Laissez-faire adalah sebuah teori ekonomi yang berkembang sejak abad ke-18. Mereka yang menganut teori ini percaya bahwa pemerintah tak perlu campur tangan di dalam kegiatan bisnis masyarakat. Alias, menganggap bahwa ekonomi harus berjalan sesuai apa adanya.
Kata laissez-faire sendiri berasal dari bahasa Perancis yang bisa diartikan “biarkan apa adanya”. Teori itu menganggap bahwa semakin kecil intervensi pemerintah di kegiatan ekonomi, maka semakin mumpuni pula kegiatan bisnis masyarakat. Nah, oleh karenanya, azas laissez-faire ini sering dianggap akar utama dari teori ekonomi kapitalisme bebas.
Mereka yang percaya dengan teori ini menganggap bahwa kompetisi antar manusia di bidang bisnis adalah hal yang alami. Sehingga, peraturan yang efektif untuk menata kegiatan ekonomi masyarakat seharusnya adalah tidak ada peraturan sama sekali. Justru menurut mereka, intervensi pemerintah malah akan membuat kegiatan bisnis makin ruwet.
Makanya, penganut teori laissez-faire adalah mereka yang menolak kehadiran produk hukum demi mengatur jalannya ekonomi. Misalnya, seperti Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), hingga Peraturan Presiden (PP) yang mengatur upah minimum, perpajakan, hingga perdagangan.
Baca juga: Apa Itu Economic Forecasting?
Istilah laissez-faire konon lahir pada 1681. Kala itu, Menteri Keuangan Perancis Jean-Baptiste Colbert pernah bertanya kepada seorang pebisnis bernama Le Gendre tentang bagaimana langkah yang seharusnya diambil pemerintah demi membantu sektor perdagangan. Nah, setelahnya, Le Gandre menjawab “Laissez-nous faire”, atau “Biarkan saja apa adanya”.
Kemudian, istilah ini pun dipopulerkan pada pertengahan abad 1700 oleh satu kelompok yang dijuluki fisiokrat. Kelompok para fisikawan ini bertumbuh kembang di Perancis sejak tahun 1756 hingga 1778.
Ya, betul. Meski laissez-faire adalah istilah ekonomi, nyatanya hal itu malah disebarluaskan oleh para fisikawan. Istilah itu mereka gunakan ketika mencoba untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dan metodologi sains ke dalam studi mengenai kekayaan.
Para fisikawan ini, yang ternyata juga mengklaim sebagai ekonom, berargumen bahwa pasar dan kompetisi yang bebas adalah kunci menuju bangsa yang bebas. Menurut mereka, pemerintah hanya boleh intervensi ekonomi dengan tujuan untuk menjaga kekayaan masyarakat dan menjamin kebebasan individu.
Sayangnya, upaya awal untuk mengkampanyekan doktrin ekonomi laissez-faire gagal total. Pasalnya, pemerintah Perancis sendiri telah membuktikan bahwa sistem tersebut tidak ideal.
Pada 1774, Turgot, seorang Bendahara Keuangan Raja Louis XVI, menghapus segala hambatan perdagangan pada industri gandum. Situasi itu akhirnya membuat Perancis memperbolehkan ekspor dan impor gandum bebas antar provinsi.
Hanya saja, ketika panen gandum mengalami puso, harga-harga gandum ternyata melesat tajam. Kondisi tersebut membuat pedagang menimbun gandum atau menjualnya dengan harga tinggi di wilayah-wilayah strategis.
Sementara di sisi lain, ratusan ribu warga Perancis harus didera kelaparan hebat lantaran tak bisa membeli gandum. Alhasil, kekacauan pun tak terelakkan di seluruh sudut negara tersebut. Namun, setahun kemudian, kegaduhan sosial tersebut beranjak kondusif setelah pemerintah Perancis kembali mengontrol perdagangan gandum.
Baca juga: Apa Itu Makro Ekonomi?
Meskipun doktrin ini bikin situasi Perancis amburadul, ternyata konsep laissez-faire benar-benar diterjemahkan menjadi sebuah praktik ekonomi di kemudian hari. Hanya saja, lokasinya bukan di Perancis lagi, melainkan di Inggris.
Pelaku usaha di Inggris menganut doktrin laissez-faire ketika revolusi industri pertama menyeruak di negara itu pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Praktik tersebut menjadi populer di Inggris setelah dipopulerkan ekonom klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo.
Hanya saja, praktik itu berujung pada rendahnya keselamatan kerja para buruh dan menyebabkan jurang ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Sementara itu, pemerintah Inggris pun seolah-olah enggan melahirkan produk hukum demi melindungi mereka yang dirugikan dari praktik laissez-faire.
Namun, regulasi pemerintah di sektor industri global mulai diperhatikan pada awal abad ke-20. Pada saat itu, Amerika Serikat menjadi negara industri pertama yang terang-terangan menerbitkan peraturan demi melindungi keselamatan buruh dan melindungi konsumen dari praktik bisnis tidak sehat yang dilakukan pelaku usaha.
Berkaca dari situasi di atas, nampaknya tak heran jika teori laissez-faire menuai kritik. Salah satu kritikan tersebut adalah ketidakmampuan praktik tersebut untuk melindungi kaum-kaum lemah di masyarakat.
Para penentang praktik ini beranggapan bahwa praktik laissez-faire hanya akan mendorong masyarakat ke kemiskinan dan ketimpangan. Meski, di sisi lain, mereka yang mendukung teori ini menganggap bahwa masyarakat akan menjadi “naik kelas” jika bisa memperjuangkan kepentingannya sendiri.
Salah satu penentang keras teori laissez-faire adalah ekonom terkemuka John Maynard Keynes. Ia bahkan mengatakan bahwa pemerintah boleh saja intervensi di kegiatan ekonomi asal ada alasan kuat yang mendasarinya.
Baca juga: Resesi Ekonomi Tetap Cuan! Ikuti 5 Langkah Ini Agar Portofolio Investasi Aman!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini