Angka Rp10.000 hari ini tidak akan sama nilainya 10 tahun yang akan datang lantaran inflasi. Kamu pun menyadari, inflasi adalah keniscayaan. Untuk menyelamatkan nilai uangmu, kamu mesti berjaga-jaga dan tahu pengaruh inflasi terhadap investasi.
Secara umum, faktor penyebab inflasi adalah meningkatnya jumlah permintaan barang jenis tertentu, biaya produksi barang, hingga jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Inflasi diukur berdasarkan kenaikan pada indeks harga konsumen (IHK). Seiring waktu, setiap kebutuhan yang tercantum dalam indeks tersebut akan mengalami kenaikan.
Karenanya, inflasi dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap daya beli masyarakat, yakni dengan mengukur jumlah dan jasa yang dapat dibeli konsumen dengan jumlah uang tertentu.
Tingkat inflasi yang sehat dianggap berkisar 2-3% per tahun. Ini lantaran tingkat inflasi 2-3% dianggap positif karena menghasilkan upah dan profitabilitas perusahaan dan membuat modal mengalir dalam ekonomi yang terus bertumbuh.
Meski, tentu, inflasi akan meningkatkan biaya hidup menjadi semakin tinggi dan mahal. Sementara, inflasi ini belum tentu dibarengi peningkatan penghasilan. Nilai uang cenderung tergerus signifikan.
Baca juga: Kenali Tujuan Investasimu, Lihat 4 Investasi Potensial untuk Pemula Ini
Banyak strategi yang dapat kita tempuh untuk melindungi nilai uang terhadap inflasi, tetapi kamu harus mempertimbangkan semua strategi atau melakukan diversifikasi portofolio investasi agar dapat efektif.
Kamu perlu investasi yang dapat mengalahkan kenaikan inflasi tiap tahunnya. Karena ketika inflasi terjadi, nilai aset-aset itu pun ikut naik.
Inflasi memberi pengaruh yang sama terhadap segala jenis aset, baik likuid maupun non-likuid. Namun, aset likuid cenderung lebih rentan terhadap inflasi. Ketika inflasi tinggi, aset likuid pun mengalami penurunan.
Demikian pula dengan investasi likuid seperti saham, obligasi, dan reksadana. Hanya saja, investasi likuid memiliki daya tahan terhadap gempuran inflasi karena menghasilkan pengembalian dalam bentuk bunga.
Itulah alasannya investor menempatkan uangnya dalam bentuk emas, saham, obligasi, dan reksadana dalam menghadapi pengaruh inflasi terhadap investasi.
Emas menjadi aset penting yang aman dalam jangka panjang, karena emas cenderung memiliki nilai perlindungan terhadap inflasi. Masyarakat Indonesia bahkan memandang emas sebagai “mata uang alternatif” dan karenanya menyimpan emas untuk menjaga nilai dananya. Inflasi adalah alasan mengapa masyarakat Indonesia getol mulai berinvetasi bahkan dengan jalan tradisional, yakni menyimpan emas batangan.
Untuk sekurangnya 10 tahun terakhir, harga emas telah berpacu menghadapi inflasi. Dengan risiko yang sangat minim, kinerja emas terus bergerak naik.
Kinerja emas dalam lima tahun terakhir:
Jika kamu mengecek harga emas 10 tahun terakhir, tentu kamu lihat keuntungan menabung emas yang bisa diperoleh dalam satu dasawarsa itu.
Apalagi di tengah ketidakpastian global ini akibat wabah Covid-19, bulan ini saja harga emas 10 tahun terakhir sudah cetak rekor hari ini, berada di level hingga Rp900.000 per gram.
Obligasi adalah salah satu efek yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, di samping Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun Dana Investasi Real Estat.
Kebanyakan investor memilih obligasi dengan tujuan menghasilkan pendapatan yang stabil dalam bentuk pembayaran bunga tetap atau kupon. Sebelum memilih obligasi dalam mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap investasi, sebaiknya kamu perhatikan hal-hal berikut:
Jadi, sebelum memutuskan investasi obligasi dan menghitung pengaruh inflasi terhadap investasi, kamu perlu memperhatikan hal-hal terkait.
Di antaranya waktu jatuh tempo, nominal kupon/bunga, imbal hasil/nisbah, dividen, potensi capital gain, jaminan negara (untuk SBN), hingga perdagangan obligasi di pasar sekunder.
Baca juga: Tetap Cuan Saat #dirumahaja dengan Menabung Emas Digital, Begini Caranya!
Selain menjamin nilai uangmu, pada dasarnya, ada dua keuntungan yang bisa kamu peroleh saat membeli atau memiliki saham, yakni: dividen dan capital gain.
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan oleh perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Sementara, capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual. Ini bisa diperoleh lewat aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Kamu mendapatkan capital gain ketika kamu menjual saham dengan nilai jual lebih tinggi daripada saat kamu membelinya.
Kamu pun dapat membeli saham dengan diversifikasi sektornya, dari agrikultur, tambang, consumer goods, hingga saham perbankan. Ini tergantung penilaianmu atas perusahaan yang sahamnya hendak kamu beli.
Inflasi adalah hal yang bisa diatasi lewat “menjaga” investasi komoditas. Komoditas cenderung memiliki nilai inheren terhadap inflasi. Artinya, tidak seperti uang, komoditas akan selalu diminati dan dapat bertindak sebagai lindung nilai yang sangat baik terhadap inflasi. Pada jenis komoditas pula, kamu bisa melihat pengaruh inflasi terhadap investasi tidak begitu signifikan.
Hanya saja, bagi sebagian besar investor pemula, mencoba berinvestasi di pasar terbuka pada komoditas/ETF cenderung “sangat baru” atau “sangat jauh dari jangkauan”. Tapi, kamu bisa mulai mencobanya dengan mengakses informasi seputar Exchange Traded Fund (ETF).
ETF adalah reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Ada 40 ETF yang tercatat di BEI.
Produk ETF adalah penggabungan antara unsur reksadana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual/beli. Produk ini diperdagangkan juga seperti halnya saham di bursa efek.
Oke, itu empat investasi yang dapat kamu coba sebagai strategi mengatasi inflasi. Ingatlah bahwa yang terpenting adalah jangan taruh danamu dalam satu keranjang.
Usahakan lakukan diversifikasi portofolio investasi, baik itu memiliki 2 dari 4 investasi di atas, atau memiliki semuanya. Bekerja sama juga dengan konsultan keuangan profesional untuk memantau dan mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap investasi seiring waktu.
Sumber: Investopedia, Cermati, IDX, Simulasi Kredit
Tujuh Langkah Mencapai Kebebasan Finansial
Niat Jadi Kolektor Lukisan Pemula? Ketahui Dulu Risiko Investasinya di Sini!
Pengin Bikin Start-up? Ini 5 Strategi Awal yang Harus Kamu Ketahui
Bagikan artikel ini