Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Katanya Gen Z Diramal Jadi Generasi yang Susah Kaya. Boomers Ada Komentar?
shareIcon

Katanya Gen Z Diramal Jadi Generasi yang Susah Kaya. Boomers Ada Komentar?

21 Apr 2021, 7:00 AM·Waktu baca: 5 menit
shareIcon
Kategori
Katanya Gen Z Diramal Jadi Generasi yang Susah Kaya. Boomers Ada Komentar?

Dengan berbagai ketidakjelasan di depan mata, dan banyaknya pekerjaan yang terhapus di masa depan, Gen Z konon akan menempuh jalan terjal berbatu untuk jadi kaya. Apakah benar kekayaan Gen Z terancam lebih melarat dibandingkan generasi sebelumnya?

Para orang tua hari ini mulai cemas ketika mendengar anak mereka tidak lagi bercita-cita jadi dokter atau pengacara, tapi malah mendamba jadi youtuber atau meraih cuan dengan joget-joget lazy yoga di TikTok.

Sementara, sebagian besar Gen Z yang baru saja lulus studi pendidikan tinggi pada hari ini justru menambah jumlah pengangguran. Apakah nasib generasi Z memang segamang itu?

Fakta menunjukkan, di masa pandemi ini, Gen Z menjadi generasi yang paling banyak menganggur. Laporan riset Bank of America pada Desember berjudul “OK Zoomer” memberi kesimpulan bahwa pandemi akan berdampak pada masa depan keuangan Gen Z. Kira-kira dampaknya akan sama dengan bagaimana generasi milenial mendapat dampak dari Resesi Hebat 2008 lalu.

“Seperti krisis keuangan yang terjadi tahun 2008 hingga 2009, COVID-19 akan menantang dan menghambat karier dan penghasilan Gen Z,” tulis laporan itu.

Baca juga: Gaya Hidup Mempengaruhi Rencana Keuangan, Pelajaran dari Generasi Z

Gen Z Paling Terpuruk di Masa Pandemi

Di tengah angkatan kerja masa pandemi ini, hingga 27% Gen Z menjadi pengangguran. Generasi ini memasuki pasar kerja saat tingkat pengangguran global mencapai 14,7% pada bulan Mei.

Sejatinya, kondisi ini pun pernah terjadi di masa lampau. Di mana, generasi muda terlihat susah sekali mendapat pekerjaan selepas guncangan ekonomi.

Pada peristiwa resesi 2008 lalu, generasi milenial juga mengalami hal serupa. Bahkan, tingkat pengangguran kaum milenial kala itu juga lebih tinggi dibanding generasi lainnya. Alhasil, pada 2016, riset Stanford melaporkan terjadi penurunan kekayaan generasi milenial sebesar 34% dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.

Hanya saja, dampak resessi ke generasi milenial terbilang jangka pendek. Sementara itu, guncangan ekonomi kali ini akan berdampak ke penghidupan Gen. Z di jangka panjang. Syok ekonomi inilah yang diperkirakan akan membuat generasi Z susah tajir.

Bahkan, nampaknya generasi Z pun diperkirakan tidak bisa sekaya generasi milenial. Bank of America mengatakan, generasi milenial diperkirakan mendapatkan imbal hasil tahunan lebih dari 5% dari investasi mereka dalam aset saham dan obligasi. Sementara, generasi Z hanya diproyeksikan akan mendapatkan imbal hasil 2%.

Kebanyakan Gen Z hari ini memang dapat berinvestasi dengan membangun usaha, entah UMKM ataupun startup di sektor teknologi. Namun, banyak bisnis skala kecil yang tersapu oleh pandemi. Bahkan diduga, pandemi ini dapat mengakibatkan generasi Z kehilangan hingga US$10 triliun pendapatannya.

Seiring waktu, mereka mungkin saja bisa mendapatkan pekerjaan atau membangun usaha dengan keuntungan besar. Namun, masih banyak riset yang menunjukkan kekayaan gen Z akan masih tetap sulit menyaingi generasi sebelum mereka. Apakah benar demikian?

