Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih saja terperosok ke zona merah. Di sisi lain, nasib aset kripto pun terbilang anyep. Apa sih yang terjadi di kedua pasar tersebut hari ini? Simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG menutup sesi perdagangan Rabu (19/1) di level 6.591,98 poin, terkoreksi 0,33% dibanding sesi perdagangan sebelumnya.
Pergerakan sang indeks domestik sejatinya sejalan dengan bursa saham Wall street maupun di kawasan Asia yang kompak kebakaran.
Tengok saja bursa saham Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 yang masing-masing ambyar 1,51% dan 1,84%. Sementara itu, di kawasan Asia, nilai indeks Kospi dan Nikkei 225 masing-masing luluh 0,77% dan 2,8% pada hari ini.
Kuat dugaan, pelaku pasar agak enggan nyemplung ke pasar modal kali ini gara-gara kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS. Sekadar informasi, yield obligasi AS bertenor 10 tahun menyentuh level 1,87% dan menjadi level tertingginya selama dua tahun terakhir. Peristiwa ini tentu bikin pelaku pasar makin malas berinvestasi di pasar aset berisiko seperti saham dan memilih memarkirkan uangnya di instrumen obligasi pemerintah AS.
Usut punya usut, kenaikan yield obligasi AS bertenor 10 tahun disebabkan oleh antisipasi investor dalam menghadapi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang digadang akan dimulai Maret mendatang.
Dari dalam negeri, investor nampaknya juga ikut mengantisipasi langkah Bank Indonesia (BI) yang roman-romannya juga akan mengikuti pengetatan moneter bank sentral lainnya. Beberapa analis meyakini bahwa BI akan mengerek suku bunga acuannya tahun ini setelah menyadari bawah sikap otoritas moneter tersebut telah berubah haluan dari pro-growth menjadi pro-stability.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Omicron Mengganas, IHSG & Kripto Pun 'Tewas'
Meskipun IHSG koreksi terjadi berturut-turut, namun nyatanya pelaku pasar asing masih terus mencatatkan beli bersih. Pada hari ini saja, investor asing terpantau melakukan beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp209,45 miliar di seluruh pasar.
Mereka terpantau getol memborong saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp158,1 miliar berikut saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masing-masing sebesar Rp31,5 miliar dan Rp31,6 miliar.
Di sisi lain, pelaku pasar asing justru melego saham-saham emiten perbankan. Buktinya, mereka paling banyak melego saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak Rp165,5 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga melepas saham PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing Rp43,5 miliar dan Rp18,4 miliar.
Kondisi pasar kripto pun "setali tiga uang" dengan IHSG. Melansir Coinmarketcap pukul 17.24 WIB, sembilan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sedunia masih mendekam di zona merah dalam sehari terakhir.
Nilai Bitcoin (BTC) kini bertengger di US$41.542,11 per keping atau susut 0,94% dalam sehari terakhir. Kemudian, nilai rival terdekatnya Ether (ETH) juga lunglai 2,89% ke US$3.076,84 per keping di saat yang sama.
Nasib geng altcoin "pembunuh Ethereum" tak kalah tragis. Nilai Solana (SOL), Cardano (ADA), Polkadot (DOT), dan Avalanche (AVAX) masing-masing terpeleset 2,42%, 7,59%, 3,29%, dan 3,89% dalam 24 jam belakangan.
Tak ketinggalan, koin-koin metaverse pun mengalami nasib serupa. Lihat saja nilai Decentraland (MANA) dan The Sandbox (SAND) yang masing-masing luluh 3,21% dan 6,43% dalam sehari terakhir.
Secara umum, kondisi pasar aset kripto terbilang sad gara-gara kabar kurang sedap, utamanya menyangkut aspek regulasi.
Contohnya, Biro Investigasi Pakistan juga dikabarkan telah meminta Otoritas Telekomunikasi Pakistan untuk memblokir situs-situs yang berkaitan dengan aset kripto. Kabar ini muncul tepat beberapa hari setelah bank sentral Pakistan berniat melarang segala aktivitas berbau aset kripto di negara tersebut.
Selain itu, kemarin, Komisi Pasar Sekuritas Spanyol (CNMV) juga berniat akan mengawasi promosi aset kripto di media sosial. Inggris rencananya juga akan mengambil langkah serupa, namun atas dasar perlindungan konsumen.
Kendati rekan-rekannya tengah berkubang di zona merah, Terra (LUNA) dan Theta Network (THETA) bisa tersenyum cerah. Pasalnya, dua aset kripto tersebut melesat masing-masing 3,9% dan 8,68% dalam sehari terakhir pada sore ini.
Nilai Theta melesat setelah tim Theta Network mengumumkan bahwa kolaborasi pertamanya dengan lokapasar Non-Fungible Token (NFT) Curate akan rampung. Imbasnya, nanti Curate akan menerima THETA dan token operasional Theta Network, TFUEL, sebagai salah satu opsi pembayaran di lokapasar tersebut.
Baca juga: Pluang Pagi: Hari Rabu, Saham AS & Pasar Kripto Masih 'Ngablu'
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini