Harga emas di pasar spot pada hari ini, Rabu (9/6) pukul 09.00 WIB, menguat 0,01% ke US$1.893,13 per ons. Penguatan juga terjadi di pasar COMEX justru sebesar 0,12% ke US$1.896,60 per ons.
Harga logam mulia rebound setelah musuh bebuyutan emas, yakni tingkat imbal hasil obligasi AS, meredup pagi hari ini.
Di Rabu pagi, yield obligasi AS dengan tenor tersebut berada di titik 1,53%, atau melemah dibanding kemarin 1,56%.
Melemahnya yield tersebut membuat investor kembali berpaling dari obligasi dan menjadi katalis positif bagi harga emas. Penjelasan lengkap tentang hubungan harga emas dan yield obligasi pemerintah bisa dibaca di artikel berikut.
Hanya saja, musuh bebuyutan logam mulia lain, yakni emas, justru menguat tipis di saat yang bersamaan. Pagi hari ini, indeks dolar AS sudah menyentuh angka 90,09 atau menguat dari posisi kemarin 90,03.
Menguatnya nilai dolar AS akan membuat harga emas relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut. Alhasil, permintaan emas melemah, dan kemudian menyeret turun harganya.
Baca juga: Harga Emas Kembali Rebound Seiring Kembalinya ‘Hantu’ Inflasi
Meski menguat di Kamis pagi, harga emas hari ini sejatinya masih relatif stagnan jika dibandingkan kemarin. Ini lantaran pelaku pasar wait-and-see terhadap beberapa data dan kebijakan yang akan diambil otoritas moneter global.
Pelaku pasar menanti indeks harga konsumen, atau biasa dikenal dengan data inflasi, Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis pada Kamis (10/6). Data ini akan memberikan petunjuk bagi investor terkait jadi atau tidaknya bank sentral AS, The Fed, mengetatkan kebijakan moneternya dalam merespons inflasi dan sinyal-sinyal pemulihan ekonomi negara adidaya tersebut.
Dalam sepekan belakangan, data-data ekonomi AS memberi petunjuk mengenai perbaikan ekonomi di negara tersebut. Pada pekan lalu, Departemen Ketenagakerjaan AS merilis data bahwa ada 388.000 pengangguran yang mengajukan program bantuan tunakarya AS sepanjang pekan lalu. Angka ini merupakan titik terendah selama pandemi COVID-19 berlangsung di negara adidaya tersebut.
Selain itu, lembaga tersebut juga melaporkan pertambahan 559.000 tenaga kerja pada Mei, atau naik dibanding April 300.000 tenaga kerja. Kemarin, Departemen Ketenagakerjaan AS juga mencatat 9,3 juta lowongan pekerjaan baru pada April, melesat dibanding 8,3 juta lowongan di Maret.
Selain itu, di waktu yang bersamaan, pejabat bank sentral Eropa (ECB) juga berencana untuk menghelat rapat bulanan. Hal ini juga bisa bikin pelaku pasar menerka-nerka tren kebijakan moneter global ke depan.
Jika memang bank sentral berniat mengetatkan kebijakan moneternya, maka hal itu bisa bikin kilau emas kian pudar. Sebab, ketika kebijakan moneter diperketat, maka investor akan lari ke produk investasi lainnya yang mengalami kenaikan imbal hasil seperti produk jasa keuangan dan obligasi.
Baca juga: Data Ketenagakerjaan AS Bikin Harga Emas Hari Ini Masih Tiarap di Bawah US$1.900
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini