Apple (AAPL) akan merilis laporan keuangan 2Q25 pada 2 Mei, dengan proyeksi pendapatan US$94,1 miliar. Kinerja ditopang iPhone dan layanan digital, didukung inovasi AI dan ekosistem tertutup, meski ada risiko dari pasar China dan ketegangan dagang AS-China.
Miliki saham $ticker mulai dari Rp10.000 dan tingkatkan potensi profit hingga 4x dengan fitur Leverage.
💸Nikmati 0% bunga leverage hingga tanggal 31 Mei 2025💸
Maksimalkan peluang profit kamu dengan beli Call Options.
💸Nikmati biaya trading gratis hingga $30 selama 30 hari sejak transaksi options pertama khusus untuk pengguna baru Options!💸
Beli Call Options $AAPL di Sini!
Apple Inc adalah perusahaan yang telah berdiri lebih dari selama 49 tahun, AAPL telah memiliki brand value dan reputasi yang baik. Hal ini dibuktikan dengan 57.4% total penduduk USA merupakan pengguna produk Iphone, Mac dan Ipad. Market share ini diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 59% pada tahun 2026.
Dengan total perangkat aktif sebanyak 2.2 miliar, pada tahun 2024 AAPL berhasil memiliki pendapatan sebesar US$ 391 miliar (+2%YoY) untuk FY24 dengan 5 segmentasi usaha seperti Iphone, Ipad, Mac, Services, dan Wearables, Home and Accessories.
Apple Akan Mengintegrasikan Sistem AI kelayakan Aplikasi
Apple sedang mengembangkan sistem AI internal perusahaan yang nantinya akan diintegrasikan ke dalam sistem smartphone ataupun apple device lainnya. Adanya AI dapat meningkatkan harga jual produk Apple karena memiliki keunggulan dan kecanggihan baru. Memang sekarang ini dampak dari AI belum bisa secara masif dirasakan dampaknya oleh Apple user namun kedepannya layanan ini akan memiliki peran layaknya Chat GPT bahkan pengguna Apple dapat melakukan editing photo layaknya AI yang ada di aplikasi Adobe.
Saat ini, AI dari Apple masih dikembangkan dan pada Bulan Januari 2025, Apple Intelligence ditarik kembali oleh Apple karena menyajikan data palsu, sehingga sistem AI internal ini belum matang dan belum siap untuk diedarkan. Apple sendiri telah menggelontorkan lebih dari US$25 juta untuk penggembangan AI dan akan menggelontorkan US$30 juta pada tahun 2025 untuk AI.
Inovasi dan Launching Produk Rutin
AAPL rutin melakukan launching produk Iphone setiap tahunnya dan gencar melakukan promosi produk baru di setiap Q2 dan Q3 di tahun tersebut. Pada tahun 2024, perusahaan berhasil launching rangkaian produk Iphone 16. Walaupun sudah ada Apple Intelligence di rangkaian Iphone 16 nyatanya inovasi Apple ini dianggap gagal. Hal ini juga sudah dilakukan research oleh analis JP Morgan, dimana 67% respon masih tidak aware dengan Apple Intelligence, dan di tahun 2025, dengan adanya perbaikan in house research terhadap AI, Iphone 17 diharapkan dapat terjual keras. Diproyeksikan apabila Iphone 17 launching Apple dapat menjual 28.5 juta unit pada saat launching.
Close Ecosystem Apple Berbanding Lurus Dengan Loyalitas Konsumen
AAPL memiliki close system berupa IoS system, yang memungkinkan Apple untuk menjaga sistemnya lebih ketat sehingga terhindar dari cybercrime risk dan dengan 55,000 paten yang telah dimiliki AAPL, konsumen tidak memerlukan third parties technology lainnya, karena perusahaan telah menyediakan segala kebutuhan konsumennya (end solution). Selanjutnya, data-data yang terdapat di ekosistem Apple tidak dapat dipindahkan ke ekosistem lainnya sehingga membuat konsumen memiliki ketergantungan dengan sistem close-end miliki Apple. Hal ini turut berdampak pada pembelian produk maupun service Apple secara recurring.
Apple Vs. Trump Tarif
Pemerintahan Trump mengumumkan bahwa ponsel, komputer, dan chip dibebaskan dari tarif baru. Apple adalah salah satu perusahaan yang paling terdampak oleh tarif Trump karena sebagian besar iPhone, iPad, dan MacBook diproduksi di China dan negara-negara Asia lainnya. Trump telah menyerukan agar Apple memproduksi produknya di AS agar tidak terkena tarif kedepannya apabila terjadi perubahan regulasi.
Namun, memindahkan seluruh produksi ke AS, diperkirakan akan menggandakan harga produk Apple. Maka dari itu, dibanding melakukan relokasi total, Apple tampaknya memilih untuk menyerap sebagian dampak tarif dan menyesuaikan rantai pasoknya. Meski sudah ada pabrik chip TSMC di AS, kapasitas produksinya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan teknologi besar seperti Apple. Bahkan jika manufaktur dalam negeri ditingkatkan, prosesnya akan memakan waktu bertahun-tahun dan tetap bergantung pada bahan baku yang sebagian besar harus diimpor.
Apabila terjadi perubahan regulasi dan Apple dikenakan tarif maka untuk jangka pendek, Apple mungkin akan menurunkan margin keuntungannya yang saat ini rata-rata mencapai 45%, agar harga produk tidak langsung melonjak drastis. Perusahaan juga kemungkinan besar sedang menekan mitra manufaktur dan pemasok komponen untuk menurunkan harga mereka. Selain itu, Apple dikabarkan sedang menjajaki perubahan dalam rantai pasok globalnya, seperti mengirimkan produk langsung ke pasar non-AS untuk menghindari tarif yang dikenakan pada ekspor-impor AS.