Baca juga: 4 Target Finansial Para Millennial, Apa Saja?

Gen Z akan “Mendisrupsi” Generasi Milenial pada 2031

Meski kini di tengah bayang-bayang pandemi dan masa depan yang tampak suram, kekayaan gen  Z diprediksi akan “mendisrupsi” kekayaan generasi milenial per 2031. Revolusi Gen Z konon sedang dimulai, ketika generasi pertama yang termasuk digital native ini memasuki dunia kerja.

“Kelak, mereka akan memaksa generasi lain untuk beradaptasi dengan mereka, dan bukan sebaliknya,” ujar Haim Israel, kepala global strategi investasi tematik di BofA Global Research dalam laporan perusahaannya.

Berbeda dari kekhawatiran banyak pihak, ia justru meramalkan, generasi ini bakal menjadi generasi yang paling mengganggu ekonomi, pasar, dan sistem sosial.

Pernyataan Haim Israel didukung oleh Laura Timans-Kalns, seorang ahli strategi keuangan, yang menjelaskan bahwa peristiwa 9/11 dan COVID-19 memberi dampak signifikan pada bagaimana generasi ini melihat pergerakan dunia. Sehingga, mereka dapat mengusahakan celah untuk memperoleh cuan demi membangun kekayaan Gen Z.

Potensi di Regional Negara Berkembang

BofA memprediksi generasi Z akan mampu meningkatkan kekayaannya hingga lima kali lipat pada 2030. Ramalan BofA menyebutkan kekayaan gen Z secara global akan mencapai US$33 triliun. Dan dengan demikian, mereka akan menyumbang lebih dari seperempat pendapatan global dan pada 2031 mereka bahkan mungkin akan melampaui pendapatan milenial.

Secara geografis, 9 dari 10 generasi Z menghuni wilayah negara berkembang. Seperlima dari generasi ini secara global tinggal di India. Haim Israel menyebutkan, wilayah terpadat dengan gen Z ini menjadikan India sebagai negara yang “menonjol sebagai negara Gen Z”. Laporan juga menjelaskan peningkatan angka melek huruf, tingkat urbanisasi, dan perluasan pesat infrastruktur teknologi negeri itu.

Potensi Gen Z serupa juga berkembang pesat di Meksiko, Filipina, dan Thailand. Diramalkan oleh laporan itu, merekalah yang kelak bakal mendorong Revolusi Gen Z.

Perjalanan Menuju Revolusi Gen Z

Lantas, dalam proses menuju revolusi Gen Z tersebut, ke mana uang generasi di masa depan mengalir dan bagaimana kekayaan Gen Z digunakan?

Menurut laporan tersebut, setengah dari Gen Z sangat bergantung pada streaming musik. Karena itu, Universal Music Group, anak perusahaan Vivendi, tercatat merasakan keuntungan dari tren ini. Pertumbuhan e-sports dan streaming-nya di Twitch diramalkan akan menguntungkan bagi Ubisoft dan industri sejenis.

Begitu juga jasa layanan pesan-antar makanan yang berkembang di tiap negara. Selain itu, sebanyak 44% generasi Z membeli barang lewat e-commerce, dengan fokus pada kualitas serta apakah produk yang dibelinya ramah lingkungan.

Dengan kedekatan generasi Z terhadap berbagai layanan yang tersedia secara online ini, tak heran jika di masa depan mereka bakal mengembangkan berbagai perusahaan dengan dukungan artificial intelligence dan machine learning yang belum pernah kita bayangkan.

Namun, terlepas dari angkatan generasi, sejatinya semua orang berhak kok, untuk menjadi kaya. Nah, salah satu cara yang tepat adalah dengan investasi. Apalagi, kalau investasinya di beragam aset. Untungnya, kamu kini sudah bisa berinvestasi emas, aset kripto, dan S&P 500 di aplikasi Pluang!

Baca juga: Cara Milenial Pandai-pandai Atur Keuangan Saat Pandemi

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Business Insider, CNBC

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Dewi Kharisma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
lainnya
Simak 5 Cara Mudah Pilih Asuransi Kesehatan Terbaik!
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1