Apa itu Stock Split? Stock Split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional.
Pemecahan saham dilakukan dalam rasio tertentu. Tindakan korporasi memecah saham ini akan meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar.
Peningkatan jumlah lembar saham diiringi dengan penurunan nilai nominal saham tanpa adanya transaksi jual beli. Artinya, modal yang dimiliki oleh setiap pemegang saham tidak mengalami perubahan.
Contohnya, PT. A melakukan stock split dengan rasio 1:4 (satu banding empat), di mana setiap satu lembar saham lama ditukar dengan empat lembar saham baru. Jika satu lembar saham sebelum stock split bernilai Rp 20.000,-. Maka setelah dilakukan stock split harganya akan menjadi Rp 5.000,- per lembar.
Dengan dilakukannya aksi stock split, jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat empat kali lipat. Sebab itu, apabila seorang investor memiliki saham seharga Rp 20.000,- sebanyak 10 lot (1 lot = 100 lembar), maka setelah nilai sahamnya dipecah menjadi Rp 5.000,-, investor tersebut memiliki saham sebanyak 40 lot.
Stock split umumnya dilakukan oleh korporasi atau perusahaan yang memiliki fundamental bagus dengan harga saham yang tinggi. Di satu sisi, harga saham yang tinggi menunjukkan performa korporasi yang baik. Namun di sisi lain, harga saham yang tinggi justru menyebabkan setiap lembar saham kurang likuid. Hal ini justru membatasi ruang gerak para investor.
Artinya, harga saham yang terlalu tinggi justru mengakibatkan investor tidak mampu menjangkaunya.
Setiap perusahaan yang melakukan stock split tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan perusahaan melakukan stock split sebagai berikut.
Dari tujuan tersebut, aksi stock split yang dilakukan perusahaan tak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri sebagai emiten, tetapi juga bermanfaat bagi para investor. Manfaat bagi investor sudah jelas, yakni harga saham yang semakin rendah.
Dengan harga saham yang rendah, investor memiliki peluang untuk memiliki saham dalam jumlah lembar lebih banyak. Selain itu, investor juga dapat menghindari risiko dengan melakukan diversifikasi investasi dalam bentuk penanaman modal di perusahaan atau bidang lain.
Lantas, apa manfaat bagi perusahaan atau emiten selaku penerbit saham? Perusahaan dapat memperoleh manfaat langsung dan tidak langsung. Secara langsung perusahaan berkesempatan untuk mendapatkan investor-investor baru.
Sementara manfaat tidak langsungnya jumlah saham beredar yang semakin banyak diikuti dengan harga saham yang rendah memicu pergerakan saham yang semakin aktif. Jika gerak saham aktif, maka aksi korporasi ke depannya akan mendapat sorotan dan respon lebih cepat dari investor.
Semakin tinggi harga saham di satu sisi menunjukkan fundamental perusahaan semakin bagus. Tapi di sisi lain harga saham yang terlalu tinggi justru ‘menggerus’ likuiditas saham itu sendiri, sehingga pergerakannya lambat atau kurang aktif.
Selain itu, harga saham yang tinggi juga menurunkan atau mengurangi kemampuan investor untuk membeli saham tersebut.
Jika tidak segera dilakukan aksi korporasi, dikhawatirkan harga saham yang tinggi justru dapat melemahkan fundamental perusahaan. Jadi perusahaan terdorong untuk melakukan aksi korporasi stock split dengan memecah lembar dan nilai saham di mana jumlah lembar semakin banyak dan nilainya semakin rendah.
Aksi korporasi stock split dapat meningkatkan likuiditas saham, sebab harga saham yang lebih rendah akan diharapkan mampu meningkatkan daya beli investor terhadap saham tersebut. Seiring dengan meningkatnya daya beli investor pergerakan saham akan semakin aktif dan harganya akan kembali terkerek naik.
Namun, harus dipahami juga jika aksi korporasi stock split tak selalu memberikan pengaruh positif terhadap harga saham.
Rendahnya harga saham setelah stock split memang bisa memicu aktivitas para pemodal kecil atau investor retail untuk ikut meramaikan pasar modal. Namun, aktivitas para pemodal kecil ini justru malah berisiko menahan pergerakan saham sehingga memperlambat laju kenaikan harga saham tersebut.
Aksi korporasi stock split tak selalu menguntungkan sebab ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi naik turunnya harga saham. Sebut saja fundamental perusahaan lalu trend sektor dan juga perkembangan pasar serta industri terkait.
Download aplikasi Pluang di sini untuk membeli emas digital dan Indeks S&P 500 Futures dengan harga paling kompetitif di pasaran! Selisih harga jual-beli terendah dan tanpa biaya tersembunyi apapun.
Untuk produk investasi emas, kamu bisa menarik emas fisik dalam bentuk logam mulia Antam dengan kadar 999,9 mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi dalam kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS seperti Apple, Facebook, Netflix, Nike, dan lainnya.
Investasi kamu aman karena disimpan dan dijamin oleh Kliring Berjangka Indonesia (BUMN). Produk investasi di Pluang dikelola oleh PT PG Berjangka yang sudah berlisensi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Segera download Pluang dan nikmati keuntungannya!
Suku Bunga Pengaruhi Investasi? Ini 3 Sektor Vital yang Terkena Imbas
Perlu Dicatat! Ketahui Beda Tingkatan Risiko dalam Investasi
Bagikan artikel ini