Business ethics atau etika bisnis adalah studi tentang kebijakan dan praktik bisnis yang sesuai mengenai subjek tata kelola perusahaan. Urusan etika bisnis terkait subjek yang berpotensi kontroversial, seperti penyuapan, diskriminasi, tanggung jawab sosial perusahaan, hingga tanggung jawab fidusia.
Hukum kerap memandu etika bisnis, tapi kerapkali etika bisnis memberi pedoman dasar yang dapat dipilih oleh bisnis untuk diikuti demi mendapatkan persetujuan publik. Business ethics memastikan bahwa ada tingkat kepercayaan dasar tertentu antara konsumen dan berbagai bentuk pelaku pasar dengan bisnis.
Misalnya, manajer portofolio harus memberikan pertimbangan yang sama terhadap portofolio anggota keluarga dan investor perorangan kecil. Praktik semacam ini memastikan publik menerima perlakuan yang adil.
Konsep etika bisnis dimulai pada 1960-an ketika perusahaan menjadi lebih sadar akan masyarakat berbasis konsumen yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, penyebab sosial, dan tanggung jawab perusahaan.
Meningkatnya fokus pada apa yang disebut sebagai masalah sosial adalah ciri khas dekade ini. Sejak kurun waktu tersebut, konsep etika bisnis telah berkembang.
Baca juga: Takut Kekayaan Tergerus Waktu? Ini 4 Diversifikasi Portofolio yang Paling Cocok Untukmu!
Business ethics lebih dari sekadar kode moral tentang benar dan salah. Etika ini mencoba untuk mendamaikan apa yang harus dilakukan perusahaan secara legal versus mempertahankan keunggulan kompetitif atas bisnis lain. Perusahaan menampilkan etika bisnis dalam beberapa cara.
Etika bisnis dimaksudkan untuk memastikan tingkat kepercayaan tertentu antara konsumen dan perusahaan, menjamin perlakuan yang adil dan setara kepada publik.
Berikut ini adalah beberapa contoh business ethics yang berlaku saat perusahaan menyeimbangkan pemasaran dan tanggung jawab sosial. Misalnya, Perusahaan XYZ menjual sereal dengan bahan-bahan alami. Departemen pemasaran ingin menggunakan bahan-bahan alami sebagai nilai jual, tapi harus meredam antusiasme terhadap produk versus hukum yang mengatur praktik pelabelan.
Beberapa iklan pesaing memuji sereal berserat tinggi yang berpotensi mengurangi risiko beberapa jenis kanker. Perusahaan sereal yang dimaksud ingin mendapatkan lebih banyak pangsa pasar, tapi departemen pemasaran tidak dapat membuat klaim kesehatan yang meragukan pada kotak sereal tanpa risiko litigasi dan denda.
Meski pesaing dengan pangsa pasar yang lebih besar dari industri sereal menggunakan praktik pelabelan yang curang, itu tidak berarti setiap produsen harus terlibat dalam perilaku tidak etis.
Contoh lain penerapan business ethics misalnya dalam pertimbangan kendali mutu. Pertimbangkan soal kendali mutu untuk perusahaan yang memproduksi komponen elektronik untuk server komputer.
Baca juga: Apa Itu Business Model?
Komponen ini harus dikirimkan tepat waktu, atau produsen suku cadang berisiko kehilangan kontrak yang menguntungkan. Departemen kendali mutu menemukan kemungkinan cacat, dan setiap komponen dalam satu pengiriman menghadapi pemeriksaan.
Sayangnya, pemeriksaan mungkin memakan waktu terlalu lama. Dan jangka waktu pengiriman tepat waktu bisa gagal, yang dapat menunda rilis produk pelanggan. Departemen kendali mutu dapat mengirimkan suku cadang, berharap tidak semuanya rusak, atau menunda pengiriman dan menguji semuanya.
Jika suku cadangnya rusak, perusahaan yang membeli komponen tersebut mungkin menghadapi badai reaksi konsumen, yang dapat mengarahkan pelanggan untuk mencari pemasok yang lebih dapat diandalkan.
Ketika tiba masanya untuk mencegah perilaku tidak etis dan memperbaiki efek samping negatifnya, perusahaan sering meminta manajer dan karyawan untuk melaporkan setiap kejadian yang mereka amati atau alami.
Namun, hambatan dalam budaya perusahaan itu sendiri (seperti ketakutan akan pembalasan karena melaporkan pelanggaran) dapat mencegah hal ini terjadi.
Diterbitkan oleh Ethics & Compliance Initiative (ECI), Survei Etika Bisnis Global Tahun 2019 mensurvei lebih dari 18.000 karyawan di 18 negara tentang berbagai jenis perilaku buruk yang mereka amati di tempat kerja.
Tiga puluh persen dari karyawan yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mengamati pelanggaran. Sekitar 21% mengatakan mereka telah mengamati perilaku yang akan mereka kategorikan sebagai pelecehan, intimidasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak bersahabat.
Ketika ditanyai apakah mereka pernah mengalami pembalasan karena melaporkan, 40% mengatakan bahwa mereka tidak mengalaminya.
Memang, ketakutan akan pembalasan di tempat kerja adalah salah satu alasan utama karyawan memilih untuk tidak melaporkan perilaku tidak etis di tempat kerja. ECI mengatakan perusahaan harus berupaya meningkatkan budaya perusahaan yang menyokong business ethics.
Ini dapat dilakukan dengan memperkuat gagasan bahwa melaporkan dugaan pelanggaran akan bermanfaat bagi perusahaan. Penting juga bagi perusahaan untuk mengakui serta menghargai keberanian karyawan untuk membuat laporan.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia
Simak juga:
Bagikan artikel ini