Adapun berikut adalah detail kenaikan harga Iphone apabila terkena tarif trump
Proyeksi kenaikan harga Iphone*:
*Asumsi kurs: Kurs 1 dollar AS Future = Rp17,285
Penjualan 2Q25 Tetap Ditopang Oleh Segmen Iphone
Pada 2Q25, diperkirakan AAPL memiliki pendapatan sebesar US$94.1 miliar yang disumbang oleh produk Iphone dengan penjualan sebesar US$45.4 miliar, dimana diproyeksikan Apple dapat mengirimkan 49.9 juta unit di kuartal ini. Adapun penjualan di segmen lainnya cenderung stabil apabila dibandingkan dengan 1 tahun sebelumnya.
Pada kuartal ini, forecast revenue sudah disesuaikan dengan keadaan pasar dimana Apple mulai kehilangan market share nya di negara yang memiliki penjualan tersebut kedua setelah Amerika, yakni di China. Pada 2Q25, diproyeksikan pendapatan yang berasal dari negara tersebut adalah US$16.7 miliar. Saat ini, menurut analisis yang dilakukan Iphone kalah saing dengan produk buatan Huawei dan Vivo dari segi teknologi nya dan kalah dari Samsung S24 Ultra dari segi kamera.
Laba Perusahaan Tetap Solid dengan EPS sebesar
AAPL diproyeksikan akan mencetak gross margin sebesar 47.1% atau meningkat dari kuartal sebelumnya yang berada di level 46.9% pada 2Q25. Penyumbang gross margin terbesar berasal dari segmen service (app store, apple music, dsb) dengan proyeksi gross margin 73.9% pada kuartal ini atau setara dengan US$19.7 miliar. Selanjutnya untuk segmen products memiliki margin sebesar 38.3% dengan estimasi penyumbang gross margin terbesar berasal dari Iphone yakni sebesar 48.7%.
Gross Margin per Segmen | Sumber: Bloomberg
Secara keseluruhan dari sisi bottom line, AAPL diproyeksikan memiliki EPS sebesar US$1.61pada 2Q25 (+5.36% YoY) dengan tingkat net margin sebesar 25.6%
Income Statement AAPL | Sumber: Bloomberg
Efisiensi Dalam Menekan Biaya Penyimpanan, Memiliki Cash Conversion Cycle (CCC) yang Sehat
AAPL memiliki tingkat inventory turnover yang outperform dibandingkan dengan peers company (samsung) (AAPL inventory turnover 24.3x, peers company average 13.2x). Hal ini sejalan dengan strateginya dalam menekan biaya penyimpanan. Kedepannya dengan adanya ekspansi untuk menambah gerai retail yang akan memperluas pusat distribusi ke konsumen.
Dengan adanya ketergantungan yang tinggi pada penjualan retail. AAPL memiliki CCC sehat dengan nilai negatif (-67.2 hari) dengan keberhasilan perusahaan untuk memiliki Days in Payable (103 hari) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Days in Receivable (24.3 hari).
Menurut konsensus Bloomberg harga wajar saham Apple sendiri saat ini berada di US$239.38. Hal ini mengindikasikan bahwa harga saham perusahaan masih lebih “murah” dibanding nilai wajar sesungguhnya.
Jika dibandingkan dengan kompetitor, sisi “mahal” saham Apple bisa terlihat dari rasio harga saham per laba (Price to Earning Ratio/Rasio P/E) berada di 26.4x P/E atau di atas rata-rata kompetitornya, 18.4x P/E.
Namun, investor sepertinya “mewajarkan” harga premium tersebut mengingat Apple tak kenal lelah untuk terus berinovasi dan tetap memiliki neraca keuangan stabil di tengah kondisi ekonomi yang tak tentu.
Pelemahan Kondisi Perekonomian di China
Penjualan Iphone kedua terbesar berasal dari China, dan di China sendiri, Apple memiliki market share sebesar 15%. Dengan adanya pelemahan ekonomi dan event discount besar seperti event sale liburan di China dapat memberikan dampak signifikan kepada AAPL karena masyarakat lokal lebih memilih untuk membeli smartphone buatan China yang memiliki harga yang lebih murah.
Perang Dagang Antara China-USA
Diangkatnya Trump sebagai presiden kembali membuat isu terkait perang dagang US-China kembali muncul. Dengan adanya ketegangan antara China dan USA dapat berdampak pada supply chain raw materials AAPL, seperti chips dan processors internal yang diimport dari Taiwan. Terdapat ketergantungan yang tinggi terhadap regulasi pemerintah China yang ditakutkan terdapat larangan ekspor ataupun tarif tinggi terhadap produk-produk tersebut ke USA, sehingga AAPL harus mencari supplier baru.
Kompetisi Dengan Perusahaan Teknologi Pengembang AI
AAPL harus terus berinovasi mengembangkan teknologi berbasis IoS agar tidak kalah bersaing dengan kompetitor yang menawarkan teknologi AI yang terhubung ke perangkat elektroniknya. Dengan inovasi yang tertinggal dibandingkan kompetitor membuat AAPL memiliki risiko untuk kehilangan market share nya.
Pius Bagas H
Pius Bagas H
Bagikan artikel ini