Saham ABNB turun sebesar 14% pada 7 Agustus 2024 setelah ABNB gagal memenuhi ekspektasi pasar ditambah dengan pelemahan kondisi perekonomian secara global yang membuat demand pemesanan kamar pun menurun.
Walaupun pendapatan ABNB meningkat sebesar 11% YoY yakni menjadi USD2.75 miliar, namun laba dari perusahaan menurun sebesar 15% YoY dari USD650 juta menjadi USD555 juta (EPS: USD86 cents).
Perlambatan ini disebabkan karena periode booking kamar semakin sebentar dan di tengah perlambatan ekonomi, ABNB memutuskan untuk melakukan delisting terhadap 200 ribu low-quality listing, sehingga harga kamar di ABNB semakin premium. Hal ini membuat users berpindah ke aplikasi lain yang memiliki range sewa kamar yang lebih murah.
Terlebih, saat ini demand untuk melakukan traveling juga menurun, dan pendapatan perusahaan menurun karena adanya high base effect dari tahun 2022 dan 2023. Dimana pada saat ini ABNB diuntungkan dengan adanya demand travel yang rebound akibat dari efek pandemi Covid 19.
Perusahaan memberikan guidelines kepada para investor bahwa di kuartal selanjutnya, ABNB diproyeksikan akan memiliki pendapatan di range USD3.67 miliar hingga USD3.73 miliar. Pendapatan tersebut akan dipimpin dari regional asia pasifik dan Amerika Latin.
Dari sisi valuasi, ABNB memiliki target price sebesar USD130.38 atau dengan pertumbuhan sebesar 13.7% dibandingkan dengan closing price pada tanggal 8 Agustus 2024 sebesar USD114.64. Sedangkan dari relative valuation juga sudah tergolong murah, dengan PE di level 23.6x, lebih rendah dengan rata-rata historis 2 tahunnya yang berada di level 32.6x.
Bagikan artikel ini