamu dapat sesuai kesepakatan.
Namun biasanya bunga deposito sangatlah konservatif. Bank pelat merah saat ini saja hanya menawarkan bunga 3-4% pertahun. Sementara inflasi tahunan terkadang melonjak tajam hingga mencapai 7% pertahun.
Di saat seperti itu, deposito mungkin kurang efektif untuk dijadikan pilihan berinvestasi. Lain halnya jika inflasi terkendali dan pasar sedang tidak bisa diandalkan seperti saat ini.
Di sisi lain, reksadana menawarkan volatilitas yang lebih tinggi namun juga imbal hasil yang lebih baik ketimbang deposito.
Saat inflasi tinggi, biasanya perekonomian sedang baik. Pasar tengah bergairah. Berinvestasi di reksadana seharusnya merupakan pilihan yang tepat yang akan memberimu imbal hasil investasi lebih besar dari nilai yang tergerus inflasi.
Baca juga: Ini Alasan HODL & Menabung Kripto Adalah Strategi Jitu Saat Pasar Bearish!
Jawabannya adalah reksadana. Kamu harus membayar beberapa biaya seperti fee dan admin bulanan untuk membiayai manajer investasi yang telah mengelola danamu. Apalagi, kalau kamu memilih metode dollar cost averaging saat menghimpun kapital.
Berbeda dengan reksadana, deposito bebas biaya admin. Kamu mungkin akan mengeluarkan beberapa ribu rupiah di awal untuk membeli materai, tapi selebihnya investasimu tidak dipungut biaya apapun lagi selain pajak.
Keduanya memiliki ketentuan batas waktu. Pada reksadana, biasanya kamu akan dikenakan charges senilai 1% dari NAB. Hal ini berlaku apabila kamu mencairkan lebih cepat dari waktu minimun yang ditentukan.
Namun, penarikan setelah waktu yang ditentukan itu gratis. Hal ini tentu memberikan kamu keleluasaan asal dana yang diinvestasikan di reksadana bukanlah dana jangka pendek.
Pada deposito, kamu diberi kebebasan dj awal untuk memilih tenor investasi sesuai kebutuhan kamu. Jika setelah deposito dibuat kamu menarik dana terlebih dahulu ketimbang tenornya kamu akan dikenakan penalty.
Baca juga: Ini Jenis Uang yang Tak Boleh Digunakan Demi Trading Kripto!
Deposito merupakan objek pajak penghasilan (PPh) jika nilainya di atas Rp7,5 juta. Di bawah itu, deposito kamu bebas pajak.
PPh yang dikenakan pada deposito adalah sebesar 20% dari total margin yang kamu peroleh dan dipotong langsung saat kamu terima.
Berbeda dengan deposito, reksadana bukanlah objek pajak. Namun kamu tetap harus melaporkan kepemilikan reksadanamu saat akan melapor SPT.
Adapun yang dilaporkan hanya keuntungan dari transaksi penjualan yang dikategorikan sebagai lenghasilan lainnya yang tidak termasuk objek pajak. Jika ternyata nilai NAB kamu susut, maka kamu tidak perlu melaporkannya.
Mengapa bisa begitu? Sebab, reksadana dalah dana himpunan dari masyaraka yang dikelola oleh manajer investasi. Pada pengelolaannya berbagai transaksi sudah dikenai PPh terlebih dulu, seperti PPh obligasi, saham, surat utang negara dan sebagainya.
Besaran pajak yang dikenakan saat pengelolaan dana sudah dimasukkan ke dalam NAB, sehingga NAB yang kamu pegang sudah bebas pajak. Keunggulan lainnya adalah, jika pajak yang dikenakan pada deposito mencapai 20%, pengelola reksadana sering memperoleh diskon sehingga rata-rata pajak dikenakan hanya 5-15% saja.
Jadi, bagaimana Sobat Cuan? Pilih reksadana atau deposito? Kalau pilih reksadana, mending investasi saja di Pluang! Di aplikasi Pluang, kamu bisa investasi reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang mulai dari Rp15.000 saja!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Kontan, Bareksa, Karvyonline, coverfox
Bagikan artikel ini