Selamat sore, Sobat Cuan! Emosi investor tampaknya kembali dikocok-kocok setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan aset kripto kembali terjatuh ke zona merah setelah sebelumnya terlihat betah di zona hijau. Apa sebenarnya yang terjadi? Simak selengkapnya di sini!
IHSG menutup sesi perdagangan Rabu (15/6) di level 7.007 poin atau luluh 0,61% dibanding kemarin. Nasib apes memang menghampiri sang indeks domestik hari ini. Buktinya, ia susah bangkit dari zona merah sejak pagi hari.
Kali ini, IHSG dikepung berbagai sentimen baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri, pelaku pasar mencerna angka neraca dagang Indonesia yang surplus US$2,9 miliar pada Mei. Meski masih mencatat surplus, namun angka surplus tersebut anjlok dari capaian April US$7,56 miliar.
Menariknya, perilisan data tersebut juga bertepatan dengan langkah Presiden Joko Widodo yang mengganti posisi Menteri Perdagangan dari M. Luthfi menjadi Zulkifli Hasan.
Nah, berkaca dari rentetan peristiwa tersebut, pelaku pasar punya dua pertanyaan utama. Pertama, apakah Indonesia bakal mengimplementasikan kebijakan pelarangan ekspor baru? Kedua, jika ya, apakah hal tersebut akan mempengaruhi posisi neraca perdagangan Indonesia?
Sekadar informasi, posisi neraca perdagangan merupakan satu dari empat komponen penting pertumbuhan ekonomi. Sehingga, jika neraca perdagangan Indonesia ke teritori negatif, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terancam.
Sementara dari sisi luar negeri, pelaku pasar juga mengantisipasi pengumuman kebijakan moneter The Fed malam ini. Kuat dugaan, otoritas moneter AS tersebut akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin, lebih tinggi dari dugaan awal 50 basis poin, dengan mempertimbangkan inflasi AS pada Mei yang cukup mengejutkan.
Tak ketinggalan, hancurnya harga batu bara dunia juga menyeret kinerja saham-saham emiten pertambangan.
Sekadar informasi, kini harga batu bara dunia parkir di level US$330 per ton alias level terendahnya sejak awal Mei. Oleh karenanya, tak heran jika nilai saham produsen batu bara seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masing-masing rontok 6,75%, 6,68%, dan 5,15% hari ini.
Ragam tekanan tersebut pun mendorong asing untuk melakukan aksi jual. Hal tersebut tercermin dari nilai jual bersih asing (net foreign sell) sebesar Rp685,21 miliar di pasar reguler hari ini.
Pelaku pasar terlihat paling getol melego saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp231,6 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga melepas saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing sebesar Rp179,4 miliar dan Rp92,8 miliar.
Di sisi lain, pelaku pasar malah getol memborong paling banyak saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp65,5 miliar. Selain itu, mereka juga mengakumulasi saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masing-masing Rp57 miliar dan Rp32,9 miliar.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Antisipasi The Fed Bikin Investor Gerah, Kripto Kena Tulah!
Sementara itu, pasar kripto kembali terlihat berguguran setelah lompat pagi hari. Melansir Coinmarketcap pukul 15.24 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar jumbo merosot ke zona merah dalam 24 jam terakhir.
Aset kripto sempat menguat tadi pagi setelah trader mencoba menahan harga aset-aset kripto dari titik support-nya. Pasalnya, jika harga aset kripto menembus level tersebut, maka aksi jual yang lebih parah diprediksi bakal terjadi.
Namun, price actions mini pelaku pasar mulai surut menjelang siang hari mengingat trader AS tengah beristirahat. Maklum, siang hari di Indonesia bertepatan dengan malam hari di AS. Sehingga, aset kripto kembali bergerak sesuai dengan sentimen utamanya, yakni kondisi makroekonomi AS.
Ya, pelaku pasar saat ini menahan diri untuk masuk ke pasar kripto menanti pengumuman kebijakan moneter terbaru bank sentral AS The Fed yang rencananya akan dirilis Kamis dini hari nanti.
Selain itu, pelaku pasar memang tengah mengurangi porsi aset berisiko di dalam portofolionya karena imbal instrumen berpendapatan tetap tengah menarik. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun, misalnya, sempat menyentuh titik tertingginya dalam 12 tahun yakni 3,5% tadi pagi.
Pelaku pasar juga makin jaga jarak masuk ke pasar kripto setelah melihat bahwa trader dan investor lainnya benar-benar membuang BTC kemarin. Data CryptoQuant yang dihimpun dari 21 platform exchange kripto mencatat outflow sebanyak 83.000 BTC pada Selasa (14/6). Angka ini ternyata merupakan outflow BTC terbesar sejak November 2018.
Baca juga: Pluang Pagi: Jelang Pengumuman Fed, Kripto Bangkit Tapi Saham AS 'Lecet-Lecet'
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini