Tak hanya populer di kalangan anak muda, istilah YOLO ternyata juga berlaku di dunia investasi. Seperti apa tepatnya? Simak di sini!
YOLO adalah singkatan dari You Only Live Once, yakni sebuah frasa populer yang menyatakan bahwa manusia harus menikmati hidup dengan maksimal karena "hidup cuma sekali".
Sehingga, manusia harus berani nekat dan menikmati pengalaman baru meski berisiko tinggi. Bisa dibilang, frasa YOLO adalah versi modern dari istilah Latin "Carpe Diem" yang sama-sama berarti "nikmatilah hari ini".
Rupanya, ungkapan tersebut juga berlaku di dunia investasi. Hanya saja, kalimat tersebut punya konotasi yang lebih negatif.
Dalam investasi, YOLO merupakan istilah yang sering digunakan untuk membenarkan keputusan investasi yang sembrono. Investor yang memiliki paham ini biasanya nekat membenamkan seluruh dananya di satu instrumen aset dan berharap nilainya akan terus menjulang, tanpa melakukan diversifikasi aset sebagai upaya manajemen risiko.
Kadang, bersikap YOLO benar-benar bisa membuat sang investor mendadak jadi sultan dalam semalam. Namun, tak jarang pula sikap YOLO menjerumuskan sang investor ke jurang kerugian yang teramat dalam.
Baca Juga: Stonks
Bahkan, bagi beberapa investor, YOLO kini sudah dianggap strategi investasi. Meski pada kenyataannya, bersikap YOLO lebih condong seperti "pertaruhan" ketimbang strategi.
Ketika melancarkan strategi tersebut, investor umum berinvestasi secara aktif di satu aset tertentu dengan harapan bisa mendulang keuntungan besar dalam waktu singkat. Mereka memilih aset tersebut berdasarkan informasi atau kabar burung yang berseliweran di forum atau media sosial.
Memang, beberapa investor sukses ketiban durian runtuh dengan melancarkan strategi tersebut. Namun, tak jarang sebagian lainnya justru boncos parah gara-gara berinvestasi secara ugal-ugalan. Benar-benar mirip seperti judi, bukan?
Biasanya, investor yang menempuh strategi YOLO adalah investor awam yang baru mulai mengenal investasi. Mereka biasanya cemburu dan iri dengan kisah sukses investor lain yang mampu mendulang cuan fantastis dari berinvestasi di satu aset dalam waktu singkat.
Akhirnya, mereka pun tergoda oleh peluang nyata untuk menjadi kaya dengan cara cepat tanpa pengetahuan dan strategi investasi yang teliti. Kemudian, seperti yang bisa ditebak, mereka mempertaruhkan seluruh uangnya di satu aset tanpa manajemen risiko. Ketika upaya tersebut gagal, tak jarang mereka merasa kapok dan enggan memulai berinvestasi kembali.
Padahal, memilih aset investasi harus didasarkan pada penilaian menyeluruh. Selain itu, investor pemula juga disarankan melakukan diversifikasi aset untuk mencegahnya dari kerugian mendalam ketika nilai aset yang ia miliki terjun bebas.
Meski bukan kiat investasi yang baik, strategi YOLO tentu memiliki manfaat dan mudharatnya tersendiri, sama seperti hal-hal lain yang terdapat di dunia ini. Lantas, seperti apa kelebihan dan kekurangan strategi tersebut?
Memang, YOLO adalah strategi investasi berisiko tinggi. Tapi, pilihan untuk menggunakan strategi ini dikembalikan kepada profil risiko dan tujuan investasi masing-masing investor.
Mereka yang berpandangan jangka panjang sepatutnya menghindari bersikap YOLO. Apalagi jika mereka ingin menggunakan cuan investasinya untuk kebutuhan masa depan seperti dana pensiun dan biaya pendidikan.
Namun, mereka yang ingin memburu cuan jangka pendek bisa-bisa saja melancarkan strategi tersebut. Asalkan, mereka memang punya jumlah dana yang mumpuni untuk berinvestasi, siap mental dalam menerima kondisi apapun yang terjadi, dan punya profil risiko yang agresif.
Baca Juga: Rug Pull
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Financhill, Investorjunkie
Bagikan artikel ini