Halo, Sobat Cuan! Kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar kripto hari ini terlihat sendu karena rentetan sentimen negatif. Seperti apa lengkapnya? Yuk, simak Rangkuman Pasar Senin (7/3) berikut!
IHSG undur diri dari sesi perdagangan Senin (7/3) dengan bertengger di level 6.869,06 alias susut 0,86% dibanding penutupan Jumat (4/3). Nilai sang indeks domestik memang terlihat berjibaku sepanjang hari akibat ditekan sentimen negatif bejibun sejak pagi.
Sentimen pertama datang dari derasnya aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat IHSG naik panggung pada Jumat lalu.
Kemudian, sentimen kedua datang dari perkembangan tensi geopolitik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai.
Memang, hingga saat ini, negara lain masih belum terseret pusaran serang-serangan militer antara Rusia dan Ukraina. Namun, pelaku pasar ternyata tidak begitu khawatir dengan hal tersebut. Mereka justru ketar-ketir dengan dampak inflasi dahsyat yang timbul dari peristiwa tersebut.
Sekadar informasi, krisis keamanan di Eropa timur telah mendisrupsi rantai pasok dan mengikis suplai komoditas energi. Akibatnya, kini harga-harga komoditas pangan dan energi mulai merangkak naik.
Nah, melihat kondisi tersebut, pelaku pasar yakin bahwa inflasi ke depan tak terbendung jika ketegangan antara kedua negara tersebut tak mereda.
Sementara itu, kehadiran inflasi tentu akan menambah ongkos produksi perusahaan manufaktur dan mengikis pendapatan yang bakal mereka terima ke depan. Akibatnya, pelaku pasar pun memilih jaga jarak dengan pasar modal pada hari ini.
Sikap ini sejatinya tak hanya ditujukan di pasar domestik. Pasalnya, performa indeks di kawasan Asia pun kompak memerah pada hari ini. Tengok saja kinerja indeks Shanghai Composite Index, Nikkei225, Kospi Korea Selatan, dan indeks Hong Kong yang kompak melorot 1% hingga 2%.
Baca juga: Pluang Insight: Menilik Berkah dan Musibah dari Tensi Rusia-Ukraina
Kondisi pasar domestik yang diwarnai sentimen negatif pun mendorong investor asing melakukan aksi jual. Hal tersebut tercermin dari nilai jual bersih asing (net foreign sell) yang mencapai Rp262,81 miliar di pasar reguler.
Mereka terlihat paling banyak melego saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak Rp503,5 miliar, yang kemudian sukses menyeret turun harga sahamnya 2,53% pada hari ini.
Tak ketinggalan, mereka juga melepas saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak Rp245,5 miliar. Imbasnya, nilai saham BBRI amblas 3,21% di waktu yang sama.
Kondisi paling tragis sejatinya dialami oleh saham-saham konsumer. Maklum, mereka diramal bakal mendulang penerimaan melempem akibat meroketnya harga bahan baku produksi, yang merupakan imbas dari konflik Rusia dan Ukraina.
Tengok saja nilai saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang masing-masing terjun 5,43% dan 5,76% pada hari ini. Kemudian, nilai saham konsumer big cap seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga masing-masing amblas 2,56% dan 4,66% di waktu yang sama.
Kondisi "sebelas-dua belas" juga terjadi di pasar kripto. Melansir Coinmarketcap pukul 16.51 WIB, sembilan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat masih mendekam di zona merah.
Nilai Bitcoin (BTC) bertengger di US$38.227,54 per keping alias luluh 1,79% dalam sehari terakhir. Kemudian, nilai Ether (ETH) pun mengekor dengan merosot 3,45% ke US$2.536,04 per keping di waktu yang sama.
Altcoin lainnya pun terlihat tak berdaya. Nilai Terra (LUNA), Cardano (ADA), dan Solana (SOL) masing-masing terjungkal 3,89%, 3,8%, dan 5,61% dalam 24 jam terakhir. Kemudian, nilai Avalanche (AVAX) dan Polkadot (DOT) masing-masing terpeleset 2,68% dan 2,63% di waktu yang sama.
Dari seluruh aset kripto, hanya nilai XRP saja yang berhasil tumbuh 0,07% dalam sehari terakhir.
Secara umum, pelaku pasar nampaknya masih tak selera berkubang di pasar aset berisiko, termasuk kripto, seiring tensi geopolitik yang tak menentu.
Selain itu, mereka juga memilih fokus menempatkan dana di aset-aset aman lantaran mengantisipasi lonjakan inflasi yang makin kronis. Sebagai buktinya, harga emas, yang umum dikenal sebagai aset safe haven, hari ini meroket dan bahkan sempat menembus level US$2.000 per ons.
Kalau pun pelaku pasar masih ingin bermain-main di pasar kripto, mereka tentu akan memilih stablecoins karena dianggap aman dan memiliki nilai yang ditautkan dengan mata uang fiat. Oleh karenanya, tak heran jika nilai stablecoins seperti USDT, USDC, BUSD, dan UST melaju ke zona hijau dala sehari terakhir.
Sentimen negatif lainnya datang dari kabar mengenai pemblokiran aktivitas kripto di beberapa negara.
Di Venezuela, misalnya, pengguna dompet kripto Metamask di negara tersebut dilaporkan bakal tidak bisa lagi mentransfer dan menerima ETH. Hal itu dilakukan sebagai upaya Metamask untuk mematuhi regulasi AS, yang sebelumnya menjatuhkan sanksi ekonomi ke negara Amerika Latin tersebut.
Sementara itu, platform exchange kripto Coinbase juga dikabarkan telah menyusun draf kerangka kebijakan pengguna baru terkait pemanfaatan aset kripto. Coinbase menempuh langkah tersebut sebagai bagian dari kepatuhannya terhadap kebijakan sanksi ekonomi AS terhadap Rusia.
Baca juga: Pluang Pagi: Rusia-Ukraina Ogah Akur, Saham AS & Kripto Tersungkur
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini