Selamat sore, Sobat Cuan! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tenggelam hingga di bawah level psikologis 7.000 di awal pekan diikuti oleh aset kripto. Apa yang sebenarnya terjadi? Yuk, simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG mengakhiri perdagangan Senin (13/6) di level 6.995,44 poin alias luruh 1,29% dibanding posisi akhir pekan lalu. Sang indeks domestik memang sudah pasrah sejak awal sesi, terbukti dari pergerakannya yang selalu terjebak di zona merah.
Hanya saja, tak cuma IHSG saja yang bernasib nahas hari ini. Pasalnya, bursa kawasan Asia juga melemah berjemaah. Tengok saja nilai indeks Nikkei225 Jepang dan Hang Seng yang kompak ambrol lebih dari 3% hari ini. Sementara itu, nilai indeks STI Singapura justru melorot 1,25% di waktu yang sama.
Dengan demikian, masa bisa dipastikan bahwa sentimen eksternal mempengaruhi gerak IHSG sepanjang hari ini.
Ya, pelaku pasar nampaknya kian menghindari pasar modal global setelah Amerika Serikat (AS) mencatat inflasi tahunan sebesar 8,6% pada Mei, lebih tinggi dari prediksi analis 8,3%. Angka inflasi tersebut sekaligus menjadi level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Sontak, pelaku pasar pun kaget. Pasalnya, pelaku pasar sebelumnya mengira bahwa puncak siklus inflasi tinggi di AS sudah usai pada Maret lalu. Implikasinya, pelaku pasar yakin bahwa bank sentral AS The Fed akan segera mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin di bulan ini dan bulan depan.
Namun, kekhawatiran mereka ternyata tak terletak di antisipasi langkah The Fed semata. Mereka juga cemas bahwa kebijakan moneter agresif The Fed bakal diikuti oleh bank sentral lain seantero dunia. Hasilnya, pelaku pasar tentu jadi ogah berinvestasi di pasar modal dan memilih membenamkan dana di instrumen berpendapatan tetap.
Sementara itu, dari dalam negeri, investor juga mulai mengkhawatirkan kenaikan kasus COVID-19 di tanah air. Pada pekan lalu, Indonesia mencatat 504 kasus COVID-19 baru atau melejit 92% dibanding sepekan sebelumnya.
Kuat dugaan, kenaikan kasus tersebut berkaitan dengan penyebaran varian baru virus Omicron BA.4 dan BA.5 yang diduga resisten terhadap antibodi vaksin. Nah, jika kasus COVID-19 di dalam negeri kian menguat, maka roda ekonomi dalam negeri pun bisa dalam ancaman.
Meski sentimen eksternal menghantam indeks domestik dengan kuat, namun investor asing masih terpantau mengoleksi saham domestik. Hal ini tercermin dari nilai beli bersih (net foreign buy) asing sebesar Rp299.85 miliar di pasar reguler hari ini.
Mereka terlihat getol memborong saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar Rp148,4 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga getol mengoleksi saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masing-masing Rp110,5 miliar dan Rp107,3 miliar.
Di sisi lain, asing malah doyan melego saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp226 miliar. Selain itu, asing juga "cuci gudang" saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing Rp43,6 miliar dan Rp32,3 miliar.
Baca juga: Pasar Sepekan: Market Mendung di Bawah Bayang Inflasi & Waswas Kebijakan Fed
Kondisi pasar kripto pun tak kalah mengenaskan. Melansir Coinmarketcap pukul 15.22 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat terjun bebas ke zona merah dalam 24 jam terakhir.
Seperti yang diketahui sebelumnya, pelaku pasar berbondong-bondong hijrah dari pasar kripto dalam rangka mengurangi keterpaparan risiko di dalam portofolionya (derisking). Aksi ini merupakan antisipasi pelaku pasar atas pengetatan kebijakan The Fed setelah inflasi AS naik ke level tertingginya sejak 1981.
Maklum, ketika suku bunga acuan diprediksi naik, maka pelaku pasar bisa berharap imbal hasil mumpuni dari instrumen berpendapatan tetap. Oleh karenanya, tak heran jika mereka pun minggat berjemaah dari pasar kripto.
Selain itu, kondisi pasar kripto kali ini mengonfirmasi pertanyaan pelaku pasar selama ini.
Selama sepekan terakhir, mereka kerap mengira-ngira apakah harga aset kripto pekan lalu sudah mencapai bottom atau tidak. Mereka mengajukan pertanyaan tersebut setelah melihat harga aset kripto bergerak di rentang yang itu-itu aja sejak awal Mei.
Ternyata, harga aset kripto pun berguguran selepas pengumuman inflasi AS, menandakan bahwa harga kripto belum mencapai titik bottom-nya minggu lalu.
Kini, pelaku pasar meyakini posisi harga kripto saat ini pun belum mencapai titik bottom yang sebenarnya. Pasalnya, mereka percaya bahwa tekanan inflasi AS masih belum bakal padam di bulan depan.
Baca juga: Pluang Pagi: Inflasi Bikin Investor Berdebar, Kripto & Saham AS Ambyar!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini