Sobat Cuan pasti paham kalau jagat cryptocurrency berukuran sangat luas. Betapa tidak, terdapat sekitar lebih dari 10.000 aset kripto yang terdapat di dalamnya.
Mungkin, kamu sudah mengenal sang raja aset kripto yakni Bitcoin. Atau, kamu mungkin saja sudah familiar dengan Ethereum, sang pengekor Bitcoin paling utama. Tetapi, terdapat pula jenis cryptocurrency lainnya yang memiliki nama berbeda dan bahkan mungkin jarang kamu dengar sebelumnya.
Kondisi di atas mungkin bikin kamu bertanya-tanya: Apakah sifat semua cryptocurrency sama? Apa sih yang membedakan satu aset kripto dengan lainnya? Kemudian, apakah Bitcoin bersifat sama dengan Litecoin, DOT, atau ADA?
Sejatinya, satu aset kripto punya karakteristik dan kegunaan yang berbeda dibanding lainnya. Makanya, kancah cryptocurrency mengenal kategorisasi koin-koin kripto berdasarkan nilai gunanya.
Kamu pun tentunya juga perlu memahami kategori ini. Ibarat pepatah, tak kenal maka tak sayang, maka tentunya tak afdol jika kamu tak memahami dengan benar seluk beluk aset kripto aset jagoanmu.
Penasaran seperti apa kategorisasi aset kripto yang terdapat saat ini? Namun, sebelum melangkah ke sana, ada baiknya pun memahami alasan di balik banyaknya jumlah aset kripto yang beredar saat ini.
Baca juga: Yuk, Kenalan Dengan 2 Jenis Indikator Ekonomi yang Pengaruhi Investasi
Sebelas tahun lalu, jagat ini hanya mengenal satu cryptocurrency. Yakni, tak lain dan tak bukan, adalah Bitcoin.
Pengembang Bitcoin, Satoshi Nakamoto, saat itu berharap bahwa Bitcoin bisa menjadi mata uang digital yang bisa digunakan untuk transaksi daring. Di mana, seluruh transaksi tersebut dibangun di atas sebuah teknologi yang bernama blockchain.
Pastinya Sobat Cuan sudah familiar sudah teknologi blockchain bukan? Ya, teknologi ini memungkinkan penggunanya bertransaksi dan memanfaatkan jasa keuangan tanpa harus melalui peran perantara (intermediaries) seperti di jasa keuangan konvensional.
Teknologi ini pun terbilang cukup aman. Sebab, meski bisa diakses bebas, teknologi blockchain hanya bisa diutak-atik melalui satu algoritma konsensus tertentu. Kebetulan, untuk Bitcoin, algoritma tersebut bernama Proof of Work.
Namun, seiring berjalannya waktu, teknologi blockchain pun tak hanya sekadar digunakan untuk transaksi. Teknologi tersebut kemudian menjelma menjadi proyek jasa keuangan, penyimpanan data pribadi, machine learning, dan lainnya. Sehingga, masing-masing blockchain tersebut pun akhirnya punya cryptocurrency-nya tersendiri dengan fungsi sebagai “motor” teknologi tersebut.
Intinya, banyaknya aset kripto mewakili keragaman fungsi blockchain yang ada saat ini. Namun, terdapat pula alasan lain yang mendasari banyaknya jenis cryptocurrency beredar dewasa ini.
Terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa maraknya cryptocurrency disebabkan oleh suksesnya Bitcoin. Kesuksesan tersebut tercermin dari kenaikan harganya yang fantastis, bahkan mencapai di kisaran US$33.000 seperti saat ini.
Awalnya, memang banyak pihak yang sangsi dengan Bitcoin. Tapi, delapan hingga sembilan tahun kemudian, mereka pun melihat banyak sekali pihak yang mendulang cuan hanya dengan menggenggam aset kripto satu ini.
Maka dari itu, tak heran jika banyak pengembang yang “menunggangi” kesuksesan Bitcoin dengan meluncurkan banyak koin. Hanya saja, beberapa di antaranya mungkin tidak memiliki manfaat atau nilai guna yang jelas.
Baca juga: Harga Bitcoin, Ethereum, dan Cryptocurrency Lain Diprediksi Meroket
Forking juga bisa menjadi alasan kenapa banyak sekali jenis cryptocurrency di jagat kripto.
Seperti yang kita tahu, forking terjadi ketika pengembang merasa bahwa aspek fundamental dari sistem blockchain yang ada saat ini harus diubah. Faktor pendorong perubahan itu bisa bermacam-macam, mulai dari masalah keamanan, nilai guna, dan lainnya.
Perubahan itu bisa terjadi menjadi dua, yakni soft fork dan hard fork. Nah, penciptaan aset kripto baru biasanya terjadi dalam proses hard fork. Yakni, proses di mana perubahan protokol blockchain yang baru membuat pengguna tidak bisa kembali mengakses protokol versi sebelumnya.
Beberapa contoh aset kripto baru yang terbentuk dari forking adalah Ethereum Classic dan Ether Zero dari hard fork Ethereum. Terdapat pula Bitcoin Cash dan Bitcoin Gold, yang merupakan “pencabangan” dari Bitcoin.
Inovasi teknologi blockchain yang kian variatif pun memunculkan aset kripto yang baru untuk digunakan di dalamnya. Biasanya, blockchain baru ini muncul untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada blockchain-blockhain lain yang sudah ada.
Anggap saja blockchain Cardano, di mana algoritma konsensus Proof of Stake miliknya dianggap bisa menutupi kekurangan algoritma Proof of Work di Bitcoin atau Ethereum.
Nah, seluruh cryptocurrency yang beredar disebut kemudian digolongkan ke dalam beberapa kategori tertentu. Kategori-kategori ini tentu saja disusun berdasarkan nilai gunanya (use case) dan manfaatnya.
Apa saja jenis-jenis aset kripto yang beredar saat ini?
Contoh: Bitcoin dan Bitcoin Cash
Jenis cryptocurrency dalam kategori ini dianggap mampu mempertahankan nilai kekayaan seseorang jauh lebih baik dibandingkan uang tunai, bahkan emas sekali pun. Hal tersebut bisa didapatkan karena memang sifat aset kripto ini mirip seperti uang fiat dan juga suplainya yang cenderung langka di muka bumi ini.
Terdapat tiga keunggulan mengapa cryptocurrency bisa berfungsi sebagai alat pelindung kekayaan.
Baca juga: Mengenal Jenis Obligasi Pemerintah, Underlying Asset Reksadana Pendapatan Tetap
Contoh: Litecoin, Dash, Monero, Zcash
Jenis cryptocurrency ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari. Tidak seperti mata uang kripto yang berkategori penyimpan kekayaan, mata uang digital ini tidak begitu peduli dengan mempertahankan daya beli pemiliknya di jangka panjang.
Mereka memiliki pesaing utama, yakni transaksi digital yang digawangi oleh dua payment gateway terkenal yaitu Mastercard dan Visa. Memang, terlihat sulit bagi digital currencies untuk bersaing dengan keduanya. Hanya saja, mereka bisa lebih unggul karena:
Contoh: Ethereum, Binance Coin, Cardano, Polkadot
Intinya, koin-koin ini merupakan mata uang yang berlaku untuk membayar barang atau jasa yang tersedia di satu jaringan tertentu. Biasanya, koin-koin ini digunakan untuk tetap menjaga keandalan sistem-sistem blockchain yang memiliki fitur smart contract.
Sebagai contoh, Ethereum meminta penggunanya untuk membayar sekian Ether (ETH) untuk menjaga keandalan sistem jaringannya. Begitu pun Polkadot yang juga mengharuskan penggunanya membayar biaya transaksi agar bisa berinteraksi dengan smart contract.
Cryptocurrency jenis ini biasanya akan melancarkan penawaran umum perdana (Initial Coin Offering/ICO) untuk menggalang dana awal dalam “memanaskan” sistem blockchain yang mereka miliki. Selebihnya, mereka akan mensubsidi ongkos operasi dan pengembangan blockchain tersebut ke depan.
Namun, agar koin-koin ini punya daya nilai yang menarik, maka pengembang juga harus pintar-pintar merayu pecinta aset kripto dalam memanfaatkan jaringan blockchain baru miliknya. Makanya, masing-masing pengembang pun berlomba-lomba menciptakan teknologi blockchain atau smart contract yang mutakhir, sehingga koin mereka pun pada akhirnya akan memiliki nilai guna yang tinggi.
Berbeda dengan Bitcoin yang dibatasi jumlahnya sebanyak 21 juta keping saja, suplai koin utilitas terbilang tidak dibatasi (uncapped). Sayangnya, hal ini membuat jenis cryptocurrency tersebut rentan terhadap inflasi yang menyebabkan devaluasi koin.
Contoh: USDT, BCap
Koin sekuritas adalah representasi digital dari aset “beneran” yang terdapat di dunia nyata, untuk kemudian dicatat di dalam transaksi blockchain. Koin jenis ini merupakan subjek dari regulasi yang ada saat ini.
Namun, mengapa sih pengguna aset kripto melakukan tokenisasi atas aset nyata yang ada di dunia ini?
Contoh: Dogecoin, Shiba Inu
Keberadaan koin satu ini memang cukup kontroversial. Sebab, sesuai namanya, koin ini merupakan representasi dari guyonan atau meme yang tersebar di jagat maya.
Dogecoin, misalnya, adalah pionir dari golongan koin yang satu ini. Koin ini sendiri terinspirasi dari meme doge yang cukup terkenal di internet. Memang, koin jenis ini berjalan di atas blockchain-nya sendiri. Hanya saja, banyak yang masih meragukan nilai inherennya serta manfaatnya yang utama.
Belakangan, nilai meme koin meroket berkat asupan endorse influencer, pemberitaan media yang berlebihan, hingga postingan media sosial.
Baca juga: Sobat Cuan, Simak 6 Cara Memilih Altcoin yang Tepat Untukmu!
Untuk mengetahui hal ini, Sobat Cuan tinggal mencari jumlah kapitalisasi pasar masing-masing kategori di dalam peta panas (heatmap) berikut ini
Dari grafik di atas, diketahui bahwa aset kripto yang paling digenggam pengguna aset kripto adalah koin-koin yang berfungsi sebagai alat penyimpan kekayaan, dengan porsi hampir mencapai 50%. Tentunya, hal ini bisa terjadi karena peran Bitcoin, cryptocurrency dengan kapitalisasi pasar nomor wahid di dunia.
Jenis cryptocurrency populer kedua adalah utility coins, yang diwakili oleh centralized exchange dan smart contracts di heatmap di atas. Kondisi itu juga bisa terjadi berkat koin-koin top 10 kapitalisasi pasar terbesar seperti ETH, DOT, ADA, dan BNB.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Coinmarketcap, Hodlbot, Bobsguide
Bagikan artikel ini